Fourteen

1467 Words
"Lo gakpapa, ahk... ahk...!" Tiba-tiba saja Dony bertanya dari arah belakang Yunia, seolah mengagetkannya "Huh.. Kak Dony!" sahut Yunia seraya memegang jantungnya yang hampir copot "Aku gakpapa, Kak" ia meraih lengan Dony. "Lebih baik kita pulang," lanjutnya "Gak bisa... Misi kita belum selesai. Ayok kita balik lagi kesana" Dony sudah mau jalan duluan tapi suara bentakkan Yunia mengagetkannya meski hanya sesaat "Kak..., Udah cukup. Kita udah selamat. Masa iyah masuk lagi" Dony tersenyum iblis, "Bagian mana yang udah. Gue gak liat hasilnya" Yunia tidak mengerti maksud dan tujuan Dony. Ia seakan sangat suka menantang maut "Kalau lo gak mau silahkan pergi. Selama ini lo minta pergikan... Gih sana!" usirnya merasa jengah. Yunia terdiam, saat melihat punggung Dony menjauh, ia membuntuti bagai anak bebek ke induknya "Kak... Jangan tinggalin aku!" cicitnya "Kalau gitu lo nurut dong" Dony tersenyum puas. Hanya dengan lirikkannya ia tahu, Yunia masih tetap mengekorinya 'Gitu dong anak baik!' ucapnya dalam hati Sesuai perkiraan Dony, tempat bekas kejadian malah sepi. Tak ada yang menjaga. Mungkin mereka fikir, si pencuri tak akan kembali. Dony mendongak mencari kabel alarm untuk ia putuskan. Ketika melihat kabel berwarna merah dan biru ia tersenyum senang. Merasa puas karna rencananya akan segera terlaksana. Lagipula Dony tidak peduli kalau ia harus di tangkap polisi atau tidak. Setidaknya jika ia di tangkap, polisi-polisi itu akan menghubungi ayahnya. Dan kalau Dony tebak dari sifat Roland. Pastinya pria itu akan membebaskan ia dengan mudah. Sejahat-jahat ayahnya. Dony tahu laki-laki itu masih sayang padanya. Setelahnya ia dibebaskan paling-paling Dony hanya akan di pindahkan sekolah tapi setidaknya ia bisa pulang kerumah tanpa perlu meminta maaf. Untuk Yunia, lama kelamaan ia merasa Yunia adalah beban, dan ia ingin melepaskan beban itu secepatnya. Katakanlah Dony egois Draakk... "Dengerkan alarmnya gak bunyi!" ucap Dony yang sudah menaiki rolling door. Sedang Yunia terus merapal Doa. Lantas cowok itu mengobrak-abrik laci kasir. Ia mengambil setumpuk uang dan memasukkannya ke kantong "Ayok kita kabur!" ajaknya semangat. Ahk, akhirnya mereka sah menjadi bandit kecil. Dony POV Aku berhasil mendapatkan uang yang banyak dengan cara yang mudah. Tapi sekarang aku malah bingung, harus kuapakan uang ini. Aku malah teringat dengan penjual itu. Ia pasti sedang bingung karna uangnya hilang. Tapi aku juga gak bisa berdusta kalau ada kepuasan dalam diriku setelah melakukan ini Dony POV end "Kalian dari mana ajah?" selidik Egy. Yunia hanya menghembuskan nafas pelan tak ingin menjawab. di belakangnya ada Dony "Habis nyuri" sahutnya cuek. Egy terlihat sangat excited, ia menghampiri Dony "Lo nyuri, dimana?" berbagai pertanyaan terlontar. Ia bahkan terus menatap lembaran-lembaran uang berwarna merah dengan mata haus harta "Di pasar" jawab Dony apa adanya. Egy, Bio dan Lukman saling lempar pandangan. "Eh gila, lokan cari duit disana juga" ucap Bio tak percaya Dony memasang wajah datar "Terus?" reaksinya membuat ketiganya tau kalau Dony tidak takut apapun Egy menaiki alisnya. Ia mendekati Dony, "Gimana kalau lo ikut kita ajah. Kita nyuri di rumah orang kaya. Hasilnya pasti jauh lebih gede dari ini!" ucap Egy. Selama ini mereka berprofesi menjadi rampok di rumah orang gedongan Yunia terus menggeleng. Melarang Dony untuk menyetujuinya. "Ayok..." balas Dony semangat. Yunia hanya bisa menutup matanya rapat. Percuma rasanya melarang Dony Keesokkan malam, Tak mau membuang waktu, meski Dony juga tidak tahu hasil mencuri ia pakai untuk apa. Tapi ia sudah ketagihan melakukan itu. Dony sendiri yang mengidekan rumah Pak Sultan mantan boss Yunia yang akan jadi targetnya. Ia memang suka saja membuat pria itu kena getahnya "Kak, jangan!" larang Yunia seraya mencengkram lengan Dony "Udah lo tenang ajah. Orang kayak dia butuh dikasih pelajaran" ucap Dony yakin Ia menunjukkan jalan ke rumah Pak Sultan. Ke empat anak muda mengidekan pencurian dirumah mewah Nampaknya Pak Sultan tinggal seorang diri dan rumahnya juga tak ada penjaga. Soal penjaga perumahan sudah berhasil mereka kibuli bermodal iming-iming rokok dan kopi. "Siapa yang masuk?" desis Lukman. Ketika sudah sampai perkarangan rumah Baik Egy dan Bio ragu. Mereka tidak tahu apa di dalamnya ada hal CCTV atau apapun yang seakan menghentikan langkah mereka. Tapi Dony malah menaiki tangga pelataran rumah "Biar gue!" ucapnya. Kali ini ia masih mengandalkan alat sederhana untuk mendongkel pintu. Ia yang dulu sering keluyuran malam-malam tau caranya menyelinap dengan mudah Kraakk, pintu sudah terbuka. Tak ada yang mau ikut masuk dengan Dony Dony mulai menapaki setiap ruangan. Ia tidak mencari harta terlebih dulu. Bukannya takut ketahuan, Dony malah mencari dimana Pak Sultan Saat ia dapati pria itu sedang tertidur pulas, ia malah menjentikkan jarinya di kening Pak Sultan "Aahhkk...!" Pria itu menyingkirkan tangan Dony. Dony tersenyum remeh "Lo enak tidur, sementara satu cewek yang lo laporin hidup dalam ketakutan setiap harinya. Dan parahnya dia ngikutin gue terus" Dony merasa punya dendam pribadi dengan Pak Sultan. Yah, anak itu memang gak pernah mau mengakui kesalahan. Ia hanya berfokus pada kesalahan orang lain Saat merasa ada orang lain yang memperhatikannya, Pak Sultan membuka matanya dan ia langsung kaget melihat ada seorang laki-laki berdiri di depannya Tanpa ampun Dony langsung meninju wajah Pak Sultan "Aahhkk..." teriakannya terhenti saat Dony membekap mulut pria itu. Ia mengambil sapu tangan dan membekap mulut sandera. Tak lupa kedua kaki dan tangannya di borgol. Dony sengaja membeli borgol agar Pak Sultan merasakan bagaimana menjadi Yunia yang harus tertawan "Ini pelajaan buat lo, seharusnya lo cabut tuntutan lo ke Yunia!" ucapnya. Pak Sultan terbelalak. Ia mengutip pernyataan Dony 'Yunia, jadi dia temannya,' Dengan santai Dony membuka laci mengambil uang juga jam tangan mahal milik Pak Sultan "Eeehh... Eeehh...!" pekik Pak Sultan meski tak akan mungkin ada yang mendengar. Setelahnya Dony keluar dengan santainya "Gimana... Gimana...?!" seru Egy. Ia yang meminta kedua temannya gak usah ikut campur. Jadi kalau Dony ketahuan hanya dia yang kena tangkap. Sekalian mengetes apa dia betul-betul kompeten sebagai maling "Ini hasilnya!" kata Dony seraya menaikkan setumpuk uang di tangan. "Aahhkk...!" tangan Egy mengadah berharap mendapat bagian. Padahal tadi ia sudah sangat kesal menunggu Dony yang tak kunjung keluar. Tapi setelah melihat hasilnya ia seolah lupa dengan kekesalan hatinya "Lo berbakat maling!" entah itu pujian atau penghinaan yang pasti Dony tak mungkin sebodoh itu di manfaatkan Ia tersenyum licik. Segera berlari dari rumah megah itu "Eeh, tunggu....!" ketiganya mengejar Dony. "Mana bagian kita?" sepanjang jalan Egy terus meminta uang itu. Tapi Dony tidak menjawab. Ia malah ingin tidur di samping Yunia "Kakak udah pulang?" tanya Yunia saat sadar Dony sudah ada di sampingnya "Mana uang hasil mencuri tadi!" "Jadi kakak tadi pergi untuk mencuri?!" Yunia tahu, Dony setuju mencuri tapi tidak tahu kepergiaannya tadi untuk aksi tersebut "Iyah, di rumah Pak Sultan!" Yunia menabok keningnya "Kakak jahat sama aku!" Ia mendorong Dony "Bukan gue yang ngejahatin lo tapi dia. Gue cuma bales kok. Tadi gue udah memborgol tangan sama kakinya, hehehe..." Yunia meringkuk. Sekarang ia betul-betul gak ada harapan pulang. Dan bagian yang paling ia benci adalah ia tak bisa kabur dari cowok begundal bernama Dony Dimitri Sebastian "Eeh kalian kok malah berantem. Kita tanya dimana uangnya. Mana bagian kita!" teriak Egy sambil mengadahkan tangan Dony berdiri mencengkram kerah baju Egy, "Lo gak ada peran,ya gimana mungkin lo meminta bagian" "Gue gak ada ambil bagian, gue yang udah mengidekan semuanya. Bahkan gue yang mengelabui kedua penjaga kompleks" tutur Egy Dony mencibik, "Gue gak minta!" "Aahk... Sialan lo!" tangan Egy berniat memukul Dony Teriakan keras terdengar dari bibir Yunia. Kenapa, kenapa mereka lagi-lagi bertengkar "Stop... Apa kalian mau terus kayak gini!" Kemarin karna masalah tempat tinggal lalu sekarang persoalan uang. "Kak lebih baik Kakak kasihkan uangnya ke Kak Egy. Lagi juga kita gak perlu banyak uangkan?" Yunia menatap Dony dalam, tapi Dony malah memandangya tak acuh "Duitnya gak sama gue. Udah gue buang di rumah panti sewaktu gue kabur!" Dony jujur, uang itu ia titipkan di depan pintu. Bahkan uang yang ia curi di pasar juga ia lempar. Ia gak mau memakan uang haram, hanya suka ketika menjalankan aksinya saja "Udah bener-bener gilak lo!" hardik Egy sambil menunjuk. Tangannya kembali berjalan. Namun dengan cepat Yunia menghalangi. Ia tertampar tangan Egy plaaak... "Lo apain Yunia!" pekik Dony saat melihat Yunia terpelanting ke lantai. Sudut bibirnya berdarah "Gak... gak... Gue gak sengaja, Don" Dony seolah menulikan pendengarannya ia langsung menomprok ke tubuh Egy dan meninju wajah Egy santai "Ampuni gue... tolong!" Beberapa hari mengenal Dony, Egy masih belum bisa percaya kalau Dony sebrutal ini "Kalau lo gak mau bersikap hormat sama gue dan Yunia. Mending lo bawa dua kacung lo itu pergi dari sini" sinis Dony Egy mengangguk, bukan karna keinginannya tapi ia terpaksa menyetujui memberikan tempat itu utuh ke Dony jika tak mau nyawanya melayang Ia tidak tahu, melakukan kerjasama dengan Dony nyatanya semembahayakan ini Mungkin ia akan kembali setelah nanti ia merasa siap menghadapi perlakukan Dony itu "Lo gakpapa?" tanya Dony. Cuma Yunia orang yang ia pedulikan. Mungkin karna ia memiliki kisah yang sama dengannya yaitu sama-sama kabur dari orangtua Yunia tersenyum seraya menggeleng, "Aku gakpapa, Kak" katanya berbohong. Padahal jelas-jelas ia merasa begitu tertekan
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD