Usaha Senja

789 Words
Suara bel pulang sekolah sudah menggema di seluruh penjuru Amerta. Senja kembali mengumpulkan semua tekatnya untuk kembali mendekat ke arah Awan, ia masih mencoba mencari kebenaran alasan mengapa tiba-tiba Awan membenci dan memutuskannya. "Awan," Panggil Senja mendekat ke arah Awan yang hendak masuk ke dalam mobilnya, dengan Raya yang sudah duduk lebih dulu di dalam mobil Awan. Cowok yang dipanggilnya itu berbalik arah dan menatapnya, seakan mengisyaratkan bertanya apa lagi? Pada gadis itu. "Awan... Senja pulangnya bareng Awan kan?" Tanya Senja. Belum saja Awan menjawab senja sudah bertanya lagi. "Kok Awan bawa mobil? Kan Awan sama Senja lebih suka naik motor." "Dasar gak tau diri! Harus berapa kali gue ngomong, kita udah putus, dan urusan gue bawa mobil karna gue lebih suka naik mobil, kurang jelas?" Jawab Awan. "Biasanya Awan selalu antar dan jemput Senja, kenapa sekarang enggak?" "Gue bukan supir Lo!" Tekan Awan lalu masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan perkarangan SMA Neptunus. "Gue mohon ja, berhenti bersikap kayak gitu. Gue gak bisa lihat Lo terluka kayak gitu. Tapi gue terlanjur sakit ja," batin Awan. Senja menatap sendu mobil Awan yang mulai Hiang dari pandangannya, rasanya cukup sakit menerima semua kenyataan pahit ini. Sedangkan di dalam mobil, Raya masih melihat Senja dari kaca spion mobil Awan. "Satu kosong Senja," batin Raya sambil tersenyum licik. Senja menghembuskan nafas pasrah mobil Awan sudah hilang dari pandangannya, mulai hari ini ia akan kembali pulang dengan kendaraan umum. Senja lalu merogoh saku seragamnya dan mengeluarkan benda pipih nan canggih disana. Senja memencet sebuah aplikasi untuk memesan ojek online untuknya hari ini. Senja tidak langsung pulang, karena setelah pulang sekolah ia harus bekerja di sebuah cafe, untuk kebutuhan sehari-hari. Setelah ojek yang dipesannya datang, senja lalu menaikinya menuju Cafe. "Eh, neng Senja udah dateng, buruan neng ganti pelanggan lagi rame nih." Ujar seorang barista yang akrab di panggil mas Iwan. "Iya mas, Senja ganti dulu ya." Ucap Senja lalu masuk ke dalam ruangan khusus pegawai. Dengan cepat Senja mengganti pakaian seragamnya dengan kaos berwarna cream serta celemek berlogo cafe tempatnya bekerja. Senja mulai melayani pengunjung cafe yang mayoritasnya adalah anak sekolah seusianya. Dengan telaten senja bertanya dan mengantarkan makanan yang telah mereka pesan. Setelah selesai mengantarkan makanan, Senja kembali berdiri di dekat mas Iwan menunggu coffe yang dibuatnya selesai. Namun, pandangannya jatuh pada sepasang kekasih yang tengah asik menikmati Waktunya bersama di cafe ini, sepenggal ingantan tentang awal bertemunya dengan Awanpun kembali terlintas di pikirannya. Dulu awal kisah mereka bermulai dari cafe ini, dimana Senja tanpa sengaja menumpahkan minuman pada baju seragam Awan. Mulai hari itu senja harus menuruti apa kemauan Awan selama satu bulan, dan dalam waktu satu bulan itu. Benih-benih cinta hadir di antara keduanya. "Senja!" Ucap mas Iwan sambil memegang pundaknya. "Eh---iya mas." Jawab Senja tersadar dari lamunannya. "Lagi ada banyak pikiran ya? Ngelamun terus dari tadi." Tanya mas Iwan, keduanya memang sudah cukup akrab. "Enggak kok mas, cuma tugas sekolah lagi numpuk." Dusta senja. "Biasanya kalo ada tugas kamu gak pernah pusing, biasanya juga kamu kerjakan disini. Nih pesanan meja nomor 6." Mas Iwan mengulurkan sebuah nampan berisikan 2 buah coffe yang baru selesai ia buat. Senja hanya menyengir sebagai jawaban lalu mengatakan pesanan itu. Tanpa terasa, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, waktunya untuk gadis itu pulang. Senja lalu melepaskan celemek cafe dan berpamitan untuk segera pulang. "Gala, ngapain disini?" Tanya Senja pada seseorang yang sedang duduk di atas montornya. "Manjakan perintah."jawabnya. Senja mengerutkan keningnya tak mengerti. "Maksudnya?" "Udah, buruan naik gue anter pulang." "Senja pulang naik ojek aja Gala, nanti ngerepotin." "Ini udah malem Senja, nanti Gue bonyok kalo gak nganter Senja pulang, sekarang senja naik ya ke atas montor." "Emang Senja gak ngerepotin?" "Tambah repot kalo senja pulang sendiri, gih buruan kasihan kucing gue di rumah belom dikasih makan." "Yaudah, Senja naik." Senja lalu naik ke atas montor Gala, sedangkan Gala menghembuskan nafas lega. Satu pikiran muncul di benak Senja "apa Awan yang suruh Brian jemput Senja? Jadi Awan masih perhatian sama Senja?" Batin Senja. Tanpa sadar bibirnya membentuk lengkungan manis disana. Jarak rumah Senja dan cafe cukup dekat, saat ini montor Gala sudah berhenti tepat di depan rumahnya. Atau lebih tepatnya adalah rumah kontrakannya. "Makasih ya Gala." Ucap Senja saat turun dari montor Gala, Gala mengangguk lalu memutar montornya dan berpamitan pergi. Senja berhenti di depan pintu rumahnya, ia membuka isi tas mencari benda kecil yang akan ia gunakan untuk membuka pintu. Setelah menemukan kunci yang ia cari, Senja segera masuk dan berjalan ke kamarnya. Saat sampai di dalam kamarnya, Senja menatap bonekah sapi besar yang ia beri nama Milly bersama Awan, itu adalah hadiah saat ia dan Awan memenangkan sebuah permainan di pasar malam. Senja meraih boneka itu dan memeluknya. "Awan, Senja rindu, apa Awan gak rindu sama Senja?" lirih Senja sambil menahan tangisnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD