putus

2032 Words
Rinai hujan di sertai suara guntur yang menggelegar, secara lancang membasahi tubuh seorang gadis yang saat ini berlari di jalan dengan air mata yang terus mengalir tanpa henti. Perlahan makeup dan gaun cantik yang dipakainya luntur dan kotor. Dengan perasaan yang nestapa, ia masih terus berlari di tengah derasnya hujan tanpa memiliki tujuan arah. Turunnya hujan seakan merasakan kepedihan yang dirasakannya malam ini. Brukk Gadis itu jatuh tersungkur ke jalan, darah kental mulai keluar dari lututnya yang tergores aspal jalan, rasa sakitnya sama sekali tak sebanding dengan rasa sakit pada hatinya. "Kenapa dunia gak adil Tuhan? Kenapa?" Teriak gadis dengan netra sendu meratapi nasibnya malam ini. Gadis itu adalah Senja. Sosok gadis dengan rambut sepundak ditambah aksen poni depan, dengan tubuh pendek dan kulit putihnya, sungguh definisi yang sangat pas untuk dikatakan seorang gadis yang manis. Namun, kata manis sama sekali tak berlaku untuk jalan hidupnya yang pahit itu. Tepat malam ini di hari anniversarynya bersama Awan Sanjaya. Kekasih yang telah menemaninya selama 2 tahun belakangan ini, dan selalu menjadi semangatnya untuk hidup memutuskan hubungan mereka tanpa Senja tau apa yang salah pada dirinya. Pondasi kokoh yang dibangunnya bersama Awan kini runtuh begitu saja, janji yang selama ini keluar dari mulut Awan seperti hanya perkataan bullshit mulai malam ini. Senja, sudah tidak tau lagi harus bagaimana, masalah keluarganya saja belum bertemu titik terang ditambah lagi dengan masalahnya malam ini. "Senja cuma mau bahagia, apa sesusah itu?" Lirih senja. Padahal baru saja kemarin hubungannya dengan Awan masih terbilang baik-baik saja, namun secara tiba-tiba tadi Awan mengahkiri hubungan mereka. Senja terus menangis, yang ada di dalam otaknya kini hanya kenangan-kenanganya bersama Awan, yang berputar terus di otaknya seperti kaset rusak. Ah rasanya kepala Senja ingin pecah saat ini juga. "Awan janji kan gak akan ninggalin Senja, walau Awan tau hidup senja itu hitam, pekat, dan gelap?" "Awan janji senja, Awan akan terus menemani senja sampai gelap itu berubah menjadi terang." "Awan akan selalu ada di samping Senja, jaga Senja, karna Awan sayang sama Senja." Senja tersenyum kecut mengingat itu, Awan yang selalu menguatkannya di setiap keadaan, sekarang sudah pergi, berganti Awan yang menyakitinya. Sudah tak ada lagi Awan dengan senyum manisnya, sudah tak ada lagi Awan dengan kalimat pemenangnya, sudah tak ada lagi Awan dengan uluran kasih sayangnya, semua itu pergi mulai malam ini. "Awan pembohong! Mana janji Awan yang akan selalu menemani Senja? Senja sendiri Awan, Senja lemah, Awan jahat!!" Senja sudah tak peduli dengan beberapa pengendara yang melihatnya serapuh ini, ia frustasi. Senja melepas high heel yang ia kenakan, ia mencoba berdiri dan berjalan dengan kaki pincangnya itu, kepalanya mulai terasa berat seakan sudah tak sanggup untuk menerima kenyataan ini. Pengelihatannya mulai buram, Senja sama sekali tak merespon banyak orang yang membunyikan klakson agar ia menyingkir. Tittt tit tiiit Senja memegangi kepalanya yang pening itu, langkahnya semakin tak terarah, ia berjalan sempoyongan hingga---. Shittt BRAKK!!! Seseorang yang berada dalam mobil itu memukul stir mobilnya, saat melihat apa yang terjadi di depannya. Selagi belum banyak orang yang mendekat dengan cepat ia memundurkan mobilnya lalu berputar balik arah dan segera melaju meninggalkan korban yang baru saja di tabrak tanpa berfikir panjang. Senja hanya bisa merasakan sakit di tubuhnya, matanya yang perlahan menutup itu hanya mampu melihat sorot lampu mobil yang perlahan menjauh. "Apa ini ahkir dari hidup Senja Tuhan? Bahkan di ahkir hidup Senja Tuhan ambil Senja dengan cara seperti ini." Ucap Senja sebelum kedua matanya berhasil menutup dengan sempurna. /// Senja mulai merasakan sakit pada bagian kepalanya, tangannya terangkat dan memegangi kepalanya itu. Perlahan matanya juga mulai terbuka dan menatap sekeliling, ruangan bernuansa putih serta bau obat yang begitu dominan. Dimana lagi kalo bukan rumah sakit, eh tunggu dulu, bukannya penabraknya telah kabur semalam? Senja lalu merubah posisinya menjadi duduk, lalu siapa yang membawanya kesini? "Sudah bangun ternyata." Senja mengikuti arah sumber suara itu, dimana seorang suster masuk ke dalam kamar rawatnya. "Siapa yang bawa senja kesini?" Tanya Senja. "Semalam seorang pria muda membawamu kesini. Oh iya, apa yang kamu rasakan sekarang?" Tanya Suster memastikan. "Kepala Senja pusing." "Itu mungkin efek karena kamu terbentur ke jalan, tidak ada luka yang serius, hanya ada pendarahan kecil di dahi dan lututmu, kalo kamu merasa sudah kuat, sore ini kamu sudah boleh pulang." "Ta--pi Senja gak punya uang," Cicit senja pelan sambil menunduk. "Kamu tidak perlu khawatir, pembayaran rumah sakit kamu sudah lunas di bayar oleh pemuda itu, kalo gitu makannya di makan ya biar badannya kuat, kalo gitu saya keluar dulu." "Siapa namanya sus?" Tanya Senja penasaran sebelum suster itu keluar dari ruangannya. "Dia tidak mau menyebut namanya, Yasudah kalau begitu saya keluar dulu." Suster itu lalu keluar dari kamar rawat senja. Senja menerka-nerka siapa pemuda itu, sudah tentu ia orang baik buktinya ia mau menolongnya. "Senja berterimakasih, meski senja gak tau kamu siapa." Monolognya. Tanpa senja sadari pemuda itu ada di balik pintu ruang rawatnya, menunggu gadis itu siuman. "Bagaimana ke adanya sus?" Tanya pemuda itu pada suster yang baru saja keluar dari kamar Senja. "Dia sudah siuman, cuma masih merasa pusing mungkin karena benturan di kepalanya," Terang suster itu. "Beri dia perawatan terbaik dan jangan biarkan dia pulang sebelum kondisinya sembuh total," Pinta pemuda itu. "Baik tuan, apa anda tidak ingin mengunjungi gadis itu? Ia sangat ingin berterimakasih padamu." "Kamu sudah lupa perjanjian yang telah kita buat?" Tekan pemuda itu. "Maaf tuan, kalo begitu saya permisi dulu." Pamit suster itu meninggalkan pemuda itu sendirian. "Maafkan gue Senja, Lo itu gadis yang baik yang harus terlibat dalam masalah ini. Gue janji akan bantu lo buat dapetin apa yang seharusnya lo punya,"Batin pria itu. /// Sama seperti penuturan suster kemarin, sore harinya Senja sudah diperbolehkan pulang ke rumahnya. Hari ini Senja bangun lebih awal, gadis itu berniat akan memasak nasi goreng kesukaan Awan, karena hari ini Awan ada pelajaran olahraga pasti ia akan sangat lapar hari ini, pikir Senja. Setelah nasi goreng buatannya jadi, Senja langsung bergegas berjalan keluar gang untuk mencari ojek, ia tidak mau terlambat ke sekolah. Saat Senja turun dari ojeknya, ia mulai merasakan hal yang aneh. Semua siswa menatapnya dengan sinis, apa mungkin karena penampilannya yang masih menggunakan perban pada dahi dan lututnya? Tapi jika difikirkan itu tidak terlalu aneh. Senja mencoba mengabaikan tatapan itu, ia terus berjalan menelusuri koridor menuju kelasnya, kini ia tau apa alasan semua siswa itu mantapnya dengan sinis. Ternyata berita kandasnya hubungan Senja dan Awan sudah menjadi berita hangat di Amerta pagi ini. “Untung deh Awan udah putus sama itu Upik abu, jelas cocok Awan sama Raya kemana-mana lah.” “Nah, kan putus juga, dari awal gue udah filing Karo mereka bakalan pisah.” “Kalo dibanding Raya mah, senja cuma butiran debu jadi gak salah Awan putusin Senja.” “Ahkirya putus juga, ka Awan lebih cocok sama ka Raya.” Itulah beberapa hinaan yang terdengar di telinga Senja, mulai dari teman seangkatannya sampai adik kelasnya. Semua menjadikannya topik pembicaraan. d**a Senja mulai merasa sesak, dengan segera ia berjalan memasuki kelasnya. Sedangkan di dalam kelas, Bella-sahabat Senja yang sudah berangkat lebih awal itu merasa marah karena banyak sekali kertas bertuliskan u*****n untuk Senja berserakan di atas meja Senja. Bella tau pasti Senja akan terluka melihat ini, dengan gerakan cepat Bella mulai membersihkan semua kertas itu. Namun, ternyata gerakannya kurang cepat karena Senja sudah memasuki kelas dan berjalan ke bangkunya, belum sempat juga ia membuang kertas itu. Ahkirya, Bella menyembunyikan kertas dinding belakang tubuhnya. Meski Senja datang dengan senyumnya, tapi Bella tau itu bukan senyum kebahagiaan tapi itu senyum kesedihan. "Jangan di paksa senyum ja kalo mau nangis, nangis aja gue tau lo rapuh sekarang," ucap Bella memeluk Senja. Ya, Bella juga telah mengetahui putusnya hubungan Senja dan Awan tadi malam dari pacarnya-Raga. "Senja gak papa kok Bella, Senja yakin tadi malam Awan cuma emosi, nanti juga Senja sama Awan udah baikan lagi," ucap Senja dengan kembali tersenyum. "Gue tau lo emang kuat ja, tapi lo juga harus kasihan sama hati lo. Mau sampai kapan lo terus begini? kalo gue boleh jujur, gue lebih suka sekarang lo yang putus sama Awan, gue aja yang jadi sahabat lo gedek sama Awan tiap kali dia pilih Raya si mak lampir dari pada lo yang pacarnya sendiri. Bella menjeda ucapannya, sambil menarik nafas. “Lo boleh cinta, tapi jangan begok ja, hati lo juga butuh istirahat," /// Bel istirahat yang dinanti Senja ahkirya tiba, meski Bella sudah mencegahnya, Senja tetap bersih keras mengantarkan nasi goreng yang sudah ia siapkan untuk Awan. Kini Senja berjalan menelusuri lorong menuju markas Araster. Dengan hati yang sedikit takut Senja melangkah ke arah ruangan di samping gudang di taman belakang sekolah yang menjadi tempat berkumpulnya Geng Araster. Geng Araster adalah sebuah geng motor yang dipimpin oleh Awan, berisikan lima anggota inti dan 100 lebih anggota lainnya yang tersebar di berbagai sekolah. Lima cowok anggota inti yang bisa disebut juga sebagai most wanted sekolah antara lain. Yang pertama sudah pasti adalah Awan Sanjaya, sang ketua yang dikenal tegas, dingin, dan cuek, namun dia antara ke empat anggotanya Awan bisa di katakan paling tampan, meski dingin dan cuek Awan juga mempunyai sisi lembut, membuat para kaum hawa berlomba-lomba untuk mendapatkan hatinya. Dan satu sifat kejelekan yang dimiliki oleh Awan yaitu, Awan itu labil. Tidak bisa membadakan apa yang seharusnya ia prioritaskan, antara sahabat atau pacar. Yang kedua adalah Raga Pratama, anggota Geng Araster dan juga menjadi pemimpin ekstra karate di sekolah, bayangkan saja bagaimana bentuk tubuh Raga dengan otot-otot dan roti sobeknya itu yang sangat menggoda. Namun sayangnya, Raga telah sold out karena telah memiliki Bella. Satu sifat jelek yang dimiliki Raga yaitu, Raga itu sangat posesif terhadap Bella. Ketiga adalah Galana Saputra, anggota Geng Araster yang terkenal sebagi fuckboi di Amerta. Dengan tatapan dan rayuan mautnya selalu berhasil membuat para kaum hawa langsung meleleh dibuatnya. Gala juga mempunyai suara yang selalu berhasil menyihir siapa saja yang mendengarkannya, tak heran jika dia dinobatkan sebagai fuckboi Amerta. Keempat adalah Ilham Surya, anggota Geng Araster yang paling suka dengan yang namanya kuaci, mungkin hidupnya akan terasa hambar tanpa ada kuanci. Terakhir adalah Brian Adriansyah, manusia es di dalam Araster. Ganteng doang tapi sifat kek kulkas 12 pintu. Banyak sekali gadis yang mengidolakan, bahkan mengejarnya agar dijadikan pacar untuk Brian tapi Brian itu memiliki sifat dingin paling tinggi untuk mereka makanya tak jarang dari mereka menyerah untuk mendekati Brian. "Eh neng Senja, pasti cari bos Awan ya? Masuk aja bos ada di dalem." Ucap Ilham yang duduk di kursi depan markas. Senja menguatkan dirinya sebelum masuk, biasanya ia akan masuk ke dalam ruangan ini dengan tangan Awan yang selalu menggenggam tangannya. Tapi sekarang? Di dalam sana Geng Araster sedangkan asik bernyanyi dengan iringan dari gitar Gala,petikan gitar itu langsung terhenti saat Senja memasuki ruangan. Pandangan pertama yang Senja lihat adalah Awan yang duduk di sofa dengan Raya yang menempel manja pada lengan Awan. Sungguh hati Senja seakan tersayat-sayat menyaksikan ini, baru saja kemarin ia masih berada di posisi itu tapi sekarang? Dunia berputar bagitu hebat, sekuat tenaga Senja menahan air matanya agar tidak terjatuh disana. Senja mendekat ke arah Awan dan berusaha memunculkan senyumnya yang sangat sulit itu. "Awan, ini Senja bawa nasi goreng kesukaan Awan." Ujar Senja takut-takut. Awan menatap dingin gadis yang berdiri di hadapannya, batin Senja bertanya "kemana tatapan dengan rasa nyaman itu Awan? Kenapa hilang?" "Ck gue gak suka nasi goreng! Mending lo keluar dari sini gangnggu aja," tolak Awan yang nyakitkan bagi Senja. Semua yang ada disana mentap iba pada Senja, Awan boleh menolak namun bisakah ia berbicara dengan baik? "Udah, nasgor nya buat Gala aja ya Senja." Ujar Gala mencoba menjadi penengah di suasana yang semakin memanas. "Udah di ambil Gala kan makanannya, udah keluar sana lo!" Ucap Awan Sinis. "Yaudah Senja keluar ya Awan." Pamitnya dengan hati yang pilu keluar dari sana. Awan menghembuskan nafas kasar melihat Senja telah keluar. "Lo udah berlebihan sama Senja bos." Tegur ilham. "Tau nih si bos, tau gitu bebeb Senja buat Gala aja."tambah Gala. Awan mengedikkan bahunya seolah tak peduli dengan ucapan Raya dan Gala, ia kembali menatap Raya yang kini berada di sampingnya. "Lepas Ray, panas," ucap Awan sambil melepaskan tangan Raya yang melingkar di bahunya. Dengan wajah yang ditekuk Raya melepaskannya. "Gue kurang apa sih dibandingin Senja? Jauh bagusan gue kamana-mana, tapi kenapa lo masih pilih dia terus sih!" Batin Raya kesal.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD