Sebenarnya Raya sangat malas harus pulang bersama dengan Ilham, saat pelajaran di kelasny selesai dan Raya keluar dari kelas ilham, cowok itu sudah menunggu Raya di sepan kelas gadis itu.
"Kenapa sih yang nganterin gue itu lo?" Tanya Raya kepada Ilham.
"Ya karena, Awan pulang bareng sama Senja," celetuk Ilham.
"Ya kenapa ga lo aja yang nganterin itu si Senja biar gue pulang sama Awan?"
"Ya karena mereka pacaran," jawab ilham lagi yang mebuat Raya semakin merasa sangat kesal kapada ilham.
"Yaudah deh buruan gue pengen cepet-cepet sampai rumah!" sembur Raya lagi.
"ya jangan marah- marah dong, makin mirip sama nenek lampir lo!" ejek ilham.
"YA KALO EMANG NENEK LAMPIR KENAPA?!" ngegas Raya.
"santai doang, gini amat gue sekalinya nganterin cewek, cewek setengah macan." gumam ilham.
Setelah itu Ilham berjalan lebih dahulu ke tempat parkir, lama- lama gendang telingnya bisa jebol mendengarkan ocehan- ocehan Raya, masih untung dirinya mau mengantarkan Raya.
"Nih helm buat lo," Ilham menyerahkan sebuah helm buat Raya.
Raya menerimanya dengan raut wajah yang tetap jutek saja, "Gak lo cuci berapa tahun ini helm? bau banget!" tanya Raya yang menciun aroma- aroma tidak sedap dari helm yang ilham berikan.
"Gak gue cuci seabad, puas lo? tinggal pakek aja ribet amat," kesal Ilham sambil memundurkan motornya untuk keluar dari barisan tempat parkir.
Lama- lama rasanya ilham ingin menyumpel mulut Raya menggunakan kaos kaki saja rasanya!!!!
"Buruan naik," suruh ilham.
Dengan terus berkeluh kesah, Raya naik ke atas motor ilham.
"Awas ya lo bikin gue celaka naik motor lo ini," was-was Raya.
"Khusus lo gue bawa ke ahkirat sekalian."
"sialan."
////
Sepulang sekolah kali ini Awan tidak langsung mengantarkan Senja untuk pulang, ia mengajak gadis itu untuk mampir sebentar mencari makanan sebentar di pinggiran jalan.
"Hari ini masuk kerja jam berapa?"
"Hari ini kan sabtu Awan, Senja libur kerja."
"Laper?" tanya Awan lagi pada Senja.
"Lumayan," jawab Senja.
"Makan mie ayam dulu mau?" tayar Awan.
"Seblak boleh?"
"Enggak ya, itu pedes tadi kan habis sakit," balas awan.
"yaudah deh, mie ayam boleh," jawab Senja.
Awan lalu membelokkan motornya ke pedagang mie ayam yang mereka lewati.
"Mang mie ayamnya dua," ujar Awan pada penjual mie ayam.
"Siap atuh, mangga duduk dulu," jawab penjual mie ayam itu.
Awan dan Senja mencari bangku kosong untuk mereka berdua duduk disana.
"Masih pusing?" tanya Awan memperhatikan Senja.
Senja mengeleng, "Enggak."
"Masih marah ya?"
Senja menggelang lagi.
"terus kenapa musam gitu mukanya?"
"Senja gak papa Awan," Ujar Senja sambil berusaha tersenyum.
"gitu dong pacar aku senyum, kan cantik," goda Awan, membuat kekehan kecil di antara mereka.
ssebenernya, yang senja pikirkan adalah bagaimana kelanjutan hubungannya bersama dengan Awan, tidak mungkin ia akan berada di fase ini terus kan? selalu berada di posisi bawah Raya.
"ini mie ayamnya, silahkan dimakan," ujar penjual mie ayam menyerahkan pesanan mereka.
"makasih mang," kata Senja dan Awan bersamaan.
"Aduh serasin pisan, ngomong aja bisa barengan gitu, pasti pacaran ya?" tanya penjuak mie ayam yang di balas anggukan kepala oleh Awan.
"Mamang jadi inget masa muda dulu sama istri mamang, istri mamang dulu galang pisan, jadi susah ngedekatinnya, aduh kok malah jadi cerita gini yaudah dimakan mienya ya, mamang mau buatton pesanan lagi."
Awan dan Senja menikmati mie ayam mereka masing-masing sampai bunti notifikasi pada ponsel awan membuat arah fokusnya beralih, senja bisa melihat nama siapa yang tertera di sana, tentunya nama Raya.
"Sebentar ya aku angkat telfon dulu," kata Awan.
Dan senja hanya bisa menggangguk.
Awan tersenyum kepada Senja yang selalu memberikan dirinya pengertian. Cowok itu lantas berdiri mencari tempat agak menjauh sedikit untuk menjawab panggilan dari Raya.
"Hallo Ray, kenapa?" tanya Awan.
"Awan, kamu bisa kesini sekarang ga? kepala aku kerasa pusing, mama belum pulang," adu raya dari sebrang sana.
"Di rumah ada bi surti kan?"
"iya ada."
"Minta bi sutri bawain obat dulu ya, habis ini gue kesana," kata Awan, maksudnya dia akan ke rumah Raya setelah mengantarkan Senja pulang nanti.
setelah itu Awan mematikan sambungan telfon yang menghubungkan dirinya dengan Raya.
"Raya minta kamu kerumah dia ya" tebak Senja, dan tentunya pasti akan tepat sasaran.
Awan mengangguk, "iya, tapi kan sekarang aku masih ada kamu, jadi aku nagterin kamu dulu kerumah, toh aku udah janji kan bilang mau ngenterin kamu?"
"kalo kamu mau pergi susulin Raya, aku ga papa kok Awan."
"Engga, aku bilang kan mau nganteri kamu, sekarang habisin makanannya dulu ya," Awan mengusap puncak kepala senja.
keduanya sama-sama menghabiskan mie ayam mereka berdua baru setelah itu Awan mengantarkan Senja pulang ke rumahnya.
/////
"Raya dimana bik?" tanya Awan pada bi surti, setelah mengantarkan senja sampai di depan rumah gadis itu Awan lalu menjunu rumah Raya yang tak lain ada tepat di samping rumahnya, karena memang rumah mereka bertetangga dan mereka bersahabat dari kecil.
"Di kamarnya den, tadi katanya pusing tapi bibi sudah beri obat kok, den Awan belum pulang ke rumah ya?" tanja Bi surti yang melihat awan masih lengkap mennngunakan seragam sekolah dan membawa tas ranselnya.
"Belum bi, yaudah ya aku ke kamar raya dulu."
"Gak mau bibi ambilin makan den?"
"gausah bi, tadi sebelum kesini udah mampir makan."
Awan lalu berjalan ke kamar Raya yang berada di lantai dua rumah itu, saat Awan masuk ke kamar Raya ternyata gadis itu terlelap ke dalam tidurnya, mungkin karena efek obat yang ia minum makanya Raya tertidur.
Awan duduk di kursi belajar Raya, di meja gadis itu masih terpajang figura yang berisikan foto mereka waktu kecil, Awan masih menginat betul kapan foto itu diambil.
Dulu Raya adalah anak pindahan di komplek ini dan di sekolahnya setelah orang tau Raya pisah. Perkenalan awal mereka adalah saat Raya di bully dan Awan menolongnya, sejak saat itu Awan berjanji akan menjadi sahabat Raya dan akan selalu ada di sampung gadis itu.
hari- hari berlalu hubungan mereka semakin dekat, setiap hari mereka berangkat ke sekolah bersama dan bermain bersama, semuanya terasa menyenangkan bagi Awan dan tentu saja Raya yang bertemu dengan teman sekaligus pelindung bagi dirinya, saat Smp dan kini Sma mereka selalu memilih sekolah yang sama agar mereka bisa selalu bersama dan Awan bisa salalu menajanya, karena Raya juga memiliki kekebalan tubuh yang kurang, jadi gadis itu mudah sekali sakit.
Sampai tanpa di sadari ada yang menaruh hati di antara mereka berdua, yaitu Raya. Raya sudah menganggap Awan lebih dari sabahat karena Raya mencintai Awa, namun Awan menganggap Raya sebagai adiknya.