Bab 15 Cinderella Mini Market

1065 Words
Jam dinding menunjukkan pukul 11 lewat 47 menit. Misaki sangat, sangat lelah. Lagi! Ia tepar di lantai tatami. Rasanya rohnya melayang keluar. Sinar matahari menembusi kaca-kaca pintu geser, ruangannya kini berefek dramatis. Jika saja masa lalunya normal seperti yang lain, apakah hal-hal semalam itu akan jadi makanan sehari-harinya? Ia tak ingat seperti apa dirinya berinteraksi dengan penampilan dan karakter yang berbeda sebelum menjadi Sadako. Otaknya kosong seketika. "Seperti mimpi..." gumamnya pelan pada diri sendiri. Pikirannya mengingat-ingat kembali kejadian semalam, berusaha menarik kesimpulan dan pelajaran untuk membuat rasa percaya dirinya naik secara instan. Namun, entah kenapa dia cuman merasa minder tak ketulungan, ekspresinya bermuram durja. Reiko memerintahkannya untuk berdandan seperti itu ke tempat kerjanya, lalu menjadi pengawas online dengan meminta bukti foto dan video setiap satu jam sampai ia menyelesaikan shift-nya. Katanya sebagai latihan menambah rasa percaya diri. Jujur saja, itu sangat sulit dilakukan ketimbang dikatakan! "YES! INI SEPERTI KEHIDUPAN GANDA DI CERITA NOVEL ROMANTIS! AKHIRNYA AKU MENGALAMI JUGA SAAT-SAAT MENDEBARKAN INI!" Komentar Yuka saat tahu siapa wanita super cantik yang datang ke toko lalu menyapanya tanpa tedeng aling-aling. Gara-gara kegiatan bersama kakak Toshio semalam, ia terlambat ke tempat kerjanya. Yuka bengong cukup lama sampai Misaki menjelaskan siapa dia. Mulutnya membulat huruf O cukup lama lalu menjerit kegirangan. Rasanya seperti  r a k y a t  jelata yang disapa oleh seorang putri bangsawan, ungkapnya demikian penuh rasa bangga pada Misaki. Derajat Yuka seketika terasa naik bertingkat-tingkat. Ditambah, hanya Yuka saja yang tahu siapa identitas Misaki yang saat itu akhirnya terpaksa berpura-pura sebagai keluarga jauhnya yang berkunjung ke tempat kerja (agar tak ketahuan siapa pun). Tambah banggalah dirinya itu. Statusnya seolah jadi orang paling penting di dunia! Yuka sampai selfie entah berapa puluh kali sampai merasa puas, lalu diupload ke media sosialnya. Wajah Yuka sangat jelas dengan senyum lebar nyengir kuda, sementara Misaki hanya separuh wajah saja di balik uraian rambutnya, ekspresinya malu-malu nan elegan. Captionnya: [ HEBOH! Seorang cinderella mampir ke mini market kami! Siapa yang beruntung belanja malam ini, bisa disapa dengan senyuman manis bak madu asli! ] Hastagnya pun tidak kalah heboh hingga reaksi pada postingannya mencapai dua puluh ribu lebih, disusul komentar netizen yang tak kalah penuh dugaan dan pujian. Ada pula yang tak percaya sampai menuduh Yuka cuma sebar hoaks demi menaikkan penjualannya. Sesuai instruksi Yuka, ia hanya perlu tebar senyum yang manis-manis. Untung saja dia pandai mendalami karakter ceritanya hingga sepanjang jam kerja ia berakting menjadi orang lain, dan ketika masuk ke ruangan sepi, megap-megap panik luar biasa. Yuka bersedia menggantikan bagiannya saat menghadapi  p e l a n g g a n  secara langsung. Jadi ia hanya di bagian beres-beres etalase makanan dan bagian bersih-bersih lainnya. Itu pun ia merasa risih dengan curi-curi pandang orang yang menatapnya. Lelah tebar senyum terus-menerus sampai pipinya sakit, sepanjang sisa malamnya, ia hanya membelakangi para  p e l a n g g a n  yang datang dan berusaha menutupi wajahnya dengan apa saja dalam jangkauannya senatural mungkin. Beberapa orang sempat ingin mengabadikannya melalui ponsel secara diam-diam, tapi Yuka dengan cekatan merebut ponsel itu dan meminta bayaran dua puluh ribu yen per klik. Auto mundur teratur pun terjadi. Saat Misaki mulai merasa tak nyaman dan capek, ia pun lari ke belakang toko. Bersembunyi seraya melemaskan punggung yang kaku. Selain mengetahui rahasia menarik, penjualan Yuka pun laku keras! Tak henti-hentinya ia tertawa bangga dan songong sekali dengan pose berkacak pinggang. Perempuan ceria itu terkenal mampu memanfaatkan situasi mendulang uang tak peduli siapa, apa, dan kapan. Selama bukan tindakan kriminal, ia tak akan malu-malu sedikit pun. Tak lupa Misaki selalu mengingatkan untuk tidak memberitahu siapapun tentang sosok dirinya yang lain. Karena gelagat Yuka seperti bom nuklir yang sudah siap untuk menembakkan kebenaran ke seluruh dunia! "Sadako mini market kami ternyata adalah cinderella tersembunyi, loh! Harta karun daerah kami!" Hampir saja caption itu yang terpampang di medsosnya sebelum dihentikan secepat kilat oleh Misaki. Meski kurang paham, Yuka berusaha menahan diri karena perempuan bermata empat itu berjanji akan menjelaskannya saat waktunya tepat. Entah bagaimana nanti ia akan menjelaskan kondisinya pada rekan kerjanya yang kadang suka ceplas-ceplos itu! Matanya dikerjapkan beberapa kali, lalu menghela napas panjang, kembali ke saat ini. Pikirannya sumpek dan rumit dengan kejadian itu. Ia melirik meja lesehan, diraihnya ponsel dan melihat tiga puluh lebih panggilan sang editor di sana. Rasa jengkel mencengkeram dadanya. Kan sudah dia bilang untuk tidak menghubunginya? "Halo?" "Akhirnya! Misaki-san! Kenapa tak menjawab teleponku?" "Ponselku dalam keadaan bisu." Ia menaruh topi cokelat berlogo bintang ganda di atas meja. "Jadi, bagaimana dengan perkembangan novelmu?" "Bukannya sudah kuberitahu terakhir kali jangan meneleponku dulu?" "Aku tahu, Aku tahu. Ehm.... Sebenarnya aku ingin memberitahumu sesuatu. Tapi tidak bisa melalui telepon. Apa kita bisa bertemu secara langsung?" "Ada masalah apa? Katakan saja. Aku tidak keberatan." Desaknya. "Itu… Ada perusahaan yang tertarik untuk menjadikan 'Pertemuan Lintas Waktu' sebagai film layar lebar. Ma-" belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, Misaki menutup teleponnya. "Halo? Mi-Misaki? Misaki-san? MISAKI-SAN???" sang editor kalang kabut di meja kerjanya, air mukanya seperti ingin menangis. Ia menatap lesu pada ponselnya. "Anak itu… masih saja menolak mengangkat karyanya ke layar lebar. Bagaimana ini? Semua orang memberiku tekanan yang hebat." Ia melengos pasrah. BRAK Pintu geser beranda dibuka. Udara segar masuk ke dalam ruangan apartemen Misaki yang cukup pengap. Riasan wajahnya sudah dibersihkan dan kembali ke dirinya yang biasa. "Dasar pak editor menyusahkan! Mana bisa aku menjadikan cerita itu layar lebar? Bisa-bisa aku ketahuan, kan?" matanya melirik gugup balkon Wataru. Sepertinya teman perempuan lelaki itu sudah pulang. Sepi sekali di seberang sana. Pintunya tertutup rapat. Lagi keluar, ya? Misaki mencondongkan tubuhnya, mencoba mengintip sedikit. Pelan… Pelan… Dan hati-hati sekali. Matanya memicing berusaha mengintip bayangan apa pun pada pintu kaca geser di sana. "Misaki!" Suara teriakan Wataru tiba-tiba membuat Misaki gelagapan dan panik, seolah ketahuan sedang melakukan hal yang tak pantas. Srek! Dia terduduk lesu di lantai. Napasnya memburu. Pucat bukan main. Bahkan jantungnya serasa ingin melompat keluar. "Oi, Misaki! Buka pintunya! Mau sampai kapan kau tidur terus? Kau tidak pingsan, kan? Jangan pingsan! Tidak ada pangeran berkuda putih yang bisa memberikanmu ciuman cinta sejati!" "Dasar pria itu!" geramnya seraya bangkit berjalan menuju pintu. BRAK "Kenapa lama sekali bukanya?" tanyanya sinis. Matanya memicing tajam, dagu terangkat sedikit. Misaki tertegun. ----------- *Catatan Penulis NOVEL INI HANYA BISA DIBACA DI: 1. W*BNOV*L  (GANTI TANDA * DENGAN HURUP E ) 2. DREAME / INNOVEL GRATISSSS ALIAS TIDAK AKAN DIGEMBOK SAMPAI BATAS WAKTU YANG TIDAK DITENTUKAN. FB AUTHOR:  NATSUMI HIKARU ================    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD