BAB 17

3715 Words
Tidak pernah terbayangkan kalau aku berhasil menghilangkan rasa takutku dan bisa mengalahkan makhluk yang paling kutakuti dari mimpi burukku. Ini benar-benar tak terduga sama sekali. Aku pikir aku akan mati jika berhadapan dengan makhluk menyeramkan tersebut, tapi nyatanya, aku bisa mengalahkannya! Sekarang, makhluk itu telah terkapar tak berdaya di lantai berlumut, dia mati karena tertusuk oleh ranting tajam di dadanya, tentu saja, itu oleh perbuatanku. Cairan kental berwarna merah yang keluar dari dadanya mengalir dan menyebar, membanjiri lantai dengan aroma anyir yang menyengat. Aku berdiri memandangi jasad makhluk berbulu yang tak memiliki kaki itu, sungguh, aku senang dapat memenangkan pertarungan ini, padahal ini adalah pertarungan pertamaku, tapi aku bisa menyusun taktik dengan lancar tanpa hambatan demi bisa memenangkannya. Entah kenapa, aku jadi bersyukur dapat memiliki sedikit kecerdasan, karena di dalam pertarungan, terkadang, kecerdasan sangat dibutuhkan untuk bisa memenangkan sebuah pertarungan. Karena itulah, aku pikir, kecerdasan itu sangat berguna, apalagi jika lawanku adalah musuh yang sangat kuat. "Selamat! Kau berhasil, Biola!" Sun berlari menghampiriku dari sudut ruangan yang merupakan tempatnya menonton pertarunganku melawan makhluk aneh tersebut. Dia menepuk-nepuk punggungku seraya tertawa saking bangganya padaku. "Aku tahu, kok! Kau pasti bisa mengalahkannya! Dan tebakanku benar! Haha!" Aku ikut tertawa mendengarnya. "Walaupun sebagian besar, kemenangkanku berkat bantuanmu, Sun! Haha! Terima kasih banyak, ya!" balasku dengan tawa yang renyah. Sun menyenggol bahuku dengan sengaja, "Kau ini bisa saja, hahahaha! Tapi itu memang benar, sih, kau kan belum bisa menggunakan sihir!" Seketika aku langsung cemberut mendengar respon dari Sun yang terkesan meledekku, menjengkelkan sekali. "Ngomong-ngomong tentang sihir, bukankah aku sudah memenuhi syaratnya? Yaitu mengalahkan makhluk yang paling kutakuti dari mimpi burukku, lalu, sekarang apa? Seharusnya kekuatan sihirku telah bangkit, 'kan?" Sadar akan hal itu, Sun langsung memasang wajah semangat. "Pertanyaan bagus, Biola! Tunggu sebentar, ya!" Sun tiba-tiba berlari ke tengah-tengah ruangan, meninggalkanku yang terheran-heran melihat tingkah anehnya, kemudian di sana, ia membungkuk, jemarinya menyentuh lantai, dan tiba-tiba saja, jasad makhluk dari mimpi burukku lenyap, lalu, secara perlahan, lantai berlumut ini berubah menjadi sebuah kaca transparan yang memiliki ukiran-ukiran bunga warna-warni di permukaannya, dan di tiap sisi ruangan, tumbuhlah beberapa buah bunga mawar berwarna hitam yang ukurannya cukup besar. Jika dihitung, bunga mawar hitam raksasa ini berjumlah sepuluh, dan bunga-bunga tersebut tumbuh di tiap sisi ruangan, dan di dalam kelopaknya, muncul sebuah kristal bercahaya yang warnanya berbeda-beda di tiap bunga. Aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi di sini sekarang, dan kelihatannya Sun paham apa yang sedang ia lakukan. Sun menegakkan kembali badannya, lalu ia berjalan pelan mendekatiku dan berkata, "Sekarang, tugasmu hanyalah mengambil kristal yang tersimpan di dalam bunga mawar hitam tersebut, tapi kau hanya boleh mengambil satu dari sepuluh kristal yang ada, pilihlah kristal yang paling kau sukai, Biola." Kristal itu memiliki bentuk bulat yang mengkilap, sepertinya jika aku memegangnya, akan terasa licin. Dan aku kebingungan setelah diperintahkan untuk mengambil satu dari sepuluh kristal yang ada di ruangan ini. Sepuluh kristal itu mempunyai warna cahaya yang berbeda-beda, ada yang berwarna merah darah, biru laut, hijau rumput, cokelat kayu, kuning cerah, merah muda, putih s**u, biru langit, ungu anggun, dan hitam gelap. Setelah melihat sepuluh kristal itu satu-persatu, aku takjub dengan pancaran cahaya warna-warni yang keluar dari kristal tersebut, membuatku semakin bingung untuk memilihnya. Kira-kira, kristal warna apa yang harus kuambil, ya? "Ayo, Biola! Ambil saja, kau tidak perlu khawatir, apa pun pilihanmu, itu pasti yang terbaik untukmu." Karena Sun bilang demikian, aku segera saja berjalan santai mendekati bunga mawar yang menyimpan sebuah kristal pilihanku. Sesampainya, mataku tak henti-hentinya melotot kaget karena jika dilihat dari dekat, ternyata kristal tersebut sangatlah indah. Menurutmu, kristal warna apa yang kupilih? Tentu saja, aku memilih kristal berwarna merah muda, alasannya? Mungkin karena merah muda adalah warna feminim yang sangat kusukai. Kemudian, dengan sangat hati-hati, aku mengambil kristal tersebut dan membawanya di dadaku seperti sedang menggendong bayi. Aku berjalan kembali menghampiri Sun yang masih berdiri di tengah-tengah ruangan, aku menunjukkan padanya kalau kristal yang kupilih adalah yang ini, berwarna merah muda. "Aku pikir dari semua kristal indah di sini, yang paling membuat mataku terus tertuju padanya adalah kristal ini, aku menyukai warnanya yang begitu imut, mencerminkan sosok perempuan feminim yang cantik. Jadi, setelah ini, apa, Sun?" Melihatku membawa kristal berwarna merah muda membuat Sun tersentak, dia sepertinya tak menyangka kalau aku akan memilih kristal ini. "Jadi itu alasanmu memilih yang ini, Biola? Apa kau tahu apa artinya itu?" Mendengar pertanyaan Sun membuatku mengedikkan bahu tak paham pada ucapannya. "Beritahu aku apa artinya, Sun." pintaku dengan tampang memohon. "Itu artinya! Tipe elemen sihirmu adalah... CINTA!" Sontak, aku langsung terkejut mendengar penjelasan dari Sun. Aku benar-benar kaget dengan apa yang dikatakannya. "Y-Yang benar saja!?" Aku mengernyitkan dahi tak percaya. "Ci-Cinta!? Memangnya ada, ya? Sihir semacam itu!?" "Tentu saja! Malahan, sihir tipe cinta termasuk ke dalam elemen yang langka, karena sihir tersebut jarang dimiliki oleh para penyihir! Dan di dunia dongeng, yang memiliki tipe sihir seperti ini tinggal beberapa orang saja dari sekian juta penyihir!" Aku takjub mendengar penjelasan dari Sun yang cukup panjang, ternyata kristal yang kupilih adalah tipe elemen yang cukup langka dan itu akan menjadi kekuatan sihirku kelak. "La-Lalu, apakah tipe elemen ini bisa digunakan untuk bertarung!? Kemudian, bagaimana cara menggunakannya?" Aku bertanya sebanyak mungkin pada Sun agar nantinya aku tidak kebingungan saat mengaktifkan sihir yang kupilih ini, walau aku sendiri tak tahu bagaimana cara mengaktifkannya. "Oh, tenang-tenang, Biola! Sepertinya kau jadi lebih bersemangat dariku, itu bagus, sih, tapi kupikir, lebih baik kau telan dulu kristal itu ke dalam tenggorokanmu sebelum kau bertanya lebih lanjut mengenai sihir yang kau pilih." "H-HAH!? ME-MENELANNYA!?" Mataku terbuka selebar-lebarnya saking terkaget mendengar hal yang diperintahkan Sun barusan. "Iya! Kau harus menelannya, agar kristal itu mencair di dalam tubuhmu dan dapat mengalir ke tiap bagian tubuhmu dan dapat terkumpul menjadi energi sihir yang dapat kau gunakan sesuka hatimu." "Jadi begitu ya? Baiklah! Aku akan menelannya seperti yang kau perintahkan." Pelan-pelan, aku mengangkat kristal yang kugendong itu ke depan mulutku, dan kemudian, kubuka lebar-lebar bibirku, lalu kumasukkan kristal berwarna merah muda itu ke dalam mulutku secara perlahan. Setelah masuk, kristal itu menggelinding dan jatuh ke dalam tenggorokanku, tak kusangka rasanya akan semanis ini, seperti menelan sebuah permen rasa strawberry. "Urgh!" Tiba-tiba, perutku seperti dicengkram oleh sesuatu dari dalam, dan cengkramannya semakin kuat, membuat kedua tanganku memegang perutku dengan kencang, tapi rasa nyerinya masih tetap terasa. "Sakit! Aku tak tahan! Rasanya sakit sekaliii! Ada apa ini!? Sun! Tolong jelaskan padaku! Argh!" Lututku sampai terjatuh ke lantai, rasa nyeri ini perlahan-lahan seperti sedang merenggut nyawaku. Aku tak kuat lagi untuk menahannya. "AAAAARGHH! SUN! TOLONG! LENYAPKAN RASA SAKIT INI! AKU--URGH!" Sun memperhatikanku dengan ekspresi santai dan kemudian berucap, "Tenang saja, itu hanyalah gejala awal dari kebangkitan kekuatan sihirmu, mungkin hanya beberapa menit saja hingga rasa sakit itu hilang sepenuhnya, bertahanlah sebentar, Biola! Tubuhmu sedang mencoba beradaptasi dengan sesuatu yang tak dikenalinya." "Aku.. Aku... TAK TAHAN LAGI!" Rasa sakit yang melilit perutku, semakin ke sini, semakin kuat saja, membuatku jadi sangat kesakitan. Aku terbatuk-batuk, peluhku yang mengalir dari leher ke dagu, lalu jatuh ke lantai, membasahi kaca transparan yang saat ini kupijakki. Aku menjerit sekencang-kencangnya, melampiaskan rasa perih yang mencengkram perutku, sementara Sun yang ada di hadapanku hanya diam saja, tak ada niatan untuk menolongku dari penderitaan ini. Sun bilang, rasa sakit yang kini menjeratku hanyalah gejala awal dari proses adaptasi tubuh dalam menerima energi sihir yang akan terkumpul di dalamnya. Tapi sungguh, mau apa pun alasannya, aku tidak peduli, soalnya ini benar-benar sakit sekali. Aku tak menyangka setelah menelan sebuah kristal pilihanku, kondisiku akan jadi seperti ini. Kukira, setelah mengalahkan makhluk dari mimpi buruk, aku bakal langsung mendapatkan kekuatan sihir tanpa ada hal-hal lainnya, tapi nyatanya, tidak semudah itu. Masih ada fase-fase selanjutnya yang akan kuhadapi demi menjadi penyihir yang sesungguhnya. Kuharap rasa sakit ini akan jadi fase terakhir, agar aku bisa lepas dari percobaan-percobaan menyakitkan seperti ini. "Aku... Aku... AKU TAK TAHAN!" Saking tak kuatnya menahan rasa sakit, aku menjatuhkan lututku ke lantai, dan kedua lenganku menjambak-jambak rambut merahku sendiri. Mataku melotot, air mata yang mengalir jadi membasahi kedua pipiku, dan gigiku saling menggemeretak tak karuan. Dan entah bagaimana, tiba-tiba saja, seluruh bagian tubuhku bercahaya, dan cahayanya berwarna merah muda, rambutku yang sebelumnya kusut berantakan, jadi lurus selembut sutra, kulitku yang sebelumnya banyak luka lecet bekas dari pertarungan, jadi bersih dan mulus kembali, dan sensasi menenangkan ini benar-benar membuatku sangat nikmat, rasanya seperti tubuhku sedang tenggelam di air hangat. "Wah, Biola. Sepertinya tubuhmu sudah menerima energi sihir, dan kini, seluruh badanmu sedang diberikan obat penenang oleh sihir dari dalam tubuhmu agar rasa sakit yang kau derita menghilang." Tapi, benar juga apa yang dikatakan Sun, rasa sakit yang barusan menghantam tubuhku jadi berangsur-angsur lenyap, digantikkan dengan rasa nikmat seperti berada di pemandian air hangat. Aku benar-benar dimanjakkan oleh 'obat penenang' ini. Setelah tubuhku sudah sepenuhnya kembali membaik seperti sedia kala, aku beranjak untuk berdiri dan menatap Sun dengan ekspresi berbunga-bunga. "Sebelumnya memang sangat menyakitkan, tapi sekarang, aku sudah kembali normal! Aku tak menyangka kalau sihir yang kuperoleh bisa menyakitiku dan memanjakkanku secara bergantian, membingungkan, juga, ya? Hahaha!" "Selamat, kau sudah berhasil menjadi seorang penyihir, Biola. Kau telah melakukan segala persyaratan dengan sangat baik! Kau sudah pantas jadi seorang penyihir di dunia dongeng!" Sun menepuk-nepuk pundakku dengan tersenyum lebar, mencoba membuatku senang. Aku sangat bahagia saat Sun mengatakan hal itu, dia memang perhatian padaku, dan sekarang, sepertinya aku sudah bukan lagi manusia biasa, karena aku telah bertransformasi menjadi seorang penyihir. * * * Kini, aku bersama Sun sedang duduk di kursi panjang di halaman belakang rumah jamur miliknya, kami berdua sedang menceritakan bagaimana serunya diriku saat melalui berbagai rintangan untuk menjadi seorang penyihir. Aku dan Sun tak henti-hentinya tertawa saat membahas bagian nikmatnya dimanjakkan oleh energi sihirku sendiri setelah ingat bahwa sebelumnya aku dihantam bertubi-tubi hingga menjerit kesakitan oleh energi tersebut. Suara burung yang berkicau di antara pepohonan raksasa yang ada di sekitar kami membuat suasana halaman belakang ini jadi semakin nyaman, apalagi saat angin sepoi-sepoi berhembus, mengusap kulitku, membuatku jadi ingin berlama-lama di sini. Kemudian, di tengah-tengah gelak tawa, aku jadi teringat soal cara mengaktifkan sihirku, karena itulah, sebelum lupa lagi, aku segera bertanya pada Sun. "Mengenai sihirku, aku ingin bertanya, bagaimana caraku untuk mengaktifkannya? Lalu, kekuatan apa yang akan kukuasai dalam sihir berelemen cinta? Dan apakah bisa kugunakan dalam pertempuran?" Aku sengaja memberikan banyak pertanyaan pada Sun, agar nantinya aku tidak kebingungan lagi. Mendengar banyaknya pertanyaan yang terlontarkan dariku, membuat Sun menelan ludahnya, karena kaget. "Woah, apa ini? Kau bertanya seakan-akan kau menyerangku dengan pukulan bertubi-tubi, membuatku tak bisa bertahan lebih lama lagi, hahaha!" Lalu, raut muka Sun beralih ke mode serius. "Baiklah, seperti namanya, elemen sihir yang kauperoleh adalah 'cinta', yang artinya kau bisa menyebarkan rasa cinta kasih pada orang lain, kau juga bisa merenggut perasaan itu dari orang lain, sesukamu. Selain itu, cara mengaktifkannya cukup mudah, berikan saja sebuah gerakan isyarat pada tubuhmu agar dia mengerti apa yang kau butuhkan saat ini. "Terkait apakah sihir cinta bisa digunakan dalam pertempuran, aku sendiri pun tidak tahu, karena aku tidak pernah melihat seorang penyihir berelemen cinta bisa bertarung atau tidak, tapi yang jelas, apa pun elemenmu, itu tergantung padamu, jika kau bisa memodifikasinya menjadi 'mode petarung', maka itu bisa terjadi. Jadi, jangan khawatir, Biola." Aku menganggukkan kepala tanda mengerti atas ucapannya padaku, kemudian, aku bertanya lagi padanya mengenai sesuatu yang selama ini kuinginkan. "Maaf jika pertanyaanku terlalu banyak, tapi, ini sangat penting. Aku hanya ingin bertanya, sebelumnya kau bilang, bahwa di dunia ini ada penyihir liar dan resmi, nah, kau sendiri termasuk ke dalam penyihir apa, Sun?" Kali ini, Sun terlihat kaget dengan pertanyaanku, karena mungkin, ini menyangkut identitasnya. Maafkan aku jika aku bertanya tak sopan, tapi aku benar-benar penasaran. "Tentu saja, aku adalah seorang penyihir liar!" Tersentak, aku langsung menimpalinya pertanyaan lagi, "Me-Mengapa kau menjadi penyihir liar daripada menjadi penyihir resmi, Sun?" "Karena... Aku membenci kaum bangsawan!" "Apa alasanmu hingga membenci mereka, Sun?" Berdecak kesal, Sun menutup mulutku dengan jari telunjuknya yang ditempelkan pada bibirku. "Aku pikir, kau tidak perlu mengetahuinya, Biola," ucap Sun dengan pandangan mata yang menindas, sadar telah melakukan kesalahan, aku segera mengganti topik pembicaraan. "Ah-Ahaha! Ya ampun, maafkan aku! Karena rasa penasaranku terlalu besar, aku jadi membuatmu kesal, ya? Maafkan aku Sun! Ngomong-ngomong, bolehkah aku bertanya lagi padamu, mengenai ini, apa perbedaan dari penyihir liar dan resmi, Sun?" "Intinya, penyihir resmi itu adalah penyihir yang sudah diresmikan oleh pihak kerajaan, memiliki kartu anggota penyihir, mendapatkan upah yang sangat besar setelah menyelesaikan suatu misi dari kerajaan, dan dikenal oleh banyak orang dari berbagai kalangan. Sementara penyihir liar hanyalah penyihir rendahan yang tak memiliki kartu anggota penyihir, mendapatkan upah dibawah ketentuan, dan dikenal sebagai penyihir buangan oleh banyak orang dari berbagai kalangan." "E-EEEEH!?" Aku benar-benar terkejut dengan penjelasan itu, kurasa ada pendiskriminasian di kerajaan, membeda-bedakan seseorang bukankah hal yang tak baik? Tapi mengapa rasanya itu adalah hal yang lumrah di sini? "Kenapa? Apa kau kaget, Biola?" Sun tersenyum tipis melihatku. "Sekarang, aku ingin bertanya padamu, karena kau sudah menjadi seorang penyihir, jalan mana yang akan kau pilih, Biola? Apakah menjadi penyihir resmi atau menjadi penyihir liar sepertiku?" Itu pertanyaan yang sangat sulit! Aku bahkan bingung harus menjawabnya bagaimana, soalnya jika aku memakai kata-kata yang salah, itu bisa membuat Sun tersinggung. "Aku pikir, mau itu resmi atau pun liar, penyihir tetaplah penyihir, mereka tidak seharusnya dibeda-bedakan seperti itu. Tapi jika aku diharuskan memilih, mungkin.. Aku akan memilih menjadi...." "Aku pikir, mau itu resmi atau pun liar, penyihir tetaplah penyihir, mereka tidak seharusnya dibeda-bedakan seperti itu. Tapi jika aku diharuskan memilih, mungkin.. Aku akan memilih menjadi...,"Aku terdiam sejenak, menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya pelan-pelan, lalu kulanjutkan ucapanku dengan suara rendah, "Menjadi seorang penyihir resmi." Aku memejamkan mataku, khawatir Sun tersinggung dengan ucapanku, aku pikir, dia pasti akan membenciku setelah mendengar jawabanku. Ah, ya Tuhan, bagaimana ini? Jika Sun membenciku lalu mengusirku dari rumahnya, aku akan tinggal di mana? Apalagi aku hanyalah seorang pendatang di dunia ini, yang jelas-jelas tak tahu apa-apa mengenai seluk-beluk dunia dongeng. Jantungku dag-dig-dug tak karuan, saking takutnya diriku pada reaksi Sun, tapi dia masih belum berkata apa-apa, karena penasaran, kubuka mataku perlahan-lahan hingga akhirnya aku bisa melihat ekspresinya. Tak terduga sama sekali! Dia tidak terlihat seperti orang yang sedang marah atau pun benci padaku, malahan dia memasang wajah kaget yang dicampuri dengan muka berseri-seri bahagia. Kemudian, Sun langsung memelukku secara tiba-tiba dengan sangat erat, membuatku sangat terkejut. Aku tidak mengerti mengapa Sun memelukku, tapi kupikir, ini lebih baik daripada dia membenciku. "Syukurlah...," ucap Sun di leherku dengan nada yang bergetar seperti mau menangis. "Aku sangat senang kau memilih jalan yang berbeda dariku, Biola." "E-Eh? Apa maksudnya itu?" Aku terheran-heran mendengar kata-kata Sun barusan, mengapa dia senang diriku memilih jalan yang berbeda dengannya? Kupikir Sun akan membenciku, tapi mengapa jadi seperti itu? Bukankah dia membenci para penyihir resmi? Kemudian Sun melepaskan pelukannya dan menatap mataku lekat-lekat, "Aku tahu, kok. Kau pasti berpikir kalau aku akan membencimu jika pilihanmu menjadi seorang penyihir resmi, kan? Tapi sayang sekali, aku tidak seperti itu. Aku malah senang kau memilih jalan yang berbeda dariku, karena jalan menjadi seorang penyihir liar terlalu keras untuk gadis sepertimu, Biola," kata Sun dengan menyunggingkan senyuman manisnya. "Jika kau menjadi penyihir liar sepertiku, aku tidak akan mendukungmu! Karena itu bukanlah jalan yang cocok untukmu, Biola. Kau lebih cocok menjadi seorang penyihir resmi! Lagipula, kau bilang, kau ingin bertemu kembali dengan enam kesatria dari kerajaan, kan? Jika kau telah menjadi seorang penyihir resmi, aku yakin, kau akan bertemu lagi dengan mereka! Malah, setiap hari kau pasti akan berjumpa dengan mereka, Biola!" "Ta-Tapi!? Bukankah kau membenci mereka, para penyihir resmi!? Mengapa kau mendadak--" "Aku tidak pernah bilang kalau aku membenci para penyihir resmi! Yang kubenci adalah kaum bangsawan! Karena jika aku menjadi seorang penyihir resmi, aku pasti akan bertemu dengan mereka tiap saat! Karena itulah, aku memilih untuk menjadi seorang penyihir liar agar aku tidak lagi bertemu dengan para b******n itu!" Aku tersentak mendengarnya, ternyata dugaanku salah! Tapi jika diingat-ingat, memang benar, sih, Sun berkata kalau dia membenci kaum bangsawan, bukan para penyihir resmi, walau aku juga tak tahu alasannya mengapa dia membenci orang-orang dari kalangan bangsawan, tapi yang jelas, apa pun itu, aku tidak boleh mengetahuinya jika Sun tidak mengizinkanku. "Artinya... Kau mendukungku untuk menjadi seorang penyihir resmi? Benar?" ungkapku dengan mata berkaca-kaca, karena terharu dengan penjelasan Sun. "Kau tidak membenciku, kan, Sun? Soalnya, aku pasti akan bergaul dengan para bangsawan jika aku menjadi seorang penyihir resmi?" "Tenang saja, aku tidak akan membencimu, kok! Lagipula, aku tidak berhak membenci gadis yang selama ini memungutku di jalanan, memberiku tempat tidur serta makanan lezat setiap hari." "Astaga! Apa-apaan itu? Mengapa kau mengungkit-ungkit hal itu di sini, Sun?" Sun tertawa kecil mendengarnya, "Yahh, kupikir, kucing kecil sepertiku tidak mungkin membenci tuannya sendiri." Sontak, karena air mataku mengalir dengan sendirinya, kini giliranku memeluk tubuh Sun yang ada di sampingku. "Terima kasih, Sun, karena telah mendukungku untuk menjadi seorang penyihir resmi." "Terima kasih, Biola, karena telah merawatku selama ini." Pada akhirnya, kami berdua saling berpelukan di halaman belakang rumah jamur Sun, tepatnya di kursi panjang yang dipayungi oleh dedaunan dari pepohonan raksasa di sekitar halaman. Angin yang berhembus menggoyangkan pohon-pohon, yang membuat daun-daunnya berjatuhan, melayang-layang, menghujani rumput halaman belakang dengan terombang-ambing terbawa angin. * * * Keesokan harinya, Sun mengantarkanku pergi mendaftar ke kerajaan untuk menjadi seorang penyihir resmi. Saat kami sampai di gedung penerimaan penyihir baru, aku terkejut dengan antrian panjang dari orang-orang yang akan mendaftar, dan antriannya benar-benar panjang sekali, bahkan aku sempat berpikir kalau aku mungkin tak akan bisa mendaftar hari ini. Bayangkan saja, dari pintu masuk hingga gerbang utama, semuanya sudah dipenuhi oleh para pengantri, itu benar-benar gila! "Kurasa lebih baik aku mendaftarnya besok saja, soalnya aku tidak mungkin punya kesempatan untuk mendaftar karena antriannya terlalu panjang." Suara ribut dari orang-orang yang mengantri membuat suaraku tenggelam oleh kegaduhan mereka. "Tidak boleh, Biola!" seru Sun yang berdiri di sampingku yang pandangannya terpaku melihat orang-orang yang mengantri. "Jika tidak sekarang, kapan lagi? Kau pikir besok tempat ini akan jadi lengang karena yang mengantri sedikit, begitu? Kau salah, tiap hari, tempat ini akan selalu penuh, dan juga, setiap hari, orang-orang yang keluar dari ruang pendaftaran selalu menangis karena ditolak oleh para petugas penerima penyihir baru, itu karena mereka adalah orang-orang yang mudah menyerah! kau paham?" Aku terperanjat mendengarnya, itu artinya, aku harus rela bersabar untuk mengantri, bergabung dengan orang-orang yang tak kukenal, demi namaku terdaftar di formulir pendaftaran penyihir resmi. Karena Sun telah bilang demikian, aku berjalan pelan, bergabung di antrian panjang itu untuk ikut mengantri. Sementara Sun menunggu di bawah pohon, dia duduk di atas batu dengan tersenyum memandangiku yang sedang mengantri. Aku berdiri berjam-jam di bawah sengatan matahari yang panas, bersama dengan para laki-laki yang badannya bau keringat dan para gadis yang mulutnya sangat berisik, hanya untuk mendaftarkan diriku menjadi seorang penyihir, perjuanganku sangat melelahkan. Dan setelah menunggu sambil berdiri selama hampir delapan jam, akhirnya aku bisa mendapatkan giliran untuk masuk ke dalam ruangan pendaftaran, saat aku membuka pintunya, jantungku tak henti-hentinya berdetak kencang, keringatku membanjiri seluruh tubuhku dan pakaianku tentu saja basah, rambut merahku kusut bahkan aroma badanku juga sudah tak wangi lagi seperti saat pertama kali datang kemari, sudah tercampur dengan bau-bau aneh yang pastinya akan membuat orang yang akan mendaftarkanku terganggu dengan bau badanku. Tapi, saat aku benar-benar telah masuk ke dalam ruangan pendaftaran, aku sangat terkejut melihat luasnya tempat ini, lantai serta dindingnya, semuanya putih bersih, tak tersentuh noda apa pun, kemudian, keterkejutanku tidak berhenti di situ saja. Saat memandang orang-orang yang duduk di belakang meja panjang, yang merupakan pihak yang akan menerima para penyihir baru, ternyata adalah enam pria yang waktu itu berjumpa denganku di tengah jalan, saat aku pertama kalinya akan berkunjung ke rumah jamur Sun. Tak kusangka kalau mereka berenam ada di sini, duduk dengan mata memandangiku dari ujung rambut hingga ujung kaki. Pasti mereka sedang menilai penampilanku, aduh! Bagaimana ini, kakiku malah bergetar dipandangi oleh enam lelaki tersebut. "Anu.. Aku ingin mendaftar menjadi seorang penyihir, apa yang harus kulakukan di tempat ini?" "Tentu saja kau harus menyebutkan semua informasi tentang dirimu pada kami agar aku bisa menyelesaikan formulir pendaftaranmu di meja kami, dan pertama-tama, katakan, siapa namamu?" Lelaki yang pertama menimpali pertanyaanku adalah pria berambut merah dengan tatapan mengintimidasi, nada suaranya juga terdengar sangat tegas. "Na-Namaku Biola Margareth!" Aku berjalan menghampiri meja mereka, sebenarnya aku sangat malu untuk mendekati mereka, tapi ini adalah kewajibanku! Aku tak menyangka akan bertemu dengan enam kesatria secepat ini! "Nama yang sangat cantiiiik sekali!" Kini, yang bersuara adalah pria berambut pirang, dia terlihat riang sekali, bahkan saat berbicara pun, badannya ikut bergerak. "Tapi, rupamu tidak secantik namamuuuu! Hahahaha!" Aku tersentak mendengarnya, kaget saat si pirang berkata demikian padaku, dia terlalu kasar untuk ukuran orang yang ceria. "Hey-Hey-Hey? Apa-apaan itu?" Pria berambut biru dengan kulit cokelat gelap menimpali perkataan si pria rambut pirang dengan wajah yang bringas. "Sopanlah sedikit pada perempuan, b******k!" Aku hanya terdiam memperhatikan mereka yang sedang berinteraksi, sejujurnya aku ingin pergi dari sini saking malunya, tapi aku tidak boleh merusak nama baikku. Aku harus tetap di sini, apalagi si rambut merah yang wajahnya galak sedang menulis namaku di kertas formulir pendaftaran. "Diamlah, jaga sikap kalian! Saat ini kita sedang menyambut para penyihir baru, kita sebagai seorang kapten harus menghargai mereka!" Pria berambut hijau yang berkaca mata terlihat menasehati rekan-rekannya yang ribut dengan ekspresi super seriusnya. Sementara lelaki pendek berambut biru cerah memasang ekspresi datar, sepertinya dia sedang melamun, tak peduli orang-orang disekelilingnya berisik. Sedangkan, lelaki tinggi berambut ungu jabrik malah sedang asyiknya mengunyah keripik kentang dengan tatapan sayu. Entah kenapa, enam kesatria yang selama ini kuidolakan adalah para lelaki yang memiliki kepribadian unik. Dan Sun bilang, mereka berenam adalah para kapten yang memimpin enam squad terkenal di kerajaan. Tapi apakah itu benar? Maksudku! Mereka sepertinya masih terlalu muda untuk menjadi seorang kapten, apalagi si pendek berambut biru cerah, ukuran tubuhnya persis seperti anak SMP, yang bahkan aku ingin mencubit pipinya karena wajahnya sangat lucu walau ekpresinya datar, sih. "Baiklah, untuk Biola Margareth, sekarang, kami akan bertanya padamu seputar identitasmu, apakah kau siap?" tanya pria berambut merah itu padaku. "Tunggu-tunggu, sebelum itu! Aku ingin mengetahui nama-nama kalian! Boleh?" Mendengar permintaanku langsung membuat si pria berambut merah mendengus jengkel, si pria berkulit cokelat menyeringai senang, si lelaki pendek berambut biru cerah tersadar dari lamunannya, si pria berambut ungu meremas keripik kentangnya, si lelaki berambut hijau berkacamata mendecih, serta si pria berambut pirang tertawa girang sambil memandangiku Aku tidak peduli jika dibenci oleh mereka, yang penting, aku ingin tahu nama-nama dari para kesatria tampan yang sedang ada di hadapanku ini!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD