017. Jangan Beritahu Randi

1037 Words
Laras dan Rena berakhir mengikuti Fito untuk menemui Randi. Kedua gadis itu berjalan di belakang, mengikuti dengan langkah lambat dan pelan. Laras menggunakan matanya untuk memberi isyarat kepada Rena, melotot lebar menunjuk Fito dengan tatapannya, memberi isyarat agar Rena membuka mulutnya dan berbicara. "Kenapa aku?" tanya Rena dengan suara pelan, enggan menuruti ucapan Laras. "Masa aku?" balas Laras dengan nada seolah sedang mengatakan sesuatu yang bodoh, dia mendorong Rena ke depan agar temannya itu bisa berjalan selaras dengan langkah kaki Fito. Rena hampir saja tersandung oleh gerakan Laras, dia ingin marah namun Fito telah melihatnya jadi dia hanya bisa menampilkan senyuman ramah meski hatinya mengutuk Laras berulang kali. "Kak Fito sudah berteman lama dengan Kak Randi?" tanya Rena dengan santai, bersikap seolah dia sedang berbasa-basi saat dia berencana mengambil informasi demi temannya. Fito juga merupakan orang yang ramah, menghadapi pertanyaan Rena, dia menjawab dengan jujur. "Tidak juga, kami baru bertemu ketika awal kuliah." Dia menoleh ke samping, tersenyum ketika dia bertanya balik, "Kalian ada apa tiba-tiba datang untuk mencari Randi?" Rena melirik ke belakang, menatap Laras yang kini bertingkah angkuh seolah tidak memperhatikan mereka, namun Rena yakin saat ini telinganya terangkat tinggi untuk mendengarkan. "Bukan apa-apa, aku hanya penasaran tentang universitas ini, jadi aku meminta Laras menemaniku ke sini setelah pulang sekolah. Karena kebetulan di sini, Laras ingin sekalian bertemu dengan kakaknya," jawab Rena, mencari alasan untuk temannya dengan mengorbankan dirinya sendiri. Gadis yang berjalan di belakang mereka berdua mengangguk ketika mendengar jawaban Rena. Dia berpikir bahwa memiliki teman seperti Rena terkadang dapat diandalkan juga. Jika saja Rena dapat membaca pikiran Laras, dia mungkin akan marah karena itu. Jelas saja dia selalu memikirkan Laras dan berusaha untuk membantu temannya itu. "Oh, kalian mau kuliah di sini juga? Jika ada yang ingin ditanyakan tentang kampus ini, bisa tanyakan langsung padaku." Fito menawarkan diri, kemudian dia menunjuk ke sebuah bangunan. "Di sana gedung untuk jurusanku dan Randi," katanya. Rena dan Laras segera menoleh untuk melihat arah yang ditunjuk Fito. "Randi di sana?" tanya Laras cepat. "Tidak, lab ada di gedung lain." Fito menggelengkan kepalanya. Semangat Laras segera menepis, dia memutar matanya dan kembali menutup mulutnya. Hanya Rena yang berusaha bersikap baik dan ramah dengan Fito, bagaimana pun daripada Laras, dia adalah orang yang mudah berinteraksi dengan orang lain. "Gedungnya besar-besar, pasti sangat luas di dalam." Rena berkata dengan tawa pelan, "Apakah kuliah sangat sibuk?" Fito mengangguk, "Banyak tugas setiap hari, terkadang kami bahkan perlu begadang untuk mengerjakan tugas." Ketika Fito mengatakan hal itu, Rena segera melirik ke arah Laras lagi. Namun Laras mendengus keras, tidak mempercayainya. "Iya sibuk, tetapi tidak mungkin sibuk sampai gak bisa angkat telepon, kan?" Suara Laras terdengar sinis dan penuh kebencian, membuat Fito sendiri merasa heran bertanya-tanya apa yang telah dia lakukan salah sehingga gadis itu tampak tidak memiliki kesan baik padanya. Melihat kebingungan di mata Fito, Rena segera maju memperbaiki situasi. "Itu Kak Randi jarang menelepon Laras lagi semenjak kuliah, jadi Laras hanya penasaran. Atau mungkin saja Kak Fito tahu apakah Kak Randi sudah punya pacar saat ini sehingga dia memberikan sebagian perhatiannya kepada pacarnya?" Laras langsung menatap Fito dengan fokus, menunggu dengan tidak sabar jawaban apa yang akan dikatakan pemuda itu. Sedangkan Rena yang bertanya hanya bersikap santai memakan keripik, dia tidak begitu ingin mengetahui jawabannya seperti Laras. Namun demi mendapatkan jawaban untuk temannya, dia menoleh dan menunggu dengan tenang Fito menjawab pertanyaannya. Menghadapi dua pasang mata yang menunggu jawabannya, Fito tampak sedikit tak berdaya dan tersenyum kecil kepada dua gadis sekolah menengah di sekitarnya. "Aku belum pernah melihat Randi dekat dengan gadis mana pun, dia memang sibuk belajar." Laras mendengus, "Jangan membantunya untuk menutupinya hanya karena kamu temannya," katanya. Fito menatap ke arah Laras, melihat wajah cemberut gadis itu yang membuat ekspresi seolah seseorang berutang banyak padanya. Dia sendiri tidak tahu menghadapi gadis yang marah seperti ini sehingga senyumannya menjadi lebih pasrah. "Aku mengatakan yang aku lihat, Randi selalu tinggal di perpustakaan dan asrama untuk belajar." "Ya, itu pasti, Kak Randi selalu suka belajar dari dulu." Rena segera menjawab, dia secara diam-diam melotot ke arah Laras untuk memberinya peringatan. "Kak Randi juga suka membawa buku kemana-mana, kadang kala dia juga memperingati kami untuk rajin belajar." Rena telah berteman dengan Laras sejak kecil, karena sifat Laras yang impulsif dan keluarganya yang posesif, Rena terpaksa harus mengenal semua anggota keluarga Laras. Rena bahkan memiliki semua nomor kontak keluarga Laras, dan kadang kala mereka menelepon untuk menanyakan kabar gadis itu. Jadi biasanya dia bahkan dianggap sebagai anggota keluarga mereka. Meski sering menggerutu dan bersikap enggan, sebenarnya Rena pun telah terbiasa dan menjaga Laras seperti yang diinginkan keluarganya. Tidak heran dia tahu sedikit banyak tentang keluarga Laras daripada teman lainnya. Fito mengangguk, "Nah kita sudah sampai, kalian mau ketemu Randi langsung? Tetapi aku harus meneleponnya dulu, kalian tidak bisa langsung masuk ke dalam." Dia telah mengeluarkan ponselnya dari saku celana, sekali lagi bersiap untuk menelepon Randi. Laras segera memukul Rena dengan panik, matanya penuh ancaman dan kekhawatiran. Secara spontan, Rena langsung menutupi layar ponsel Fito dengan telapak tangannya. "Jangan!" tolaknya cepat. "Kenapa?" Fito bertanya dengan bingung. Menyadari tindakannya tidak sopan, Rena menurunkan tangannya dan tersenyum kaku. "Maaf," katanya pelan, kemudian dia mencari alasan dengan cepat. "Um, terima kasih sudah mengantar kami. Sampai sini saja, lagi pula Kak Randi kan sibuk, kami hanya ingin tahu tempat kuliahnya dan pulang. Jangan merepotkan Kak Fito lagi, dan juga kalau bisa, tolong jangan beritahu Kak Randi tentang kami datang ke sini." "Tidak masalah sama sekali," jawab Kak Fito dengan senyuman. Rena mengangguk, dia kemudian menarik Laras. "Kalau begitu kami pergi dulu Kak, terima kasih sekali lagi." Setelah mengatakan itu, dia membawa Laras pergi menjauh dari Fito dengan langkah cepat. Fito yang tertinggal sendiri merasa bingung, dia akhirnya tertawa pelan, berbalik dan berjalan pergi menuju asrama kembali di mana dia ingin pergi sebelumnya. Ketika pemuda itu telah menghilang, Rena dan Laras kembali muncul setelah bersembunyi beberapa saat. Mereka memastikan Fito tidak terlihat lagi sebelum merasa lega. "Sekarang maumu apa?" tanya Rena pada Laras. "Kita tunggu dia!" Laras berkata dengan yakin. Rena menatap Laras dengan ragu, Laras pun membalas tatapan Rena dengan antusias. "Ayo sembunyi, jangan sampai Randi menemukan kita." "Maksudmu kita sembunyi sampai Kak Randi keluar?" tanya Rena dengan wajah enggan yang tertulis jelas di wajahnya. Laras tanpa perasaan mengangguk, "Ya."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD