1. Painful tragedy
Issabella Spencer, wanita 22 tahun yang tega menghancurkan hubungan seseorang yang sudah terjalin 7 tahun lamanya. Ia menjebak laki-laki yang sudah mengisi hatinya sejak satu tahun yang lalu dengan hal yang sangat memalukan. Dia rela merendahkan dirinya sendiri untuk Gabriel Alexander, putra pertama dari pengusaha terkaya di Amerika. Issabella menjebak Gabriel bukan karena ia menginginkan harta laki-laki itu, ia tulus mencintai Gabriel.
Wanita yang sering disapa Bella itu bukanlah gadis biasa, ia juga berasal dari keluarga kaya. Namun, masih jauh dari kekayaan keluarga Gabriel yang sudah mendunia. Dan sekarang perusahaan ayahnya sudah ada di ambang kehancuran karena perbuatan yang Bella lakukan. Hampir semua investor memutus kerja sama mereka dengan keluarga Bella, hal itu tentu saja dilakukan oleh Gabriel.
Gabriel sengaja melakukan hal itu karena ingin membalas Bella, ia juga berencana akan membuat kedua orang tua Bella bangkrut hingga tidak memiliki apapun. Bahkan, Gabriel juga memblacklist perusahaan Spencer Group's agar tidak bisa bangkit lagi dimasa depan. Dia melakukan pembalasan yang tidak tanggung-tanggung pada wanita yang kini berstatus menjadi istrinya itu. Hingga kedua orang tua Bella tidak mau menerima putri mereka kembali karena kehancuran yang dibuat oleh putri satu-satunya yang selama ini mereka banggakan.
***
Bella berjalan dengan tersenyum manis ke arah kamera yang sejak tadi tidak berhenti memotret ke arahnya. Ah, tidak, lebih tepatnya memotret ke arah suaminya. Malam ini mereka menghadiri sebuah acara pernikahan salah satu sepupu Gabriel. Pesta pernikahan dari keluarga besar Alexander selalu dirayakan dengan sangat meriah. Bahkan, mereka juga menyiarkannya di televisi secara langsung. Terkecuali pernikahan Gabriel dan Bella yang dilakukan secara tertutup dan sangat sederhana. Mereka hanya menggelar pernikahan di gereja terdekat yang ada di kota itu. Bella tidak masalah dengan hal itu, karena yang ia inginkan hanyalah memiliki Gabriel.
Acara pernikahan berjalan dengan lancar. Semua orang bergantian untuk bersalaman dan mengambil foto bersama pengantin. Bella juga tidak melewatkan sesi pemotretan itu, apalagi mempelai pengantin wanita meminta Bella untuk ikut berfoto, walaupun Gabriel tidak mau ikut.
"Selamat atas pernikahanmu, Cassie. Semoga kalian selalu mendapatkan kebahagiaan," doa Bella dengan tulus setelah melepaskan pelukannya bersama Cassie.
"Terima kasih, Bella. Dan aku tunggu kado indah darimu secepatnya," kata Cassie.
"Akan segera kubuatkan jika kau sudah mengirim hasil fotonya."
Bella kembali ke mejanya, di mana suaminya duduk bersama keluarganya. Mereka terlihat tidak peduli dengan kehadiran Bella, tapi lagi-lagi Bella hanya tersenyum seperti biasa. Ia selalu tersenyum saat orang lain membicarakan tentang dirinya. Semua yang dia terima saat ini murni karena kesalahannya sendiri, jadi Bella akan menerima semua perlakuan buruk dari semua orang terhadap dirinya.
"Dia benar-benar tidak tahu malu. Lihatlah senyum bodohnya," bisik salah seorang wanita yang mampu didengar oleh Bella dengan jelas.
"Jika aku jadi dia, lebih baik aku tidak ikut datang, atau bahkan aku akan mengurung diri di dalam rumah," balas yang lain.
Meskipun suami dan mertuanya mendengar, mereka terlihat tidak pernah peduli dan selalu menganggap angin lalu. Jadi, Bella hanya bisa diam dan tidak pernah meminta pembelaan dari mereka, karena dia tahu itu akan berakhir sia-sia. Selama acara berlangsung, semua orang tampak saling bertegur sapa dan mengobrol. Hanya Bella sendiri yang duduk diam setelah dibentak oleh suaminya karena ia ikut berbicara.
"Kakak ipar," sapa seorang pemuda dengan ramah pada Bella.
Merasa disapa, akhirnya Bella mendongakkan wajahnya. Senyum manisnya terbit saat melihat adik pertama Gabriel juga menghadiri acara itu. Walaupun hampir semua keluarga tidak menerima keberadaannya, setidaknya ada beberapa yang menerima kehadiran Bella dengan sukarela. Mereka tidak peduli dengan apa yang Bella lakukan untuk bergabung dengan keluarga mereka. Yang penting bagi mereka, Bella adalah pribadi yang baik dan bisa membuat mereka nyaman.
"Jonathan, kau juga datang?" tanya Bella tak percaya.
"Ya, tentu saja aku akan datang. Selain untuk menemui sepupuku yang sudah laku, aku juga ingin menemui kakak iparku dengan perut besar seperti itu," jawab Jonathan sambil melirik ke arah perut Bella yang sudah membesar.
"Apa kau datang sendirian?" tanya Bella sembari mencari sosok gadis muda seusia Jonathan.
"Tentu, aku datang bersama adik ipar kesayanganmu. Dia sedang mengobrol dengan bibi kami yang dari Swedia," jawab Jonathan.
"Menyingkirlah, aku ingin memeluk kakak ipar," seorang gadis cantik mendorong tubuh Jonathan agar segera menyingkir dari hadapan Bella.
"Kakak iparku sayang, aku sangat merindukan dirimu," kata gadis itu dengan dramatis sembari memeluk Bella.
Dia adalah Jolie, adik Gabriel yang terakhir. Dia dan Jonathan adalah saudara kembar tidak identik yang selalu berebut Bella. Selain Cassie, kedua adik kembar Gabriel sangat menyayangi Bella seperti saudara mereka sendiri. Mereka juga yang selalu memasang badan saat ada orang yang menghina Bella. Bukan hanya orang luar yang mereka lawan untuk membela Bella, tapi keluarga sendiri pun mereka lawan demi membuat Bella tetap bertahan menjadi bagian dari keluarga mereka. Walaupun, mereka yakin jika Bella tidak akan pernah meninggalkan Gabriel setelah semua kekacauan yang dia buat dulu.
Jolie dan Jonathan sejak awal datang sudah mengajak kakak ipar mereka berbicara banyak hal, tak jarang mereka tertawa bersama. Hal itu tentu saja mencuri perhatian banyak orang yang hadir di sana, bahkan para wartawan tak melewatkan momen itu. Mereka mengambil banyak kesempatan untuk memotret dan merekam momen tersebut.
Acara pun telah selesai. Bella langsung diboyong oleh kedua adik iparnya untuk ikut dengan mobil mereka. Bella dengan senang hati mengikuti kedua adik iparnya karena sebentar lagi mereka tidak akan bertemu dalam waktu yang cukup lama, sebab kedua adik iparnya itu melanjutkan kuliah di Paris.
Sesampainya di rumah keluarga Alexander, lagi-lagi Bella langsung dibawa oleh adik iparnya untuk segera beristirahat. Saat berada di kediaman Alexander, Bella memang selalu tidur di kamar Jolie karena Gabriel tidak mau tidur satu kamar dengan wanita yang dianggap sebagai penghancur hidupnya itu. Jolie yang sudah terlanjur menyayangi Bella akhirnya membawa kakak iparnya untuk tidur bersamanya. Semua keluarga Alexander sangat terkejut dengan yang dilakukan Jolie, mengingat gadis itu tidak suka jika ada yang masuk ke dalam kamarnya.
"Apa kakak ipar masih sanggup untuk bertahan dengan kakakku?" tanya Jolie yang sudah berbaring bersama Bella sambil mengelus perut kakak iparnya yang sudah sangat besar.
"Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?" tanya Bella heran.
"Aku hanya memastikan, mengingat keluarga kami bersikap sangat buruk pada kakak selama ini. Jadi, aku takut jika pada akhirnya kau akan menyerah untuk tetap memperjuangkan kakakku," jelas Jolie. Ia sudah sangat menyayangi Bella. Walaupun tidak setiap hari bertemu, ia merasa sangat nyaman saat berbicara dengan Bella. Apalagi usia mereka tidak jauh berbeda, Bella hanya satu tahun lebih tua darinya.
"Aku akan tetap bertahan walaupun kakakmu tidak akan pernah menerimaku. Yang penting nanti dia akan menerima anak kami. Itu sudah lebih dari cukup untukku, Jolie," kata Bella dengan nada lembut.
Jolie tahu jika kakak iparnya sangat mencintai kakaknya, terbukti dari hal gila yang sudah dilakukan oleh wanita itu. Namun, kesabaran seseorang ada batasnya. Dia bisa lelah dan memilih untuk menyerah, dan Jolie sangat takut jika kakak iparnya memilih untuk menyerah lalu meninggalkan kakaknya serta pergi dari keluarga Alexander. Apalagi, dengan perbuatan yang sudah Gabriel lakukan pada keluarga Bella, bisa saja suatu saat Bella hanya akan fokus pada kebahagiaannya sendiri dan calon anaknya nanti, serta mulai memperbaiki kesalahannya pada keluarganya.
"Aku harap mimpiku tidak pernah menjadi kenyataan," gumam Jolie, yang masih bisa didengar oleh Bella.
"Mimpi apa?" tanya Bella penasaran.
Jolie membuang napasnya pelan, lalu menatap kakak iparnya dengan dalam sebelum akhirnya membuka suara. "Aku bermimpi jika kakak akan pergi meninggalkan kakakku, dan kau hilang entah ke mana," jelasnya, lalu langsung memeluk Bella dengan erat.
Bella terkekeh mendengar apa yang dikatakan Jolie. Bagaimana caranya ia pergi? Meskipun menjadi menantu dari keluarga Alexander, ia bahkan tidak pernah memegang uang sepeser pun. Dulu, sebelum menikah dengan Gabriel, ia bekerja di perusahaan ayahnya. Namun sekarang, perusahaan itu sudah musnah. Kedua orang tuanya pun harus banting tulang untuk biaya hidup mereka dengan bekerja di perusahaan milik saudara ayahnya. Akan sangat sulit jika ia pergi begitu saja tanpa memiliki uang sedikit pun.
"Aku tidak akan pergi. Tidak ada uang sedikit pun yang kumiliki untuk bertahan hidup di luar sana," jawab Bella dengan sedikit bercanda.
***
Siang ini, Bella datang ke kantor suaminya untuk mengantarkan makan siang, karena kebetulan sekali Jolie mengajaknya keluar rumah. Ia tidak akan menyia-nyiakan ajakan adik iparnya, apalagi gadis itu mengatakan bahwa mereka akan pergi ke mal untuk membeli perlengkapan bayi. Dengan penuh semangat, Bella langsung memasak makan siang untuk suaminya.
"Kau benar-benar istri yang baik. Meskipun diperlakukan dengan tidak baik, masih saja melayani suami dengan sangat baik. Aku salut padamu, Kakak Ipar," puji Jolie.
Kini keduanya sudah sampai di perusahaan tempat Gabriel menghabiskan waktunya dari pagi hingga malam. Ketika baru sampai di depan ruangan CEO, Bella harus menelan kekecewaan karena Gabriel tidak ada di tempat. Laki-laki itu pergi meeting di luar. Entah kenapa, Bella malah memberikan makanan yang sudah ia masak dengan senang hati kepada resepsionis. Padahal biasanya, ia akan meletakkan makanan itu di meja sang suami. Namun, hari ini ia memilih untuk memberikan makanan itu kepada orang lain.
Sekarang, Bella dan Jolie sudah dalam perjalanan menuju mal. Di sepanjang perjalanan, Jolie diam-diam melirik kakak iparnya yang terlihat diam saja. Bella seperti sedang banyak pikiran, ia hanya diam dan melamun entah tentang apa.
"Kakak Ipar, ada apa?" tanya Jolie pelan.
"Entahlah, tiba-tiba perasaanku menjadi tidak tenang," jawab Bella dengan pandangan kosong.
Ini kali pertama Jolie melihat kakak iparnya tampak murung seperti itu. Biasanya, Bella selalu terlihat ceria dan bersemangat, tetapi kini ia tampak berbeda. Jolie cukup terkejut saat Bella malah memeluk dirinya. Akhirnya, ia pun membalas pelukan kakak iparnya yang terlihat sangat berbeda dari biasanya.
Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam, kini mereka sudah sampai di salah satu mal yang ada di Washington, DC. Jolie menunggu beberapa saat untuk memastikan kakak iparnya sudah menenangkan pikirannya yang tiba-tiba terasa buruk.
"Ayo, aku sudah lebih baik," ajak Bella, yang kini menampakkan senyum cantiknya.
Jolie mengangguk dan segera turun dari mobil. Keduanya berjalan berdampingan memasuki area mal. Jolie yang selalu menggandeng kakak iparnya tentu saja menjadi pusat perhatian banyak orang. Mereka tidak menyangka masih ada anggota keluarga Alexander yang mau menerima Bella dengan senang hati.
Karena tujuan Jolie pergi ke mal adalah untuk menyenangkan kakak iparnya, mereka langsung menuju toko perlengkapan bayi. Bella memilih beberapa baju bayi dengan warna netral karena ia tidak ingin mengetahui jenis kelamin anaknya terlebih dahulu. Sedangkan Jolie membeli banyak sekali baju bayi berwarna pink. Ia sangat yakin bahwa calon keponakannya akan lahir sebagai perempuan.
Semua barang-barang yang Jolie pilih rata-rata berwarna pink—mulai dari baju, kaus kaki, sarung tangan bayi, boks bayi, hingga kereta dorong, semuanya serba pink. Bella sampai geleng-geleng kepala melihat tingkah adik iparnya yang terlihat lebih bersemangat daripada dirinya. Setelah selesai membayar pesanan dan memberikan alamat pengiriman, Bella meminta untuk mencari makan. Perutnya terasa sangat lapar, padahal tadi sudah makan siang sebelum berangkat.
Bella menghentikan langkahnya saat melihat sosok yang begitu dikenalnya tengah tertawa bersama seorang wanita cantik sambil berjalan menuju eskalator. Matanya memanas saat melihat wanita itu akan mencium pipi kanan suaminya. Dengan cepat, Bella menghampiri mereka, membuat Jolie bingung karena Bella langsung meninggalkannya.
Plak!
Satu tamparan lolos dari tangan Bella, membuat Gabriel dan wanita itu terkejut bukan main. Kedatangan Bella yang tiba-tiba membuat keduanya tidak sadar bahwa wanita itu juga ada di tempat yang sama dengan mereka.
"Apa yang kau lakukan, sialan?" bentak Gabriel dengan penuh emosi.
"Harusnya aku yang bertanya, apa yang wanita itu lakukan di tempat umum seperti ini? Kenapa dia ingin menciummu?" balas Bella tak kalah marah.
"Beraninya w************n sepertimu menamparku!" geram si wanita sambil menyentuh pipinya.
"Kau juga w************n, yang tanpa malu ingin mencium suami orang. Jadi, apa bedanya dirimu denganku?" ujar Bella dengan penuh amarah.
"Beraninya kau!" Wanita itu mengangkat tangannya dan langsung menampar pipi kanan Bella dengan keras.
Nahas, bukan hanya tamparan yang Bella terima. Ia juga terjatuh dari eskalator, mengingat kekacauan itu terjadi di ujung eskalator saat Gabriel dan wanita itu hendak turun ke lantai satu.