Jolie terus menangis saat berada di luar ruangan operasi. Ia tidak menyangka hal ini akan terjadi pada kakak iparnya. Ia menyalahkan dirinya sendiri yang telah membawa Bella ke mal, hingga menyebabkan kejadian mengenaskan ini. Sudah dua jam lamanya, para dokter berusaha untuk menyelamatkan Bella dan anaknya. Namun sayang, janin laki-laki itu tak bisa diselamatkan. Sekarang, harapan Jolie hanya pada keselamatan Bella. Dia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri jika sampai kakak iparnya juga tidak terselamatkan.
Setelah melewati serangkaian penyelamatan, akhirnya Bella terselamatkan, walaupun kondisinya saat ini sangat kritis. Dokter menjelaskan jika Bella tidak berusaha untuk menyelamatkan dirinya sendiri, wanita itu sepertinya pasrah dengan keadaan yang ada di alam bawah sadarnya. Mungkin Bella memilih untuk pergi bersama anaknya, tapi tidak bisa. Akhirnya, dia hanya bisa pasrah dengan keadaannya sekarang.
Jolie dan Jonathan tak mau meninggalkan rumah sakit. Mereka sangat terpukul dengan kejadian yang dialami oleh Bella. Sudah dua minggu lamanya, Bella masih setia menutup matanya dengan erat, seakan dia enggan untuk melihat semua orang yang kini menunggu dirinya sadar.
Pemberitaan yang dulu selalu buruk, kini banyak berita yang menulis tentang keprihatinan mereka terhadap Bella yang malang. Sekarang, banyak wartawan memburu wanita yang sudah menyebabkan Bella tak sadarkan diri hingga sekarang dan kematian bayi yang belum dilahirkan dari keluarga Alexander. Wanita yang menyebabkan kecelakaan pada Bella hingga saat ini tak kunjung keluar dari rumah. Dia takut dan merasa bersalah, hingga mengalami gangguan kecemasan dan keluarganya sampai memanggil dokter psikologi.
"Lebih baik kalian pulang dulu dan istirahat," akhirnya setelah sekian lama istrinya terbaring lemah, Gabriel mengeluarkan suaranya.
Dia baru saja datang dari perusahaan setelah menyelesaikan pekerjaan yang tidak bisa ditinggal. Jolie dan Jonathan tidak menanggapi kakak mereka. Selama dua minggu ini, mereka tidak meninggalkan Bella sekalipun, kecuali untuk mandi. Itu pun mereka lakukan di dalam ruang kamar inap Bella.
"Permisi, saya akan melakukan pemeriksaan terhadap pasien." Seorang dokter muda yang tak lain teman Gabriel masuk bersama dua orang suster.
Dokter laki-laki itu terlihat menggelengkan kepalanya pelan, hasil pemeriksaan selalu sama. Tidak pernah ada perkembangan sedikit pun, bahkan sekarang detak jantung Bella menurun. Dengan cepat, dokter mengambil tindakan untuk bisa memulihkan keadaan Bella.
"Siapkan kejut jantung!" perintah dokter itu.
Semua orang yang ada di ruangan itu langsung panik saat dokter meminta kejut jantung, apalagi saat melihat monitor yang hanya menunjukkan garis lurus. Menandakan bahwa Bella mengalami henti jantung.
Jolie tak berhenti menangis di pelukan Jonathan. Melihat kondisi Bella sekarang sungguh membuat dirinya takut untuk menemui kakak iparnya saat sadar nanti. Ia takut jika nanti Bella akan membenci dirinya karena dialah yang membawa Bella ke mal. Hingga mengakibatkan kejadian yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Ruangan inap Bella kini terlihat ada banyak sekali orang yang datang untuk melihat kondisi wanita itu. Mereka segera pergi ke rumah sakit saat mendengar kabar jika jantung Bella sempat berhenti. Setelah melewati serangkaian upaya penyelamatan, akhirnya dokter berhasil menyelamatkan Bella.
"Sampai kapan dia akan seperti ini?" tanya Gabriel pada Nicholas, teman sekaligus dokter yang menangani Bella selama ini.
"Aku tidak bisa menjamin dia akan selamat, jika dia sendiri memilih untuk menyerah. Kita tidak bisa melakukan apapun, sekarang kalian hanya perlu memberikan dorongan semangat untuk membuatnya kembali dan bangun dari koma," jelas Nicholas.
Hari demi hari, dokter dan perawat bergantian masuk ke dalam kamar inap Bella, memeriksa dan melakukan upaya agar wanita itu segera bangun dari tidur panjangnya. Namun, semua usaha yang mereka lakukan tetap tidak membuahkan sedikit pun hasil.
Siang ini, Gabriel menyempatkan diri untuk melihat perkembangan istrinya yang masih belum bangun dari koma. Di sana hanya ada Gabriel dengan Bella. Laki-laki itu meminta pelayan yang menjaga Bella keluar, sementara kedua adiknya sedang ada di Paris untuk mengatur perizinan cuti hingga beberapa hari. Tapi Jolie berencana akan kembali ke Amerika dan pindah universitas untuk menemani kakak iparnya.
"Apa kau ingin tetap seperti ini? Sejak awal kehadiranmu, kau selalu menyusahkan hidupku," ujar Gabriel pada Bella yang masih belum membuka matanya hingga sekarang.
Cklek
Suara pintu kamar inap Bella terbuka, menampakkan sosok wanita paruh baya menghampiri Gabriel. Wanita itu menatap putranya sebentar lalu beralih pada Bella. Ada sedikit rasa kasihan melihat kondisi wanita itu sekarang. Selama ini dia selalu mengabaikan menantunya yang selalu berusaha mendekati dirinya. Jika dipikir-pikir, Bella adalah wanita yang baik. Namun, karena kesalahan yang wanita itu perbuat, membuat semua orang membencinya.
"Gabriel, panggil dokter. Telunjuk istrimu bergerak," kata wanita itu, wajahnya tampak kaget saat melihat ada pergerakan dari kelopak mata Bella.
Tak lama, dokter dan dua orang perawat datang untuk memeriksa keadaan Bella. Mereka bernapas lega, karena pada akhirnya Bella bangun dari koma setelah satu bulan lamanya.
Sudah dua jam lamanya Bella sadar dari koma, tapi wanita itu hanya diam dengan pandangan kosong. Tidak ada satupun kata yang keluar dari bibirnya, membuat semua orang yang ada di dalam kamar inapnya juga diam. Selama ini mereka tidak pernah akrab, hanya Bella yang berusaha akrab, namun selalu mereka abaikan. Sampai malam menjelang, pintu kamar inap Bella terbuka. Terlihat seorang gadis cantik berlari ke arah kakak iparnya dengan air mata yang membanjiri pipinya.
"Di mana anakku, Jolie?" Akhirnya setelah sekian lama, Bella mengeluarkan suaranya.
Akan tetapi, pertanyaan yang Bella keluarkan membuat semua orang terdiam. Mereka tidak berani membuka mulut untuk mengatakan jika bayi itu sudah tidak ada.
"Jolie?" tanya Bella sekali lagi. Membuat Jolie memalingkan wajahnya, ia tak kuasa menatap mata kakak iparnya.
"Anakmu tidak selamat, dia meninggal setelah 20 menit dilahirkan," jawab Gabriel dengan datar.
Bella memegang dadanya yang terasa sakit, air matanya turun begitu deras membasahi pipinya. Ia menangis dengan keras mengeluarkan rasa sakit yang terus menyerang dadanya. Tidak pernah dia bayangkan sebelumnya, jika anak yang selama ini ia harapkan memilih untuk pergi meninggalkan dirinya sendirian.
"Jika anakku sudah mati, lalu kenapa kalian masih berusaha menyelamatkan ku? Kenapa tidak membiarkan ku juga mati bersama dia!" teriak Bella dengan histeris.
Jolie langsung memeluk kakak iparnya dengan erat, menghentikan pemberontakan wanita itu yang akan menarik paksa infusnya. Dibantu oleh Jonathan yang juga memeluk kakak iparnya, agar wanita itu segera tenang.
"Harusnya aku menemani anakku di sana, dia pasti kedinginan dan ketakutan. Dia akan ketakutan jika aku tidak menemaninya, Jolie," tangis Bella yang begitu menyakitkan membuat semua orang juga merasakan sakit. Wanita yang selama ini terlihat sangat ceria dan penuh semangat untuk mengambil hati semua orang, kini terlihat begitu hancur atas kehilangan anak yang selama ini dia tunggu-tunggu.
Mereka bisa melihat dengan sangat jelas, sehancur apa Bella sekarang. Wanita itu sangat terpukul atas kepergian anaknya. Tangisnya yang penuh dengan rasa sakit ia keluarkan semua. Tidak peduli lagi dengan penilaian Gabriel dan keluarganya. Ia juga terus meraung, mengatakan ingin mengakhiri hidupnya agar bisa menemani sang anak.
"Besok tolong jangan sampai nona Bella sendirian saat bangun. Aku takut dia akan melakukan hal yang nekat. Biusnya hanya akan bekerja untuk malam ini saja," kata Randy.
Mereka terpaksa membius Bella, agar wanita itu bisa istirahat karena kondisinya yang masih sangat lemah pasca koma. Wanita itu masih membutuhkan banyak waktu untuk istirahat agar tenaganya cepat pulih. Melihat kehancuran yang terjadi pada Bella, tentu saja Jolie juga merasa hancur. Ia tidak tega melihat kakak iparnya seperti tadi.
"Kalian semua pergilah, biar aku yang menjaga kakak Bella," usir Jolie. Ia sangat kecewa pada keluarganya, terutama pada sang kakak. Ia tidak habis pikir dengan Gabriel yang tidak menunjukkan reaksi apapun setelah kepergian putranya.
"Aku juga akan di sini," kata Gabriel, berjalan ke arah sofa untuk duduk.
"Tidak perlu, keberadaanmu di sini tidak dibutuhkan. Lagipula untuk apa kau di sini? Apa kau ingin melihat kak Bella yang hancur karena pacar sialanmu itu?" sinis Jolie. Dia sangat muak dengan kakaknya.
"Jaga bicaramu, Jolie!" tekan Gabriel.
"Cih, masih saja membela pembunuh," decih Jolie. Mulai sekarang, dia akan menunjukkan ketidaksukaannya pada wanita yang dulu akan menjadi kakak iparnya itu.
"Gabriel, lebih baik kau pulang. Biarkan Jolie dan Jonathan yang menjaga Bella di sini," perintah John Alexander, ayah mereka.
Setelah seluruh keluarganya pulang, Jolie duduk di samping ranjang kakak iparnya. Air mata kembali mengalir membasahi pipinya. Rasanya ia ingin sekali membawa Bella pergi sejauh mungkin, agar wanita itu bisa melupakan kakaknya dan kelak akan menemukan laki-laki lain yang bisa menghargai wanita itu.