Sang gadis masih saja menatap dengan dingin karena rasa kesal yang masih menyelimuti hatinya. Jujur saja, ia merasa kecewa dengan sikap Niko yang berubah drastis saat setelah peristiwa itu terjadi. Ulah sang pemuda yang telah berhasil membuatnya jatuh, tiba-tiba sikapnya berubah dan seakan mengabaikannya seperti barang yang sudah tak berharga sedikitpun. Untung saja, kesibukan dalam rangka pembukaan café telah bisa membuat fokusnya teralihkan dari hal tersebut. --- “Kau tahu, setelah kejadian itu … sungguh aku merasa sangat bersalah padamu. Aku malu ketemu kamu, Git. Aku merasa kalau aku ini benar-benar tidak punya harga diri. Melakukan hal tersebut sama kamu. Tanpa izin, tanpa permisi. Saat itu, aku pengin bicara. Tapi, aku seperti pengecut yang sama sekali tidak berani menyapa.” Ni