66 – Run and Run Away
Seketika setelah kami melarikan diri, banyak monster yang mengejar. Tak perlu kutengok untuk memastikan, dari langkah-langkah kakinya saja aku sudah dapat mengira dan memperkirakan jika jumlahnya pasti lebih dari sepuluh, banyak pokoknya.
“Setelah kupikir-pikir, lari adalah ide terbaik, aku setuju denganmu!” Aku menyahut dengan nada yang kencang, uh s**l. Bahkan napasku sudah terengah.
“Oh, terima kasih.” Chadrish membalas dengan senyum karena kalimatnya kusetujui. Aku berlari secepat yang kubisa, beberapa kali hampir terseret oleh Chadrish. Langkah bocah ini sangat besar, aku tak bisa mengimbanginya.
Aku masih saja berlari dengan kecepatan tercepatkuーmeski aku curiga jika ini bahkan tak sampai lebih dari 40 km/jam. Dikarenakan Chadrish yang menarikku membuatku sedikit terseret. Pepohonan kulewati dengan kaki yang cepat, aku tak tahu ke mana arah kami berlari, aku hanya membiarkan Chadrish bergerak di depanku.
Suara getaran dari benturan berbagai langkah kaki dari makhluk-makhluk yang bergerak di belakang menyertai langkah kaki kami, hanya dengan mendengarnya saja aku sudah merasa sangat ngeri. Sebenarnya aku ingin berlari sekencang mungkin jauh lebih cepat dari ini, hanya saja kemampuanku dalam hal berlari sangat payah, hal itulah yang membuatku segera meminta berhenti pada Chadrish.
“Stop, berhenti. Berhenti dulu.” Aku memukul-mukul tangan Chadrish meminta berhenti, maka langkah kaki kakinya segera saja melambat.
“Ada apa? Kita sedang dikejar. Apa pun yang membuatmu berhenti, kita pikirkan nanti dan lanjutkan lari.” Dia tampak panik saat berbicara seperti itu. Aku terengah dan memandang dia dengan memelas, sebisa mungkin kuatur pernapasanku agar aku bisa berbicara dengannya. Pada saat itulah kami benar-benar berhenti berlari.
“Sayangnya berlari bukan spesialisku, aku tak sanggup lari lebih jauh lagi.” Aku bergumam dengan lirih, memelas padanya. Aku tahu di belakangku suara-suara makhluk yang mengejar semakin mendekat, tapi mau bagaimana lagi? Aku bahkan sudah tidak kuat untuk berlari lagi. Aku agak menunduk.
“Kau bercanda? Ini hanya sekitar seratus meter, kita bahkan masih bisa melihat pohon yang tadi.” Dia terkejut dengan alasanku berhenti berlari. Ekspresinya tampak panik, dia sesekali memandang ke arah belakangku, di mana itu adalah lokasi para makhluk yang melakukan pengejaran padaku.
“Itu rekorku. Biasanya hanya lima puluh meter saja,” kataku mengakui, aku tak merasa malu jika aku memang benar-benar buruk dalam hal berlari. Aku masih belum bernapas dengan baik.
“Lemah sekali! Jika saat ini kau sedang bercanda, maka hentikan saja. Orang-orang di sana tak punya selera humor sama sekali!” Chadrish agak berteriak saat mengatakan itu, dia berulang memandang ke arahku dan ke arah belakangku. Sepertinya dia sangat panik, takut makhluk-makhluk di belakang kami berhasil mengejar.
“Kau pikir aku terlihat sedang bercanda? Aku sungguhan, aku hanya bisa lari sejauh lima puluh meter saja. Dan sejak kapan monster-monster di sana menjadi orang?” Kujelaskan di sela napasku yang terengah-engah, Chadrish mengacak rambut dan menoleh ke arah belakang di mana para monster pastilah sedang berlari ke arah kami. Ia memutar mata ke arahku.
“Ahh, tak ada pilihan lain!” Chadrish berteriak sambil menggaruk kepalanya, rambut merah itu dia acak-acak, sepertinya dia sangat gemas padaku, ingin mencekik atau semacamnya. Aku hanya tersenyum polos saja. Lalu dengan tanpa kuduga, tubuhnya tiba-tiba berubah wujud, dia bertransformasi.
Seekor serigala seukuran kuda adalah bentuk perubahannya, makhluk itu berdiri dengan kukuh penuh otot dan kuat, bulu-bulunya berwarna putih bersih. Untunglah itu adalah perubahan yang instan dan tak ada tahap-tahap perubahannya aku hampir tak melihat prosesnya. Andaikan saja aku melihatnya, maka pastinya aku akan merasa ngeri. Bentuk wujudnya saat ini tak sama seperti seekor werewolf yang ada dalam film saat melakukan perubahannya, sama sekali tidak ada tahapan dan urutan perubahan tubuh saat bertransformasi.
“Besar sekali!” Aku terperanjat saat melihat tubuh serigala ini yang sangat tinggi dan besar luar biasa. “Tunggu dulu, kukira kau kehabisan sihir?” Aku kembali teringat dengan apa yang dia katakan sebelumnya mengenai dirinya yang kehabisan kekuatanku sihir atau semacamnya. Jika apa yang dikatakannya benar, lalu kenapa bisa dia berubah wujud saat ini?
“Jangan bahas hal lain dulu, cepat naik!” Suara Chadrish masuk ke dalam kepalaku. Oke, sepertinya ini yang namanya telepati, rasanya aneh ketika ada suara yang langsung masuk ke dalam kepalaku, karena biasanya suara sesuatu harus masuk dulu melalui lubang telinga, tapi saat ini bukan saatnya memikirkan itu. Maka dari itu, aku segera bangkit berusaha untuk berdiri. Tubuhnya diturunkan agar aku bisa naik dengan mudah, maka saat aku sudah naik ke atas punggungnya, ia berdiri lagi, dan aku agak kaget ketika ia berdiri, ini lebih tinggi dari seekor kuda. Jujur saja, saat itu aku memekik tertahan karena kaget luar biasa.
“Pegangan dan berusahalah untuk tak terjatuh, aku tak akan menahan diri untuk berlari.” Chadrish tak mengatakan lebih, ia segera berlari dengan sangat cepat. Makhluk-makhluk yang mengejar terdengar sudah sangat dekat di belakang kami, aku menyesal karena ketidakmampuan diriku dalam berlari, aku malah memperlambat Chadrish.
“Wowowowo, ini terlalu kencang!” jeritku ketika Chadrish berlari, aku susah untuk melihat ke depan, aku menunduk lalu mempererat pegangan tanganku pada bulu-bulunya, aku tak mau dahan pohon dan semacamnya sampai mengenai dan melukaiku. Pergerakannya yang kasar membuat tubuhku berayun, memantul, membentur punggungnya, aku tak nyaman dengan hal ini.
Jujur saja, aku bersyukur karena perubahannya adalah seekor serigala. Jika itu hewan lain yang berkulit tebal tanpa bulu, apalagi hewan bersisik, aku pasti akan terluka dan pantatku kehilangan kulit dan tulang, dengan semua daging sudah jadi bubur, sebagai tambahan, aku tak memiliki sesuatu yang bisa kupegang. Meski tubuh serigala ini dilindungi bulu lebat, pantatku masih saja sakit, apalagi tanganku yang mencengkeram bulu-bulu ini.
Makhluk-makhluk yang mengejar di belakang meraung marah. Karena suara raungan itulah membuatku penasaran, maka dari itu aku menoleh dan astaga, aku melihat jika di belakang sana banyak sekali makhluk yang mengejar kami, bahkan kulihat dari kejauhan sana ada sesosok beruang besar putih yang mengejarーyang tak seratus persen mirip beruang, hanya saja sebagian besarnya.
“Astaga, aku merasa menjadi Alice in Wonderland, bagaimana bisa ada makhluk-makhluk seperti itu?!” Aku memekik lalu memutar kembali tatapanku, aku merunduk lagi sambil memeluknya.
Chadrish berlari semakin cepat, masuk di antara sela pepohonan yang besar dan padat, aku segera merunduk dan menghindar ketika melihat ranting atau dahan yang akan mengenai kepalaku, mengenai badanku yang lain. Ini adrenalin yang gila, aku tak pernah melakukan hal-hal seperti ini sebelumnya.
Semakin banyak dahan dan ranting, maka semakin cepat juga aku harus bergerak menghindar, entah kenapa Chadrish malah bergerak memasuki daerah yang lebih padat dengan ranting dan dahan pohon. Aku menoleh ke belakang untuk memastikan seberapa banyak pengejar, tapi yang kulihat adalah puluhan bintang kecil yang mengejar, mereka memaksa memasuki celah-celah dahan dan ranting, sementara yang besar tertahan dahan-dahan dan bagian pepohonan yang cukup padat. Aku menoleh ke depan dan saat itu juga kepalaku terbentur dahan, cukup keras tapi tak sampai membuatku jatuh.
“Aw ....” Aku meringis kesakitan dan mengusap-usap bekas benturan. “Dahan s****n!” Aku langsung memaki. Pada saat itulah aku mendengar suara makhluk-makhluk lebih kecil yang sebelumnya kulihat, mereka mengeluarkan suara ringkikan seolah berseru pada teman-temannya untuk lebih kencang mengejar kami.
“Masuk lebih dalam lagi, Chad! Binatang besar tak bisa melewati pepohonan raksasa ini!” seruku padanya, aku berteriak agak kencang agar telinganya dapat menangkap suaraku, aku tak tahu seberapa tajam pendengaran seekor serigala, yang jelas aku tak bisa membalas berbicara dengan telepati.
“Sedang kuusahakan.” Chadrish membalas lagi dengan telepatinya, uh, benar-benar aneh rasanya.
Beberapa binatang yang lebih kecil dan gesit malah lebih mudah dan mampu mengejar kami, entahlah sejak kapan mereka berlari di sekitar kami. Aku melihat makhluk-makhluk itu berjumlah lebih dari lima ekor.
“Aahhh! Mereka sudah di sini!” Aku segera berteriak tatkala mendapati mereka menyeringai menunggu timing yang tepat untuk menyerang, jujur saja saat ini aku benar-benar takut saat melihat mereka, aku memandang ke kanan dan kiriku dengan waspada dan rasa takut. Pada saat itulah tiba-tiba saja beberapa dari mereka langsung melompat menyerang Chadrish, ada yang menggigit kaki dan badannya, ada yang lolos dan mengalami kegagalan hingga makhluk itu jatuh berguling.