06 – Pemuda Berambut Merah part 2

1025 Words
Aku masih tertegun beberapa saat sampai aku merasa betapa bodoh dan tololnya karena terus memandangi dan memerhatikan pria itu, seolah dia adalah seorang idol tertampan dan aku adalah fans beratnya. Tak seperti itu juga, aku hanya kaget dan benar-benar tak percaya dengan apa yang aku lihat. Tak ada perbedaan dari penampilan pria ini dengan pria yang berbahasa aneh sebelumnya, hanya pakaiannya saja yang agak berbeda, pria itu memakai pakaian zaman kerajaan yang sama seperti yang ada di dalam film fantasi, sementara yang ini memakai pakaian modern, sepatu dan celana panjang hitam, kaos merah. Rambutnya berwarna merah scarlet, aku tak melihat jika pria yang tampaknya masih sekolah ini seperti anak nakal. Pria itu mengeluarkan ponsel yang memiliki warna merah selaras dengan warna rambutnya dan mulai bermain game dalam ponsel itu. Ia segera asyik dalam dunianya dan tersenyum senang. "Alat ini keren juga." Ia bergumam pelan, senyum manis tersungging dari bibirnya. Sepertinya ia sadar dari tadi aku memandangi setiap bagian tubuhnya, dia segera memandang ke arahku. Seketika saja kubuang tatapan darinya, ini membuatku seperti gadis nakal. Oh apa sih, yang kulakukan? "Nona, apa ada yang salah denganku yang membuatmu terganggu?" tanya pemuda itu dengan nada dan kalimat yang sopan juga halus, aku tak menyangka jika ia memiliki pribadi seperti itu. Mendengar pertanyaan itu, segera saja aku mengalihkan pandangan ke arahnya, kulihat ia sedang tersenyum padaku. Andaikan ia berbicara bahasa aneh seperti sebelumnya, maka aku akan percaya jika kejadian itu benar-benar nyata, pria ini buktinya. "Ti ... tidak ada. Maaf, apa sebelumnya kita pernah bertemu?" tanyaku dengan penasaran, aku berharap jika ia berkata tidak. Ia tersenyum ramah padaku. Untuk beberapa detik lamanya ia tak langsung menjawab, sialanya itu malah membuatku berdebar karena sangat penasaran. "Ini agak rumit, apa jika aku berkata iya, apa Nona akan percaya?" Ia mengatakan kalimat yang sama sekali tak ingin kudengar. Pemuda ini masih saja tersenyum padaku. Deg... Jawaban itu benar-benar tak kuharapkan, apa mungkin ... “Tapi bagaimana bisa? Bukankah yang tadi adalah ....” Aku tak sanggup melanjutkan kata-kataku. “Nona, banyak hal yang terjadi di luar nalar dan logika.” Pemuda itu berbicara dengan nada ramah. “Aku tahu, tapi ini ....” Belum selesai aku berbicara, bus tiba-tiba berhenti. Sepertinya bus sudah tiba di halte berikutnya, kusaksikan saat itu si pemuda segera beranjak, ini mungkin tempat nya hendak turun. Tak menunggu jawaban dan reaksiku, seolah ia sudah menduga jika gelagat seperti ini pasti akan terjadi ketika kalimatnya terucap. Sebelum melangkah pergi, ia kemudian berbalik menoleh ke arahku. "Aku lupa sesuatu,” ucapnya. “Namaku Chadrish, Chadrish Nouglahaern. Omong-omong, kita akan segera berjumpa lagi. Hati-hatilah pada mereka." Ia tersenyum manis ketika mengenalkan nama, matanya mengedip ketika mengatakan "Mereka" yang maksudnya jelas jika itu menjurus pada para fey. Aku tahu jika makhluk-makhluk itu yang dia maksud. "Sampai jumpa lagi, Nona Elysse." Ia tersenyum dan aku tambah dibuat bingung dengan apa yang barusan dia katakan. Berarti semua itu nyata, pria itu nyata, fey juga nyata, apa di dalam tubuhku benar-benar bersemayam seseorang yang galak? Setelah itu dia segera pergi begitu saja. Tunggu dulu, dia memanggilku Nona Elysse? Kenapa dia tahu namaku? Aku kira aku tak akan seterkenal itu karena menjadi korban penindasan yang Aldrea dan gengnya lakukan. Pria ini benar-benar misterius. Bagaimana caranya dia sampai mengenal namaku? Tentu saja aku tak dapat mengajukan pertanyaan tersebut karena pemuda itu sudah pergi, turun dari kendaraan ini. Bus kembali melaju setelah beberapa detik lamanya berhenti. Jujur saja, rasanya aku semakin pusing menyikapi segala kejadian tak masuk akal ini. Jika aku adalah tokoh kartun, maka kepalaku akan berasap dan mataku berputar akibat terlalu pusing memikirkan semua yang baru saja terjadi padaku. Jika semua itu nyata, lalu bagaimana semua suasana dan keadaan dapat berubah hanya dalam waktu sekejap? Semua kembali normal seolah serangan fey sama sekali tak pernah terjadi? "Aku mulai gila," gumamku dengan suara yang kurasa lelah. Aku benar-benar akan jadi gila jika ini terus-menerus kupikirkan. Terserah mau itu nyata atau tidak, yang jelas kuharap tak pernah mengalami semuanya lagi, cukup satu kali saja seumur hidupku. Beberapa lama waktu berlalu, mendadak aku malah memikirkan pemuda bernama Chadrish itu, bahkan apa yang ia katakan terakhir kali. Apa mungkin aku akan mengalami hal yang sama seperti itu lagi? Atau bahkan lebih mengerikan dan lebih berbahaya dari sebelumnya? Ah entahlah. Dengan kejadian ini, aku jadi lupa dengan konflik yang terjadi antara aku dan geng Aldrea. Bahkan sepanjang sisa perjalanan, aku memikirkan segala kejadian fantasi yang telah kualami sebelumnya, ini benar-benar mengguncang kehidupanku. Setengah jam kemudian, aku turun dari bus. Saat ini aku tengah berjalan di trotoar jalanan, sebisa mungkin aku berusaha melupakan semua kejadian tadi dengan mengalihkan seluruh perhatian pada hal-hal yang ada di sekitar sini, pemandangan kota yang monoton dan sama sekali tak ada yang menyenangkan. Sore ini banyak manusia yang jalan-jalan, ada yang bersepeda. Pemerintah yang melarang penggunaan kendaraan pribadi terlalu sering dan pajak kendaraan berbahan bakar yang tinggi, membuat rakyat kota ini mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, banyak yang lebih suka mengendarai sepeda. Menurutku juga, bersepeda jauh lebih menyenangkan daripada berkendara dengan kendaraan mesin. Aku melewati air mancur kota, pasang mataku segera beralih memperhatikan air itu, keadaan ini segera menarikku kembali ke dalam dunia nyata. Ya, aku memiliki kehidupan sulit yang dapat kupikirkan, tak perlu memikirkan hal-hal tak masuk akal lagi. Hari biasa, hari melelahkan dan membosankan. Terkadang aku memang ingin memasuki dunia fantasi, aku ingin merasakan sensasi memiliki kekuatan sihir atau semacamnya, aku ingin melihat dunia tanpa adanya teknologi. Hanya ada hutan luas, pemukiman kuno, kerajaan megah dan banyak binatang aneh. Dari semua makhluk yang ingin kulihat, yang pertama dan benar-benar ingin kusentuh adalah makhluk seperti griffin atau hippogrif. Yah, tapi mana mungkin hal itu terjadi? Maksudku, semua itu hanya ada dalam film saja, ini adalah dunia nyata yang segala isinya mengadung hal-hal yang realistis, logis dan segalanya selalu dibuktikan dengan ilmiah dan sains. Ah sudahlah, tak penting memikirkan hal semacam itu. Karena aku memikirkan banyak hal sekaligus, tanpa sadar jika aku sudah berada di halaman tempat tinggalku. Ini adalah rumah minimalis yang dikelilingi beberapa bangunan. Aku menghentikan langkah sebelum menghela napas pelan. “Hai, rumah. Aku kembali.” Entahlah, tiba-tiba saja aku ingin mengatakan itu, tak ada alasan khusus aku mengatakannya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD