20 – Member Perhitungan

1007 Words
Universitas. Langit mendung, keadaan masih basah dan gelap, tapi hujan sudah reda beberapa waktu yang lalu, aktivitas manusia kembali terjadi. Air hujan masih menggenang, malahan masih banyak air mengalir dan selokan masih mengalirkan air dengan deras. Langit juga tak berangsur cerah meski sudah mengeluarkan banyak sekali air hujan. Elysse tak dapat fokus di tengah pelajarannya, ia sudah berganti pakaian dan menghadiri kelas sorenya. Meski tubuhnya saat ini ada di kelas, tapi pikirannya melayang entah ke mana. Elysse sama sekali tak dapat fokus dalam menangkap materi yang tengah dibagikan oleh dosen. Pikirannya melayang pada kejadian di mana Haverelizza kecelakaan, berbagai spekulasi ia pikirkan, apakah itu ulah manusia yang memiliki dendam padanya, ulah perampok atau hal yang tak ia harapkan, itu adalah ulah fey. Makhluk yang melakukan p*********n pada Haverelizza adalah fey. Selain memikirkan alasan dari cedera yang Haverelizza dapatkan, dia juga masih belum tenang karena menanti kabar terbaru tentang keadaan sahabatnya setelah mendapat perawatan. Elysse segera pergi berpamitan setelah keluarganya datang, tentu saja sebelum pergi, dia menceritakan rincian yang terjadi kenapa temannya itu dapat mengalami kecelakaan seperti itu. Untuk saat ini kesimpulan pertama adalah perampokan atau orang yang punya dendam padanya, keluarga Countweill juga sudah melaporkan insiden ini pada polisi agar semua segera diurus dengan baik sesuai hukum yang berlaku. Lamunan-lamunan yang menyusup pada Elysse membuat ia benar-benar tak sadar akan keadaan sekitarnya. Bahkan ketika kelas telah usai dan semua orang membubarkan diri, Elysse masih diam termenung bergelut dalam pemikiran tentang keadaan sahabatnya. Tak lama berselang setelah kelas kosong, Aldrea dan gengnya datang padanya, tapi ia sama sekali tak sadar akan kedatangan keempat gadis yang memasang raut muka marah serta murka padanya, tampaknya mereka benar-benar ingin menelan dan memakannya hidup-hidup. Sudah jelas jika mereka akan melakukan perhitungan pada Elysse untuk sesuatu yang terjadi terakhir kali mereka bertemu. Yaitu hari kemarin di mana tanpa sengaja Elysse membalas perbuatan Meghan. Gebrakan meja dan rambutnya yang dijambak oleh Meghan segera saja membuat Elysse tersadar, ia meringis dan terperanjat karena mendapati dirinya telah dikepung oleh keempat gadis tersebut. Sontak saja dia teringat dengan kejadian kemarin. “Astaga, matilah aku. Karena terlalu larut dalam pemikiran semua ini, aku sampai lupa dengan masalahku dengan mereka,” lirihnya dalam benak. Jujur saat ini Elysse merasa takut ketika berhadapan dengan mereka. Elysse meringis kesakitan saat ia merasakan ketika rambutnya ditarik dengan kasar, rasanya semua rambut yang ia miliki akan tercabut dari akarnya, bersama semua kulit kepala tentunya. “Sepertinya kau punya nyali dan keberanian yang kuat ya?” Aldrea memandang tajam ke arah Elysse. Dari nada bicaranya saja sudah menandakan jika dia sangat marah dan murka pada Elysse. “Tampaknya kau punya nyali juga, setelah apa yang kau lakukan kemarin, kau kira akan lolos dari kita?” Meghan menarik rambut Elysse agar wajah mereka semakin dekat, tentu saja Elysse merasa sangat kesakitan. “Kukira dia harus dibuat jera.” Cassandra bergumam sambil menatap jijik pada Elysse. “Benar, ini waktunya untuk mendisiplinkan dia.” Irina mengiyakan. “A ... aku mohon jangan, ampuni aku, tolonglah.” “Apa? Enak saja, kau tahu apa yang kita rasakan kemarin? Membiarkanmu lolos begitu saja akan menjadi pengampunan terbesarmu!” Meghan yang naik pitam segera saja meneriakkan Kalimat itu di depan wajah Elysse hingga membuatnya mengernyit memejamkan mata. Dia membuka mata dan membalas dengan ketakutan. “Aku tak sengaja, lagi pula itu juga salahmu ka ... Aahhh!” Ucapannya terhenti ketika Meghan menarik dan menjambak rambutnya lebih kuat. “Sudah berani membantah, hah?!” tanyanya dengan amat geram dan gemas ingin menyiksa Elysse lebih dari ini. Sementara tiga gadis lainnya terkekeh melihat hal tersebut. “Lepas, tolonglah.” Elysse memelas. “Mungkin jika kau bersujud dan mencium sepatuku, aku akan mempertimbangkannya.” Meghan menawarkan pilihan pada Elysse. Tentu saja itu bohong dan Elysse tahu akan hal tersebut. Dia agak melonggarkan cengkeraman tangannya. “Bohong, pertimbangan kalian tak pernah berubah sama sekali meski aku melakukan apa yang kalian lakukan. Kalian tetap akan membuatku menderita saja.” Elysse memekik dalam benaknya, ingin sekali ia meneriakkan itu, sayangnya hal tersebut tak akan berpengaruh apa-apa selain ia mendapat tamparan. “Aku ti ... tidak ....” “Oke, waktunya pelajaran tambahan.” Aldrea menyela perkataannya. Semua menyeringai jahat. “Ini yang sudah kutunggu sejak kemarin.” Cassandra tampak seperti seorang psikopat saat mengatakan kalimat itu. “Kita buat dia jadi anak yang disiplin dan penurut.” “Hmmm.” “Astaga, aku akan disiksa,” ringis Elysse dalam benaknya. Dia tahu jika ini pastinya akan menyakitkan dan memalukan. Meghan segera menarik rambut Elysse. “Tunggu dulu, aahhh ....” Elysse terantuk meja tempatnya duduk, tapi ia tetap diseret begitu keras dan kasar. Mereka menyeret Elysse yang memekik sambil memohon menuju toilet wanita, karena ini sudah sore, keadaan cukup sepi dan tak banyak orang yang ada di sana. Kalau pun ada, tak akan ada orang yang akan menolongnya, mereka pastinya hanya akan menjadi penonton saja. Selalu seperti itu, adegan p********n dan penindasan akan menjadi tontonan bagi mereka yang suka dengan hal itu. Elysse diseret paksa menuju ke toilet. Benar-benar keadaan yang mendukung bagi keempat orang itu untuk melakukan penindasan, sepanjang jalan menuju toilet benar-benar tak ada satu orang pun yang mereka temui, padahal meski sudah sore, seharusnya ada beberapa orang yang berlalu lalang, harusnya banyak orang yang masih tinggal di dalam bangunan itu. Hanya satu alasan yang menjadikan situasi seperti itu, yaitu Meghan sudah mempersiapkan semuanya agar siasatnya berjalan dengan lancar tanpa ada halangan dari pihak mana pun. Sepertinya ia telah melakukan seuatu sebelum ini sehingga perhatian orang-orang tertuju pada tempat lain, bisa dikatakan merupakan hal wajar jika sepanjang jalan menuju toilet, keadaan benar-benar kosong seolah tak ada orang di seluruh bangunan yang luas itu. Ketika sudah tiba di toilet wanita, Meghan tak segan berbuat kasar padanya. Sementara Irina dan Cassandra memastikan jika tak ada saksi atas apa yang mereka perbuat, setelah memastikan lorong kosong, bilik toilet kosong, mereka menjaga pintu keluar agar tak ada yang bisa masuk. Elysse didorong dan dihantamkan ke dinding dengan kasar sampai suara gedebuknya benturan terdengar jelas, tentu saja itu memberi rasa sakit dan akan meninggalkan bekas yang jelas terlihat. Elysse menangis kesakitan, beberapa helai rambutnya dilepaskan oleh tangan Meghan, ya banyak rambut yang tercabut karena jambakan keras tersebut. Elysse merasa sangat kesakitan, dan ia tahu jika ini baru awal saja, semua hanya permulaan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD