pertemuan pertama~5~

1098 Words
Kini kami mengetahui ceritanya, hanya perlu lebih memahami lagi, rasa penasaranku semakin menjadi-jadi, ingin mengetahui cerita dari sisi yang lain, dan mengapa pintu-pintu itu sangat penting bagi perusahaan besar tempat, Jack bekerja dulu. Aku pergi kebasemant, memandangi pintu-pintu dengan ukiran unik satu persatu, gagang pintunya memiliki inisial yang berbeda-beda, aku menggenggam salah satunya, dan dingin dari besi memenuhi telapak tanganku, "kau sedang apa?" Suara Jack yang mengagetkanku dari balik tangga, "hanya mengaguminya" aku tidak tau harus menjawab apa lagi, "pintu-pintu ini yang berasil aku bawa kabur" jelasnya yang mengagetkanku, "kabur? kau mencurinya?" Aku bertanya memastikan semoga itu tidak benar, jika tidak, mungkin saja barang yang dicari orang-orang dari perusahaan itu, saat ini ada dibawah rumah kami. "Mencurinya? Tentu tidak, aku yang membuatnya, untuk apa aku mencurinya" jawab Jack membantah tuduhan ku, "mereka yang mencurinya dariku, menggunakan pintu-pintuku" jawabnya yang terpotong dan membuatku bingung, aku hanya mengangguk sambil mencoba memahami, "apa ada pintu-pintu lain?" Tanya ku memastikan, "tentu ada" Jack menjawab, "ada dimana pintu-pintu itu?" Aku balik bertanya meluapkan rasa penasaran ku, "beberapa ada dikantor pusat" jawabnya singkat. Tentu saja, jawaban yang entah kenapa sudah pasti namun aku tidak menduganya dan malah mengharapkan jawab yang lain. Jack mengelus kepalaku dan mengajakku keatas, makan malam sebentar lagi siap katanya, lagi-lagi tidak pernah bosannya aku dengan suasana makan malam bersama, mungkin akan lebih bagus lagi jika kake nene juga ada dan bersama kami saat ini, namun mereka pasti senang mengawasi kami di atas sana saat ini. Makan malam berakhir lebih cepat, banyak yang kami lakukan hari ini, dan tenaga yang banyak terkuras dari hari-hari sebelumnya, rasa lelah yang sudah meluap menciptakan kantuk yang luar biasa, namun bagaimanapun mengantuknya, aku tetap tidak dapat tertidur. Pintu-pintu di basemant seperti memanggilku, aku ingin melihat satu persatu ukirannya lagi, dan rasa dingin pada gagangnya, memenuhi telapak tangan dari pikiranku. Mungkin sedikit berjalan-jalan akan membuatku mengantuk gunam ku, langkah kaki ku tanpa sadar membawa keambang tangga basemant, satu persatu kuturuni anak tangga, seperti tidak sadar aku berjalan tenang, diiringi denyit pelan dari setiap anak tangga yang menahan berat tubuh ku, sama sekali tidak menghancurkan suasana sunyi malam yang mencekam, sampai akhirnya bunyi itu hilang, sampai sudah aku didasar ruangan. Gelap, hanya sedikit cahaya jalan yang menembus dari balik jendela kecil, pintu-pintu itu berdiri megah dengan debu bercahaya yang terbang disekitarnya, sedikit cahaya samar memantul pada gagang besinya. Ingatan tentang rasa dingin yang diberikan gagang pintu ketika aku menggenggamnya, membekukan telapak tangan ku, seolah memintaku untuk menggamnya lagi, dan kali ini benar-benar membukanya, seolah akan ada sesuatu dibalik pintu kosong itu. Sebuah pintu dengan ukiran halus menarik tubuhku untuk mendekatinya, pintu dengan ukiran bunga-bunga disekelilingnya, berdiri mencolok mengalahkan pintu lainnya. Tanpa sadar seperti ada yang merasuki ku, tangan ku bergerak memutar gagangnya, sedikit dorongan kecil membuat pintunya terbuka, cahaya samar yang hangat muncul dari balik pintu yang terbuka, tidak tau dari mana datangnya, cahayanya semakin membesar. Hanya cahaya, tidak terlihat tujuannya, atau ruangan apa dibaliknya, aku seperti bermimpi, apa yang kulihat sekarang ini tidak akan dipercaya orang lain, entah trik sulap apa yang sekarang ku saksikan, cahayanya sangat menyilaukan ketika aku melangkah menembusnya. Hilang sampai disana ingatanku, tiba-tiba saja sudah pagi, alaram Lily mengagetkan ku hingga terbangun, aku menenangkan denyut jantung ku yang berlari kencang karena terkejut. Mungkin apa yang ku lihat malam tadi hanya mimpi, semuanya tidak pernah terjadi, hanya imajinas ku saja yang terlalu aktif, hingga terbawa kealam mimpi. Suara air panas dalam teko menuntunku kedapur, disana ibu sudah menyiapkan sarapan untuk kami, wajahnya terlihat lebih cerah dan cantik dari sebelumnya, tampak berseri yang tidak biasa. Jack seperti biasa masih mengerjakan halaman belakang, tidak cukup hanya membersihkannya, dia berencana mengembalikan taman kami yang dulu hilang. " Kau sudah bangu" ibu tersenyum dengan senyumnya yang biasa, memberikan segelas jus jeruk padaku, rasanya yang segar menuruni tenggorokanku perlahan, menyisakan rasa asam dan manis di langit-langit mulut, menambah kesadaran ku. Mataku tertuju pada tangga ruamh bawah tanah, gelap seperti biasa, melihatnya seperti lubang hitam yang tak berujung, bunyi berdenyit yang samar namun memenuhi telingaku, seolah hanya bunyi itu yang ada, mengalahkan suara yang lain, mengalahkan suara teko dan percakapan canda tawa Jack dan ibu, bunyinya semakin mendekat, seperti ada yang melaluinya. Lily melompat turun, mengagetkanku, dia melihatku aneh karena terkejut, memang seharusnya tidak ada yang perlu membuat seseorang terkejut, dia sudah sering sekali melompat ketika menuruni anak tangga, bahkan hampir setiap saat, tatapannya melewatiku membuat ku terlihat konyol. Aku tidak memikirkannya lagi, dan menuruni tangga menuju basemant, seolah ada yang memotong tangganya, terasa sangat singkat ketika ku turuni, sangat berbeda dengan malam tadi, yang semuanya terasa lambat, namun itu hal yang biasa terjadi dalam mimpi. Aku seketika sudah berada di lantai bawah basemant, mataku langsung tertuju dengan yang selama ini menghantui pikiranku, hingga terbawa mimpi. Pintu-pintu itu masih berdiri sana, bersandar lemah dengan dinding dingin yang menyangga. Tidak mungkin membuka pintu ini, pikirku, tidak ada engsel yang menopangnya, tidak ada apa-apa selain dinding dibelakangnya. Ukiran kayunya yang ditutupi debu tipis, sangat lemah hingga hembusan nafas dapat menerbangkannya, gagangnya sama dinginnya dengan terakhir yang ku ingat, termasuk saat didalam mimpiku. Namun gagang ini bersih, tidak terasa debu halus dipermukaanya, apa jack membersihkannya, itu jawaban pertama yang muncul dikepalaku, namun aneh sekali jika hanya gagangnya saja yang ia bersihkan. Saat kuamati lagi, dan memutar mutarnya, seolah akan membuka suatu ruangan, bola besi yang berada dalam genggamanku ini mulai memberikan sensasi yang lain, rasa dinginnya yang menyengat perlahan hilang, awalnya aku kira itu karena suhu tubuhku, namun aku yakin, ini bukan hanya suhu tubuhku, ada yang lain, seolah gagang pintu ini mengeluarkan panasnya sendiri. "Kau tidak bersiap?" Lagi-lagi kedatangan Lily mengagetkan ku, dirinya berdiri diantara anak tangga, menunggu, mematug disana, tidak ada keinginan untuk melangkah mendekatiku. Aku mengangguk, melangkah mendekatinya, matahari semakin tinggi, hawa dingin pagi perlahan menghilang. "Lebih baik kau mencuci muka mu" Lily mengomentari sambil mengarahkan telunjuknya pada mataku yang terasa lengke. Satu-satunya pintu didalam rumah ini, aku berdiri didepannya, harusnya aku segera membukanya, mengingat jam yang terus berjalan, dan sebelum Lily menegurku lagi dan berujung dengan ocehan panjang, namun pikiranku kemana-mana dan memunda tubuhku untuk bergerak. Yap, seperti yang kuperkirakan, lily menyenggolku, tidak ada kata-kata dia hanya menyenggolku, dan berlalu, wajahnya memperingatkan, ku genggam gagang pintun kamar mandi dan membukanya, namun bukan wastafle dan cermin yang ada didepanku, ruangan lain, seperti kolidor kosong bewarna putih bersih. Aku semakin bingung dibuanya, kugosok-gosok mataku, kucubit tanganku untuk memastikan ini bukan mimpi lagi, sangat yakin aku ini bukan mimpi. "Apa yang kau lakukan?" suara Jack dari belakang, diambang tangga mengagetkan ku, membuatku tanpa sadar menarik lagi gagang pintu yang dari tadi taidak kulepaskan, membanting pintu kamar mandi hingga tertutup sangat keras.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD