"Kalian sudah selesai?" jack muncul dari balik tirai, "kau kehabisan tempat untuk itu?" dia menyadari buku-buku yang menumpuk, "aku bisa membuatkan rak buku, dan mungkin kita dapat diletakannya disana" ucapnya sambil menunjuk kearah dinding tempat kepala kasur kami bersandar, jack langsung kembali kebawah, tanpa basa-basi dia pergi, kebasemant dugaanku. Aku dan Lily saling bertatapan, tidak menduganya, tidak berselang lama jack kembali lagi dengan rak buku panjang, aku terkesima, dia dapat membuat rak buku dengan sangat cepat, dan hasilnya tidak terlalu buruk, hanya perlu sedikit tambahan cat, tapi itu tidak masalah, rak buku polos itu saja sudah cukup bagi ku. kami membantunya mengangkatkannya, memegangi sementara dia memakukannya pada dinding, dengan ini aku tidak perlu memisahkan buku-buku kesayangan ku. Kami berbagi sisi, pada sisi ku, aku menyusun buku-buku dan beberapa ornamen kecil yang kupunya, Lily memenuhi sisinya dengan naskah-naskah drama, dan beberapa properti kecil yang menjadi cendramata dari drama terdahulunya, rak buku ini sangat membantu, sangat semputna, tidak kusangka Jack benar-benar dapat membuatnya.
"Dengan ini kelihatannya kamar kalian sudah selesai, bagaimana dengan kamar ibu mu?" tanya Jack, aku dan Lily hanya berpandangan, hingga salah satu dari kami menjawab "kami tidak tau barang mana yang masih digunakan dan tidak."
"Ya, apa tidak sebaiknya kita menunggu ibu?" mendengarnya Jack hanya mengangkat bahu, dan meninggalkan kami menulu kamar ibu, tepampatnya tepat diseberang kamar aku dan Lily, besarnya sama, tidak banyak prabotan, hanya kasung besar yang memenuhi ruangan dan lemari gantung pada salah satu sudut kamar. Ibu selalu sibuk, pasti karena itu kamarnya tidak pernah rapi, aku dan Lily membantunya dengan cucian baju kotor, namun tidak pernah dapat membantu banyak, semenjak ibu sibuk bekerja di tiga tempat berbeda, kami menjadi tidak terlalu dekat, dan tentunya jarang mengobrol, kesempatan kami hanya pada saat sarapan dan makan malam, itupun sering ibu lewatkan, karena itu kami tidak tau banyak yang mana barang-barang yang masih digunakannya.
kami mematung didepan kamar ibu, tidak tau harus memulai dari mana, ada rasa takut dalam diri ku dan Lily, kami takut salah memilah barang-barangnya, dan malah menyingkirkan benda beharga milik ibu, dan membuatnya bersedih atau kecewa. Jack mengambil nafas panjang dan menghembuskannya, sangat keras sampai kami dapat mendengarnya, dan membuat Lily terkejut, bangun dari pikirannya.
"Kita mulai dari sini" ucapnya menuju kepala kasur dan membuka lebar-lebar jendela yang ada diatasnya, udara segar masuk bersamaan dengan mentari pagi yang mulai menyengat, menyapu pelan bau parfum khas ibu yang memenuhi kamar. "Bisa kau rapikan itu?" Jack menunjuk tumpukan baju bersih pada sudut kasur, Lily mulai melipatinya, aku membantu merapikan kasur dan bantal-bantalnya. "Bagaimana jika kita salah memilah?" Salah satu dari kami berani bertanya, Jack hanya mengangkat bahu, kemudian menjawab "aku yang akan tanggung jawab" ucapnya sambil memilah barang-barang "aku sangat mengenalnya, jadi aku tau saja" dia melanjutkan. Baiklah, jika Jack yang akan tanggung jawab, ku rasa kami berdua tidak perlu khawatir.
Satu jam sudah kami habiskan, akhirnya perkerjaan ini selesai, kamarnya nampak lebih rapi dan luas, serang aku harap ibu dapat beristirahat dengan lebih nyaman, "bagaimana dengan kotak-kotak itu?" Lily menyinggungnya sambil menunjuk kotak yang kami kumpulkan, isinya barang-barang yang berhasil kami pilah, "kita membuangnya" Jawab jack sambil membawa turun 2 kotak yang ditumpuk menjadi satu, kami mengikutinya dan membawa kotak-kotak yang tersisa. tepat didepan tempat sampah, "apa tidak apa-apa hanya meninggalkannya disini?" Tannya Lily, aku menggeleng tidak tau, dan Jack lagi-lagi hanya menarik nafas dalam meninggalkan kami diluar, masuk kedalam rumah terlebih dahulu, "mungkin tidak apa-apa" jawab ku yang sedikit terlambat "ayo kita juga masuk, sangat dingin diluar sini" ajak ku pada Lily, hari ini cuaca lebih dingin dari biasanya, padahal belum lagi musimnya, apa mungkin sudah mulai memasuki pergantian musing yang tidak menentu lagi. Didalam Jack sudah membuatkan kami coklat panas, tidak terlihat dari penampilannya ternyata dia cukup perhatia. "Apa yang kau lalukan sebelumnya Jack?" Lily bertanya memulai percakapan, dia membalas dengan kerutan pada wajahnya, nampak sekali tidak paham dengan pertanyaan Lily, "maksudnya pekerjaanmu dulu" aku menjelaskan, dan dia mulai melepas kerutan pada wajah, Jack melangkah dan duduk disofa depan kami, "aku dulu bekerja disebuah perusahaan" jawabnya singkat dan tidak memuaskan, seperti membaca pikirann kami dia melanjutkan jawbannya "tapi pasti bukan itu yang mau kalian dengarkan?" Jawabnya dengan sedikit tawa diantara kata-kata "selain itu aku juga membuat pintu-pintu unik, tempatku bekerja dulu memproduksi pintu-pintu itu" jelasnya mengingatkan kami dengan pintu-pintu yang ada di basemant, "lalu apa yang terjadi?" Pertanyaan ku yang juga mewakilkan Lily, "aku berhenti" jawabnya sambil mengangkat bahu dan menyerumput coklat panas, kemudian melanjutkan "mereka tidak dapat menerima keberhentianku, sehingga menuduhku dan membuatku terpenjara" dia menjelaskan, "semudah itu?" Sambarku menanggapi ceritanya yang terdengar tidak masuk akal, "tentu tidak mudah, tapi mereka berhasil" sahut Jack, "bagaimana bisa?" lily balas bertanya, "mereka menyusun semua bukti dan tuduhan palsu sangat rapi, sehingga aku tidak dapat mengelaknya."
"Kau dituduh apa?"
"Mencuri desain mereka, dan menjualkannya secara ilegal" jawab Jack, "kenapa mereka melakukan itu?"
"Perusahaan pembuat pintu itu hanya kedok, mereka melakukan hal lebih dari itu dengan pintu-pintu yang kubuatkan, dan aku mengetahui rahasia mereka, serta hanya aku yang bisa membuatkan mereka pintu-pintu seindah itu."
"Apa yang spesial dari pintu-pintu yang kau buat?" tanyaku yang terdengar sinis, namun Jack membalas dengan tersenyuman tidak peduli "kau akan melihatnya."
"kenapa kau berhenti?" Lily sepertinya masih penasaran banyak hal, "segera setelah aku tau apa yang mereka lalukan, dan kurasa itu tidak baik," jawab Jack dengan datar dan mengahabiskan coklat panasnya, "tapi aku tidak menduga mereka mempenjarakan ku, dan aku sengaja berhenti menghubungi ibu kalian untuk menjauhkannya dari masalah" Jack melanjutkan penjelasannya, "kau merasa mereka mengawasi mu?" selidikku, "mereka memang mengawasiku."
"bagaimana dengan sekarang?" tanya Lily, "entahlah, sudah 10 tahun, tapi mungkin saja" jawaban Jack menciptakan wajah khawatir Lily, "apa mereka jahat? atau sangat berbahaya?" Tanyaku mengharapkan jawaban yang sudah jelas, jack tersenyum dengan tenang "mereka bukan orang baik, tapi soal berbaha atau tidak itu tergantung jika kita mengganggunya" jelas Jack, jawabannya sedikit membuat tenang, kami semua hanya perlu tidak mengganggu orang-orang yang Jack bicarakan, dan mungkin lebih baik untuk pura-pura tidak tau.
Pintu terbuka dengan kencang, hampir menghantam dinding dan meninggalkan bekas menghitam dipermukaanya, ibu berdiri dengan nafas terengah-engah, seolah habis berlari dari tempat kerja. "Diluar dingin sekali" ucapnya dan melepaskan mantel tipis, yang merupakan penyelamat satu-satunya dari hawa dingin yang menembus, ibu sedikit terkejut melihat kami duduk bersama di ruang tamu dengan coklat panas, tatapannya terlihat bahagia dengan pemandangan yang tidak pernah diduganya akan ada, Jack pergi membuatkan ibu coklas panas, dan membuatnya duduk diantara kami, berbagi kehangatan dari dalam tubuh, dia memeluk ku dan Lily, senyum tipisnya mulai terukir lagi.