Aku membuka kotak itu, yang benar saja dalamnya sudah dipenuhi debu, ku keluarkan buku-bukunya satu persatu, setiap judul aku teliti, dan dibeberapa buku terdapat foto ibu dibelakangnya, ibu terlihat lebih muda dan bahagia, sepertinya dia sudah berkeliling dunia, meneliti sejarah dan penemuan menakjubkan lainnya. sampai pada dasar kotak yang ternyata sudah dimakan rayap, beberapa bukunya bolong dan kehilangan halaman, mereka sepertinya kenyang dan saat-saat tenangnya hancur ketika aku temukan. lily menyemprotkan pembasmi serangga, tanpa aba-aba saat buku masih ada di tanganku, wajahnya panik ketakukan, menahan untuk tidak berteriak, syukur dia tidak menyemprotkannya kewajahku, "mungkin kita harus menjemurnya" saran lily dan menyemprotkannya lagi kedalam kotak yang ditinggali rayap.
Jack sepertinya sudah hampir selesai dengan pekerjaanya, dia menghampiri kami, ketika akan menjemur buku-buku itu dihalaman yang terkena matahari, sepetak sorotan matahari langsung, kami menyusun buku-buku yang kertasnya mulai menguning dan, digerogoti rayap namun masih bisa diselamatkan, "apa semua ini" tanya Jack yang menghampiri kami, "buku-buku ibu" sahut salah satu dari kami, Jack melepas sarung tangannya, dan membalik-balik halaman salah satu buku, "ibu kalian sangat menyukainya" gunamnya "wanita paling pintar yang pernah aku temui" dia melanjutkan gunamannya dan berdiri, menuju kepintu dapur dan mulai menyusun beberapa buku yang masih dilantai, kami mengikutinya dan membantunya menyeleksi beberapa barang yang mungkin sudah tidak terpakai.
"Kalian punya papan?" tanya Jack yang membuat aku dan lily kebingungan, "kami rasa tidak" sahutku ragu-ragu, "dulu aku biasa membuatkan ibu kalian rak buku, ini salah satu buatanku" Jack menjelaskan sambil membersihkan debu yang menempel, "biasanya aku menyimpan beberapa cadangan papan di basement" dia melanjutkan. Sepertinya Jack akan membuatkan ibu rak buku lagi untuk menopang buku-bukunya yang tidak kebagian tempat, "kami tidak tau, kami tidak pernah ke basement" sahut lily dengan lambat, mendengarnya Jack seperti kebingungan, salah satu alisnya naik.
Akhirnya kami mengikuti Jack kebasement,tempat ini selalu menakutkan dan gelap, itu sebabnya kami tidak pernah kemari, jack turun lebih dulu sementara aku dan lily masih menunggu di ambang tangga, lily menyenggolku memberi kode untuk turun duluan, aku sama takutnya dengannya jadi aku balas menepuk punggung tangannya. suara langkah kaki cepat menaiki anak tangga, membuatku dan lily melangkah mundur seketika, "kalian kenapa?" tanya jack, yang rupanya merupakan asal dari suara langkah kaki itu, dia memperhatikan wajah kami yang ketakutan sambil menggelengkan kepala, menjawab pertanyaanya, "lampunya mati, tunggulah disini sementara aku menggantinya" jelas Jack sambil membawa lampu baru dan segera menuruni anak tangga lagi. Tidak lama terlihat cahaya dari dasar basement, dan teriakan Jack yang mengatakan kami sudah boleh kebawah, kami berjalan perlahan menuruni anak tangga yang berdecit setiap kali ada yang menginjaknya. Dengan adanya penerangan, basemant tidak terlalu menakutkan lagi, namun tempat ini tidak kalah berantakannya, Jack menemukan papan yang dia cari, dan mengangkatnya kedekat tangga, "aku akan membereskan tempat ini terlebih dahulu" gunamnya sambil menghembuskan nafas, "apa itu?" lily menyadari pintu-pintu yang disandarkan pada salah satu sisi basement, "mungkin lebih tepatnya untuk apa itu?" aku membenarkan pertantaan lily, dan menyusulnya yang beberapa langkah sudah didepanku.
Memperhatikan pintu-pintu, mereka terlihat unik, dengan ukuran serta ukiran yang berbeda, bahkan dicat dengan warna yang berbeda pula. Aku memperhatikan Jack menunggu penjelasannya, mungkin dia tau sesuatu, dan ternyata benar, dia menjelaskan kalau semua ini bikinannya, sama sepperti ibu yang menyenangi sejarah, Jack menyukai pintu, dan membuatnya, seunik dan seindah mungkin. hobinya yang aneh ternyata dapat menghasilkan sesuatu yang indah ini, bayangkan jika pintu-pintu ini masih baru, pasti sangat indah. "kau tidak menjualnya?" aku bertanya, pintu-pintu ini seperti barang seni, mungkin ada orang yang mau membelinya diluar sana, "yang ini tidak, tapi dulu aku biasa membuatkan pintu-pintu dengan ukiran untuk para orang kaya" jelasnya, "mungkin kau bisa melakukannya lagi" lily ikut menyahut dengan semangat, "kurasa tidak semudah itu, tapi itu mungkin saja" jawab Jack yang tidak yakin, matanya memperhatikan sumpukan pintu belum dicat pada sudut ruangan, seperti terpikirkan suatu ide, "kalian naiklah dan mungkin bereskan kamar kalian? mungkin ada benda-benda tidak terpakai" ucapnya dan menyuruh kami pergi, sementara matanya masih terfokus kesalah satu sudut basement dengan tumpukan pintu-pintu.
rasanya aneh ketika mengetahui ada banyak sekali pintu dibawah rumah, sedangkan setiap ruangan kecuali kamar mandi tidak ada yang memiliki daun pintu, hanya ada tirai yang menutupi setiap ruangannya, seperti kamarku dan lily. pertanyaan itu kuanggap sebagai angin lalu, mungkin hanya sebuah kebetulan, atau ada alasan lainnya. Aku masih bermain dalam pikiranku, memikirkan jawaban yang mungkin, sehingga tidak perlu bertanya pada ibu, lily menyadarkanku setelah meneriakan namaku beberapa kali, dia menarik beberapa kotak dari bawah kasur "aku rasa sudah saatnya kita menyingkirkan ini" ucapnya, kotak itu kalau tidak salah berisi mainan dan beda-benda kesayangan kami sewaktu kecil, "mungkin kita bisa memeriksanya dulu" ucapku sambil menghampiri lily, mengambil boneka tedy bear yang menutupi mainan-maian lain dibawahnya, punya lily yang sudah tidak dipakainya, tedy ini diberikan nenek sepasang pada kami, milik ku masih duduk disamping kasur, sedangkan tedy dengan inisial lily ini sudah ditingagalkannya dibawah kasur cukup lama, "jika kau tidak memakainya, boleh untuk ku?" aku bertanya sambil menggoyang-goyangkan tedy dihadapannya, boleh saja isyaratnya tanpa memperhatikanku, dan tetap mengeluarkan isi kotak satu persatu, akhirnya tedy tedy ini bersama lagi disudut kasurku.
Lily tertawa kecil, dan aku memperhatikannya sedang melilitkan sebuah syal sutra kelehernya "menurutmu ini milik siapa?" "entahlah mungkin ibu" sahutku dan menghampirinya "syal ini cukup bagus."
"Ya, walau sudah disimpan cukup lama, apa boleeh kita simpan?" tanya lily dengan mata yang berbinar-binar, "tentu saja, itu terserah padamu" dia kegirangan dan membereskan maian-maian hampir rusak yang tadi dia keluarkan, "apa akan kita buang?" tanyaku, "mungkin saja, maksudku kita tidak mungkin menyumbangaknnya" jawab lily, dan kurasa dia ada benarnya, maian-maian itu sudah terlalu tua dan rusak, menyimpannya hanya akan memakan tempat.
"Apa kau masih menggunakan ini semua?" tanyaku pada lily yang segera menghampiri, ketika kutarik kotak berisi kostum dan naskah dramanya, "biar aku periksa" lily merebut kotak itu dari ku, "baiklah, aku akan memberekan rak buku kita." selain ibu hanya aku yang senang membaca di keluarga ini, lily lebih menyukai jika ada filmnya, karna dia dapat menirukan acting para aktor didalamnya, itu cita-citanya, sekarang dia bisa dibilang menjadi anggota kesangan dalam klub actingnya, aku akui pemeranan lily cukup bagus, sudah banyak drama yang dia dan anggota klubnya mainkan, dan aku memastikan akan datang disetiap pementasannya.
kebanyakan buku-buku ini milik ibu yang ku pinjam, dan menjadi buku kesukaan yang selalu aku baca berulang-ulang, awalnya hanya satu buku yang kubawa kesini, namun akhir-akhir ini terus menumpuk. sangat berat rasanya ketika harus menjauhkan dari kamarku, walau aku masih bisa membacanya diruangan lain, namun rasanya pasti berbeda, aku memikirkan bagaimana menyusunya agar terlihat rapi, sehingga tidak harus memisahkan mereka semua.