Panggilan Sayang

1049 Words
*Flashback On* `06.08 wib` Tetasan air yang berasal dari embun pagi menyambut keceriaan perempuan cantik berdarah asli Palembang yang tumbuh besar di Ibukota, Jakarta. Hari yang di nantikan setelah menunggu dua minggu lamanya, akhirnya tiba juga. Violetta sudah tidak sabar ingin segera melihat wajah tampan sang pujaan hati yang beberapa jam lagi pesawatnya akan mendarat di Jakarta. Letta, nama panggilan sayang dari orang terdekatnya, pun bergegas membersihkan tubuhnya di bawah guyuran air segar sambil melantunkan lagu dari artis favoritnya, Ariana Grande yang berjudul 'Stuck with you'. Dengan perasaan yang bahagia Violetta merias diri dengan penampilan yang terbaik darinya. Ia ingin menyambut laki laki spesial yang ada di dalam hatinya dengan cara yang spesial pula. "Finish." Tersenyum melihat pantulan dirinya dari dalam kaca. "Dirga sangat suka penampilanku yang seperti ini. Tidak berlebihan dan tidak kurang." Meletakkan kuas blush on ke dalam tempatnya. Violetta mengambil tas miliknya, memasukkan ponsel ke dalamnya lalu keluar dari dalam kamar. Pergerakan langkah kaki Violetta yang berlarian kecil membuyarkan fokus kedua orang tuanya yang kini sedang duduk santai di ruang keluarga menikmati teh chamomile dan sepiring roti sobek yang di buat sendiri oleh sang mama. "Loh, anak papa sudah cantik saja pagi pagi begini," goda laki laki yang masih tampan di usia lima puluh tiga tahun yang tengah melipat koran harian di tangannya. "Mau kemana, Letta?" Giliran perempuan berusia lima puluhan yang sedang duduk bersebelahan dengan pria paruh baya itu yang bertanya pada Violetta. Violetta tersenyum cerah, mengalahkan cerahnya matahari yang telah terbit sempurna di luar sana. "Mau jemput bang Dirga di bandara," ucapnya dengan pipi yang merona. "Pantesan subuh subuh sudah nyanyi gitu. Sampai sakit telinga aku dengerin suara Kak Letta nyanyi, pa." Menerobos duduk di antara kedua orang tuanya. "Apa sih kamu santan kara? iri bilang bos." Violetta mengerucutkan bibirnya pada sang adik laki laki yang masih berusia sembilan belas tahun itu. "Ogah iri sama kamu, Lelet," sahut adik Violetta bernama Baskara itu. Santan kara dan lelet adalah julukan yang di buat sendiri oleh Violetta dan Baskara. Keduanya akan menggunakan kata kata itu jika terlibat adu mulut mau pun saling goda. Sebenarnya itu merupakan bentuk perhatian dan rasa sayang keduanya. Kedua orang tua Violetta hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum melihat kelakuan kedua anaknya itu. "Minum teh dulu sebentar, itu mama sudah buatin kamu roti sobek isi keju dan coklat." Mengarahkan wajahnya pada sepiring roti yang terletak di atas meja bersama dengan satu teko kaca dan dua cangkir berisi teh di dalamnya. Violetta memutar pergelangan tangannya, memastikan jika masih tersisa waktu untuk bersama keluarganya sebelum dirinya pergi. 'Masih jam tujuh tiga puluh. Masih ada waktu setengah jam,' batinnya. Sebenarnya pesawat yang di naiki Dirga akan mendarat dua jam lagi. Tapi berhubung jarak rumahnya ke bandara memakan waktu kurang lebih satu jam (jika tidak macet), Violetta memilih untuk pergi lebih awal. Ia tak ingin membuat laki laki yang di cintainya itu menunggu lama. "Papa enggak kerja?" tanyanya setelah mendaratkan b****g di atas sofa empuk berwarna coklat itu. "Nanti jam sepuluh ada jadwal. Jadi masih santai." Lalu menyesap teh chamomile yang telah berada di tangannya. "Mau papa antar?" tanyanya kemudian. Violetta menggelengkan kepalanya pelan. "Enggak usah pa, aku bawa mobil saja. Kasian papanya nanti bolak balik gitu. Jauh juga soalnya kan." "Kalau gitu aku saja yang antar kakak, boleh kan?" Baskara ikut nimbrung. "Enggak perlu. Kamu kuliah sana, jangan buat malu papa mama. Awas kalau kamu main game online terus. Aku enggak mau kasih uang jajan lagi," ancam Violetta menunjuk Baskara. Sementara yang di ancam justru menjulurkan lidahnya, mengejek sang kakak yang selalu mengancamnya dengan kata kata seperti itu. "Klise banget ancamannya." Lalu menyandarkan kepalanya di pundak sang mama. "Mama jangan kasih dia uang jajan lebih kalau nilai semesternya anjlok. Biarin dia enggak bisa beli apa apa," ucap Violetta sambil berdiri mendekati kedua orang tua dan adiknya. "Jelas dong. Mama juga enggak mau anak laki laki mama jadi anak manja terus," sahut sang mama dan langsung di tanggapi dengan senyum kemenangan oleh Violetta. "Ma, pa, aku pergi dulu ya." Lalu mencium punggung tangan kedua orang tuanya secara bergantian. Tak lupa Baskara yang ikut memberikan rasa hormatnya pada perempuan berusia dua puluh dua tahun itu. "Sampaikan salam papa sama Dirga ya." "Mama juga ya, Letta," sambung sang mama yang langsung di jawab anggukan kepala oleh Violetta. "Aku, aku juga kak. Sekalian deh sama oleh olehnya." Baskara menaik turunkan kedua alisnya sambil nyengir bagai kuda. "Ogah!" Lalu pergi begitu saja. Violetta mengendarai Mazda2 berwarna merah miliknya menuju bandara. Dengan kecepatan normal, mobil itu menembus jalanan ibu kota yang macet seperti biasanya. Alunan lagu romantis milik penyanyi tanah air mengiringi perjalanan Violetta. Sudah tidak sabar rasanya ingin bertemu sang pujaan hati yang sudah dua minggu terakhir melakukan perjalanan bisnis ke Melbourne, Australia. Sesekali mulut Violetta bergerak, mengikuti tiap lirik lagu yang menggema ke seluruh bagian dalam mobilnya. Sayangnya Violetta harus terjebak macet setelah melakukan perjalanan selama empat puluh lima menit. "Yah, kejebak macet lagi. Ah, sial banget." Memukul pelan setir mobilnya. Cukup lama Violetta terjebak dalam kemacetan panjang itu, sampai akhirnya mobil yang di kendarainya kembali bergerak bebas. Berkali kali Violetta melirik jam tangan yang di pakainya. Seharusnya pesawat yang di tumpangi oleh Dirga akan mendarat lima menit lagi. Tapi perjalanan yang harus di tempuh Violetta masih lima belas menit lagi. "Aduh, telat nih. Bisa gagal dong kasih surprise sama dia." Wajah Violetta mulai tampak kesal sendiri. Sampai akhirnya ponsel Violetta berdering, Violetta melirik sekilas, ternyata nama Dirga yang di lanjutkan emoticon love di sebelahnya tertera dengan jelas. Membuat perempuan itu kembali bersemangat. Baru saja Violetta memasang earphone ke telinga dan menekan tombol untuk menghubungkan panggilannya dan Dirga, tiba tiba suara benturan keras terdengar jelas. "Ya tuhan ... Aaaaa ...." teriak Violetta. Bruuuk... Dari arah belakang, sebuah mobil mini bus dengan kecepatan di atas rata rata menabrak mobil yang di kendarai Violetta hingga menyebabkan tabrakan beruntun. Kepala Violetta terbentur keras pada setir mobil hingga mengeluarkan darah segar. begitu pula tubuhnya yang terhimpit di antara kursi dan setir. Pecahan kaca dari hadapannya membuat beberapa bagian tangannya ikut terluka. "Hallo, Letta. Letta ... Kamu kenapa? Ada apa, kamu dimana? Letta..." Suara Dirga dari dalam earphone yang terpental dari telinga Letta, terdengar panik. Dengan sisa tenaganya, Letta mencoba meraih earphone yang terjatuh di bawah kakinya, sambil menyebut nama Dirga. Sebelum akhirnya semua pandangannya menghitam dan suara yang berdengung di telinganya membuat perempuan cantik itu kehilangan kesadarannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD