bc

SELINGKUHAN TERDEPAN!

book_age18+
138
FOLLOW
1.8K
READ
billionaire
revenge
dark
forbidden
love-triangle
family
HE
curse
arrogant
badboy
drama
sweet
bxg
serious
campus
affair
polygamy
like
intro-logo
Blurb

Wajib baca sekuel pertama berjudul “SUAMI PENGGANTI UNTUK ISTRI BUTA” sebelum lanjut baca sekuel kedua "SELINGKUHAN TERDEPAN!"

Seraphina Rinka Edelweis adalah gadis pekerja keras yang membiayai hidup serta pendidikannya sendiri. Sejak ibunya meninggal karena sakit, Rinka bercita-cita menjadi suster yang mendampingi dokter menyelamatkan nyawa pasien.

Impian itu mulai tercapai ketika Rinka magang di salah satu rumah sakit terbaik di Amerika dan untuk pertama kalinya menjadi suster sungguhan dengan berinteraksi langsung ke pasien.

Disanalah Rinka bertemu pria tampan baik hati bernama Edward Schmidt yang menyamar menggunakan nama Dominic Rykerth. Pria yang telah membuat Rinka jatuh hati kemudian tersakiti ketika mengetahui fakta bahwa Edward sudah menikah. Namun Rinka terlanjur dibutakan cinta sehingga apapun sebutannya, entah gadis jalang atau selingkuhan—Rinka akan menerimanya asal bisa merebut Edward dari istrinya.

•••

“Dilarang mencopy/memperbanyak isi cerita ini dalam bentuk apapun tanpa izin dari penulis.”

SELINGKUHAN TERDEPAN

Niaratikaa © 2024

chap-preview
Free preview
1 – SENYUMAN MAUT
Ternyata tidak mudah bagi seorang billionaire turun kelas membaur dengan masyarakat kelas menengah, ditambah paras tampannya yang menarik mata membuat Edward Schmidt kewalahan mengendalikan gerombolan pasien wanita yang berebut meminta nomor ponselnya beserta kawanan ibu-ibu yang mendesak Edward agar menjadi menantu di keluarganya. “Hey handsome, are you an actor? Your face looks familiar.” Gadis pirang memicingkan mata menatap Edward dari atas sampai bawah sembari mengingat wajahnya yang seperti pernah ia lihat di televisi. Gadis berdada besar di sampingnya menyodorkan handphone, “Bagi nomor ponselmu sayang, kita bisa kencan setelah keluar dari rumah sakit.” Sedangkan seorang wanita paruh baya tiba-tiba berdiri persis di depan Edward seraya mempromosikan putrinya. “Aku punya anak perempuan cantik, mau kukenalkan padanya?” Tidak berakhir sampai di situ, masih banyak pertanyaan-pertanyaan sekaligus desakan dari para wanita yang mengerubungi Edward bak kelompok semut yang menemukan sarang madu. Seorang gadis berseragam serba putih dengan nursing cap menempel di kepalanya menghentikan langkah ketika tidak sengaja melihat keramaian di taman belakang rumah sakit John Hopkins tempat para pasien biasanya mencari udara segar karena suntuk seharian menghabiskan waktu di kamar inap. “Jadwal pemeriksaan dokter akan segera dimulai, tolong para pasien kembali ke kamar masing-masing. SEKARANG JUGA!” Suara itu bagai penyelamat Edward yang akhirnya dapat bernapas lega setelah satu persatu pasien pergi meninggalkannya sendirian. “Termasuk Anda, Tuan.” Suara itu sama sekali tidak terdengar ramah. Edward masih bergeming memerhatikan penyelamat kecilnya yang ternyata seorang suster muda dengan seragam yang terlihat agak berbeda dari suster lain. Mahasiswa magang? Sebelah alis Edward terangkat memikirkan tebakan itu. “Pantas saja para pasien di sini sangat menyukai Anda.” Suster muda itu menggeleng-gelengkan kepala setelah mengetahui sumber masalah yang sebenarnya adalah wajah tampan Edward. “Serraphina Rinka Edelweis,” Edward membaca nametag yang terpasang di dadda kiri seragam Rinka. Rinka menunduk mengikuti arah pandang Edward kemudian kembali menatapnya sembari mengoreksi, “Suster Serra! Semua orang memanggilku begitu.” Seulas senyuman terbentuk di bibir Edward, secara tiba-tiba dan Rinka tidak mengantisipasi efeknya akan sebesar itu. Senyuman Edward sungguh memesona hingga menggetarkan hati Rinka yang nyaris jatuh seakan senyumannya mampu mengguncangkan tanah di sekitar. Astaga, berlebihan sekali dirinya. Tapi Rinka tidak bohong, ia belum pernah bertemu pria dengan senyum mematikan yang biasanya hanya bisa ia jumpai di novell romantis favoritnya. “Terima kasih sudah membantuku suster Rinka.” Rinka tertegun karena pria itu memanggilnya menggunakan nama tengah, jarang sekali ada yang memanggilnya Rinka kecuali ibunya yang sudah beberapa tahun lalu meninggal karena sakit. Panggilan itu sontak memicu ingatan Rinka pada Hellen muncul, menggerogoti hatinya yang perlahan diserang kerinduan mendalam. “Sama-sama, kalau begitu saya permisi dulu.” Rinka mengatakannya dengan murung, namun ia tidak ingin wajah sedihnya diketahui Edward sehingga ia bergegas pergi dari sana meninggalkan Edward yang kebingungan melihat ekspresinya berubah drastis “Apa dia tidak suka aku memanggilnya Rinka?” ◄••❀••► Rinka baru selesai melakukan tugas rutinnya setiap pagi mengambil sampel darah pasien penderita diabetes untuk mengecek kadar gula dan melaporkannya ke dokter sebelum mengakhiri shift malamnya yang begitu panjang dan melelahkan. “Hoam…” Rinka menguap seraya merapikan meja kerjanya yang berantakan dipenuhi kertas laporan data pasien beserta beberapa catatan medis yang ia perlukan sebagai bahan proposal kuliahnya. “Selamat pagi Serra!” Alina, suster senior yang sudah 5 tahun bekerja di Johns Hopkins Hospital terlihat baru datang memasuki ruang perawat untuk menggantikan shift malam. “Pagi kak,” Rinka balas menyapa sembari menguap sekali lagi. Kebiasaan yang wajar ditemui para suster di pagi hari karena mereka semua sudah merasakan bagaimana lelah dan mengantuknya begadang semalaman menjaga pasien. “Lagi-lagi kamu sendirian, suster yang lainnya pasti sudah pulang dan membebankan pergantian shift padamu ya?” tebak Alina seraya melirik tumpukan kertas laporan di meja Rinka. Rinka tersenyum nyengir, tidak heran para senior bertingkah semena-mena. Sifat kesenioritasan sudah melekat sejak dulu dan seolah turun-temurun ada di setiap tempat kerja. Bukan ke anak magang saja, tapi pegawai baru pun biasanya merasakan penindasan di awal karirnya. Hanya saja kedudukan anak magang masih menjadi rantai makanan paling bawah yang harus siap menjadi santapan keisengan para senior kapan saja. “Pasien di kamar nomor 103 mengeluh diare setelah mengkonsumsi obatnya, tolong nanti informasikan ke dokter untuk mengganti obatnya ya kak dan konfirmasi ke farmasi kesediaan obat pengganti yang diresepkan dokter.” Rinka menjelaskan sebelum oper shiftnya berakhir. “Oke.” Alina menjawab santai seraya mengecek daftar laporan pergantian shift yang sudah Rinka tulis secara terperinci. “Serra! Kamu dipanggil Mrs. Ella di ruang administrasi.” Toby teman satu shift Alina datang sambil berteriak pada Rinka, di sebelahnya berdiri Yovita atau suster senior yang terkenal galaknya minta ampun. “Kenapa Mrs. Ella memanggilku?” Rinka bertanya heran, pasalnya tidak ada berkas pasien yang harus dilaporkan ke admin hari ini. Tidak ada masalah mengenai administrasi yang melibatkan pasien yang Rinka tangani juga. “Tidak usah banyak berpikir, cepat pergi sana! Lagi pula jam bekerjamu juga sudah habis, kamu mau ikut lembur bersama kita?” Ucapan ketus Yovita membuyarkan lamunan Rinka. Alina menepuk pundaknya lembut, “Kamu menghadap dulu lalu langsung pulang saja.” Berbeda dengan Yovita dan rekan yang lainnya, Alina satu-satunya suster senior yang baik pada Rinka. “Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu ya kak. Semangat bekerjanya!” Rinka menyemangati Alina. “Hanya Alina yang disemangati? Kamu pilih kasih sekali,” gerutu Yovita yang sudah duduk menghadap komputer mengecek daftar tugas untuk shift pagi. “Kalian semua, semangat kakak!” Rinka mengulang dan memberi dukungan untuk ketiga suster senior yang sudah datang di ruangan. “Terima kasih untuk semangatnya adik kecil. Hati-hati kalau berhadapan dengan Mrs. Ella. Kau tahu rumornya kan?” Toby menepuk kepala Rinka sambil mendekatkan wajah menakutinya. Rinka sontak cemas, ia paham maksud rumor yang dibicarakan Toby. Ada yang bilang semua pegawai yang berurusan dengan Mrs. Ella berarti ia sedang ada masalah. Selain bekerja mengurus administrasi, Mrs. Ella juga ditunjuk direktur rumah sakit sebagai ketua kedisiplinan pegawai Nakes. Jadi ada dua alasan dipanggil ke ruangannya yaitu membahas berkas pasien atau dimarahi perihal kedisiplinan saat bekerja. “Palingan kamu dipanggil karena kemarin sok jadi pahlawan menyuruh pasien kembali ke kamar. Kamu kira dirimu itu Bos, apa? Seenaknya memerintah pasien.” Sindiran Yovita mengingatkan Rinka mengenai kejadian di taman kemarin pagi. Yovita kebetulan melihatnya saat baru pulang dari shift malam. “Wah-wah… memangnya apa yang terjadi kemarin?” Toby tampak tertarik dan bertanya pada Yovita yang memutar kursinya berpaling dari komputer. “Aku juga tidak tahu pasien-pasien itu sedang mengerubungi apa, tapi aku lihat Serra datang berteriak memarahi mereka sampai akhirnya bubar,” jawab Yovita, tiba-tiba ikut penasaran penyebab keramaian di taman kemarin. “Mereka sedang mengerubungi apa?” Yovita memindahkan tatapan ke Rinka untuk bertanya. Sebelum Rinka sempat menjawab, debum suara pintu yang terbuka oleh Tania mengejutkan keempat orang di dalamnya. “Serra! Kamu sudah tahu dipanggil Mrs.Ella? Cepat datang, wajahnya sudah seperti singa betina yang kelaparan.” Tania adalah salah satu teman magang Rinka namun berbeda universitas dengannya. “Aku harus buru-buru pergi, sampai jumpa semuanya!” Rinka setengah membungkuk ke ketiga seniornya kemudian berlari keluar ruangan dan tak lupa mengambil tasnya terlebih dahulu ke ruang penyimpanan sebelum menemui Mrs.Ella di ruangannya. BERSAMBUNG...

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Oh, My Boss

read
386.8K
bc

Beautiful Pain

read
13.6K
bc

Revenge

read
35.3K
bc

DIHAMILI PAKSA Duda Mafia Anak 1

read
40.5K
bc

MY LITTLE BRIDE (Rahasia Istri Pengganti)

read
19.2K
bc

Penghangat Ranjang Tuan CEO

read
33.5K
bc

Hati Yang Tersakiti

read
6.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook