IL. 5

1352 Words
Yudha pun segera melangkah ke arah pintu kamarnya itu lalu mencari subuah aturan yang di ucapan oleh Agas kepadanya, alangkah terkejutnya Yudha saat membaca tulisan aturan-aturan yang harus ia turuti dan patuhi jika masih ingin tetap tinggal di kosan itu. "Anda kena tipu?" Ucap Yudha cepat dengan wajah bingungnya tak mengerti itu. Sontak saja Agas langsung tertawa geli yang mana membuat pandangannya Yudha segera berpaling ke arahnya. "Apa maksudnya, Agas? Peraturannya aneh." Ucap Yudha cepat dengan wajah seriusnya itu menatap lekat ke arah Agas yang semakin tertawa dengan keras. "Tentu saja aneh, Yudha.. karna itu bukan peraturan! Itu adalah prank dari ku." Ucap Agas cepat dengan wajah tersenyum usilnya itu. Yudha yang sudah tau pun akhirnya menggelengkan kepalanya dengan cepat dan berkata "Jadi itu cuma prank saja? Aku kira itu benar-benar peraturan di kosan ini." Ucap Yudha cepat dengan wajah seriusnya itu menatap lekat ke arah Agas. Dengan cepat Agas menggelengkan kepalanya lalu ia berkata "Bukan, di kosan ini tidak ada peraturan yang tertulis Yudha.. karna hidup kita selama ini sudah banyak di atur dan aku tak mau memberi patokan peraturan juga di kosan ini, jadi jalani hidup kita masing-masing dengan baik asalkan tetap menjaga kerukunan tetangga kosan dan tidak boleh membawa wanita atau hewan peliharaan ke kosan pria ini." Ucap Agas cepat dengan wajah seriusnya itu menatap lekat ke arah Yudha. "Begitu ya? Kalau begitu, itu sangat mudah untuk aku lakukan." Ucap Yudha cepat dengan wajah tersenyum kecilnya itu. Agas menganggukan kepalanya dengan cepat dan berkata "Memang mudah! Sebab, tetangga mu cuma aku dan salah seorang pria yang menempati kamar di sudut paling belakang dari kamar mu ini.. dia orang yang misterius! Aku saja hampir tak pernah berbicara dengannya kecuali di tanggal 2 saat dia membayar uang kosan pada ku." Ucap Agas cepat dengan wajah seriusnya itu menatap lekat ke arah Yudha. "Seperti apa orangnya tetangga kosan yang kau katakan tadi, Agas? Apakah menyeramkan?" Tanya Yudha cepat dengan wajah seriusnya itu kini ia merasa takut jika suatu waktu mungkin akan bertemu dengan tetangga kosannya itu. "Hm, bagaimana ya? Kulitnya putih, matanya sipit, terus rambutnya itu di cat warna merah tapi ngga merah.. duh, bingung deh gimana jelasinnya." Ucap Agas cepat dengan wajah seriusnya itu. Tok.. tok.. tok.. tak berapa lama terdengar suara ketukan pintu kamar di kuar yang mana membuat Yudha dan Agas sontak terkejut. "Siapa?" Ucap Agas cepat dengan sedikit berteriak. Hening! Tak ada sahutan dari luar namun suara ketukan pintu kembali Yudha dan Agas dengar membuat mereka berdua langsung berpikiran negatif dan merasa merinding seketika. "Agas, menurut mu siapa yang mengetuk pintu itu?" Ucap Yudha cepat dengan wajah pucat kasihnya itu merasa sedikit takut. "Entahlah, yang pastinya bukan kucing! Karna disini tidak ada yang memelihara kucing, apa itu Ferry ya?" Ucap Agas cepat dengan wajah seriusnya itu menatap lekat ke arah Yudha. "Siapa, Ferry?" Tanya Yudha cepat dengan wajah bingungnya itu. "Itu tetangga kosan kita yang baru saja aku ceritakan kepada mu." Ucap Agas cepat dengan wajah seriusnya itu menatap lekat ke arah Yudha. "Jadi namanya adalah, Ferry?" Ucap Yudha cepat setelah mengetahui bahwa Ferry adalah nama dari tetangga kosannya itu. "Eh, tapi kok suara ketukannya sudah tak terdengar lagi ya? Apa dia sudah pergi?" Ucap Agas cepat dengan wajah seriusnya itu segera bangkit dari tidurnya di kasur. "Akan aku lihat," Ucap Yudha cepat segera membuka pintu kamarnya itu. Doeng! tak ada satu pun orang yang berada di depan kamar Yudha namun di bawah lantai terlihat keresek berwarna putih yang berisi makanan. "Eh, kenapa ada makanan di sini?" Tanya Yudha cepat dengan wajah bingungnya itu menatap lekat ke arah kresek berwarna putih itu. "Apa? Makanan? Dari siapa?" Ucap Agas cepat dengan wajah terkejutnya itu. "Biar ku lihat," Agas pun segera mengambil alih keresek putih itu dengan cepat yang mana Agas memeriksanya dan benar saja ternyata ada nasi goreng hangat dua porsi yang berada di dalam kresek berwarna putih itu. "Hm, ini si nasi goreng Pak Makmur di perempatan depan sana.. aku paham betul aromanya yang nikmat ini." Ucap Agas cepat dengan wajah tersenyum lebarnya itu langsung merasa lapar saat baru mencium aroma nasi goreng Pak Makmur itu. "Eh, apa ini di belikan oleh Ferry ya? Siapa lagi kalau bukan dia." Ucap Agas kembali dengan wajah bingungnya itu. "Kalau begitu aku mau ucapin terimaksih padanya." Ucap Yudha cepat dengan wajah seriusnya itu segera membersihkan pakaiannya ingin melangkah ke luar dari dalam kamarnya namun ucapan Agas menghentikan langkah kaki Yudha. "Sepertinya dia sekarang ada jam kuliah deh, karna itu Ferry sempat membelikan kita nasi goreng ini.. nanti malam saja mengucapkan terimaksihnya sekaligus perkenalan." Ucap Agas cepat dengan wajah seriusnya itu menatap lekat ke arah Yudha. "Ohh begitu ya? Kalau begitu nanti malam saja deh." Ucap Yudha cepat menanggapi ucapan Agas itu ia pun segera menutup pintu kamarnya kembali. "Makan yuk, rasanya perut sudah lapar karna mencium aroma nasi goreng Pak Makmur ini." Ucap Agas cepat dengan wajah tersenyum lebarnya itu menatap lapar nasi goreng yang kini sudah ia taruh di atas meja kecil yang berada di dalam kamar Yudha. "Sip, rejeki yang datang memang tak boleh di biarkan saja." Ucap Yudha cepat dengan wajah tersenyum lebarnya itu. Tak terasa waktu berjalan sudah begitu lama, kini Yudha tengah menata-nata barang-barangnya keluar dari dalam tas dan menaruhnya di lemari pakainya serta meja kerja yang sudah tersedia di kamar itu. Yudha menatap dengan pandangan penuh kasih sayang saat melihat sebuah foto dirinya, Ayah serta sang Ibu di selembaran foto keluarga yang di ambil pada waktu di hari raya itu. Sedikit terasa sesak, saat mengingat bahwa dirinya kini sudah berada amat jauh dari rumahnya yang dulu menjadi tempatnya tubuh dan berlindung. "Beginikah rasanya menjadi seorang perantauan? Jauh dari keluarga dan sanak saudara demi kehidupan yang akan datang, benar-benar sunyi dan hampa." Gumam Yudha lirih dengan wajah sendunya itu menatap lekat ke arah sebuah foto dirinya yang sedang tersenyum lebar di samping sang Ayah dan juga Ibunya. Kryuk.. terdengar suara perut dari Yudha yang kini memang merasa lapar, Yudha segera berjalan ke arah pintu kamarnya dan turun ke lantai pertama lalu berjalan ke arah dapur. Saat Yudha membuka kulkas, tak ada satu pun makanan yang bisa ia makan melainkan isi kulkas hanya terisi dengan botol air minum saja alhasil Yudha pun hanya bisa meneguk air minum untuk malam ini. "Kau lapar?" Terdengar suara seseorang yang mengajak berbicara Yudha. "Eh," Yudha pun segera menatap ke arahnya, ia terkejut saat melihat sosok pria berkulit putih serta bermata sipit tengah mengajaknya bicara siapa lagi jika bukan Ferry tetangga kosannya itu. "Hehehe, iya.. bingung mau cari makanan keluar tapi sudah malam begini, aku juga tidak enak membangunkan Agas untuk menemani ku mencari makan di daerah sini." Ucap Yudha cepat dengan wajah tersenyum kecilnya itu merasa kikuk baru pertama kali berbicara dengan tetangga kosannya itu. "Apa kau mau roti?" Tanya Ferry cepat dengan wajah seriusnya itu menatap lekat ke arah Yudha. "Roti? Roti, apa dulu nih?" Tanya Yudha cepat dengan wajah bingungnya itu. "Ini, aku baru saja membelinya di indomaret di depan sana." Ucap Ferry cepat segera menyerahkan satu roti isi rasa nanas pada Yudha. "Terimakasih, dan aku juga mau ucapin terimakasih buat nasi goreng yang tadi siang.. maaf, aku tidak langsung membuka pintu kamarnya." Ucap Yudha cepat sedikit merasa tak enak akan Ferry yang amat baik pada dirinya itu. "Tidak apa, aku juga terburu-buru tadi siang mau pergi ke kampus." Ucap Ferry cepat dengan wajah tersenyum kecilnya itu. "Ohh, ku rasa kita akan satu kampus nanti.. tapi aku ambil jalur ekonomi." Ucap Yudha cepat dengan wajah tersenyum lebarnya itu. "Iya, aku juga sempat mendengarnya dari Agas kalau yang menjadi tetangga kosan ku adalah orang yang baru dapet beasiswa.. kau pasti pintar sekali." Ucap Ferry cepat dengan wajah tersenyum kecilnya itu. "Tidak, juga.. hanya hoki saja." Sangkal Yudha cepat dengan wajah tersipu malunya sendiri. "Oh ya, nama ku Yudha.. kau bisa memanggil ku dengan nama itu." Ucap Yudha cepat segera mengulurkan satu tangannya ke arah Ferry. "Nama ku, Ferry.. kau bisa memanggil ku Ferry." Ucap Ferry cepat segera bersalaman dengan Yudha. "Senang bisa memiliki tetangga kosan seperti dirimu Ferry, ayo kita berteman." Ucap Yudha cepat dengan wajah tersenyum lebarnya itu. "Baiklah," Ucap Ferry cepat segera menganggguki ajakan berteman dari Yudha itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD