Chapter 49

901 Words
Dasar si muka dua! *** "Namanya Kahayang. Dia memiliki toko bunga. Dan sepertinya dia punya kekasih. Tapi saya tidak tahu siapa." "Hanya toko bunga?" tanya Anes keheranan. "Iya. Dia punya restoran. Tapi itu aadalah restoran keluarga, tepatnya restoran orang tuanya." "Dia cantik?" Pertanyaan kompetitif yang terdengar menyedihkan keluar dari bibir merah Anes. Dirinya adalah seorang selebritis. Kecantikannya banyak yang mengagumi. Tapi kini, ia seketika merasa minder akan sosok Kahayang yang deskripnya begitu sederhana. Hanya seorang gadis dari kalangan biasa. "Hmmm...." Deon tak langsung menjawab. Bukan karena sedang menjaga perasaan Anes, tapi dia memang sedang membandingkan. "Cantik." Perasaan Anes menjadi ricuh. Cara Deon bicara yang melambatkan jawaban, justru menimbulkan prasangkan lain bagi Anes, ditambah jawaban singkat yang terdengar jujur. "Jadi, dia cantik?" "Ya," jawab santai Deon yang mulai beringsut dari tempat tidur. Ia mulai curiga akan ada momen drama lagi. "Jadi, kamu mendekati dia karena cantik atau karena sayembara gila itu?" Deon menghela napas. Dia yang sudah duduk di tepi tempat tidur, berbalik, menatap Anes dalam. "Yang saya kejar cuma dunia." *** Kini Anes yang menghela napas yang terasa berat. Di dalam mobil merahnya, ia mengawasi toko bunga yang masih tutup. Sudah dari pukul setengah tujuh pagi dia ada di depan toko bunga "Kahayang".  Kekomyolan yang hakiki karena adalah suatu kesia-siaan jika tujuannya adalah sebuah misi yang sudah direncanakan bersama Deon. Toko bunga itu masih terlalu pagi untuk buka dan dirinya sudah di sini. Semalaman Anes tidak bisa tidur juga tidak bisa makan. Bertanya-tanya bagaimana sebenarnya Kahayang? Bagaiman gadis itu bisa menjadi pilihan sang pemilik Bimantara Grup? Seistimewa apa gadis itu? Seberuntung apa gadis itu? Dan masih menumpuk pertanyaan-pertanyaan baru tanpa jawaban. Itu mengesalkan. Dari pada pusing, Anes memutuskan ke toko bunga "Kahayang". Dia sendiri belum punya rencana akan bagaimana mendekatkan Deon dengan gadis yang memiliki nama yang sama dengan nama tokonya.  Bahkan dia sendiri tidak memikirkan itu. Pada intinya, Anes sedang tidak mampu berpikir. Ia kalut. Anes hanya punya satu hari untuk memutuskan mau membantu Deon atau tidak. Waktu yang terlalu singkat. Bagi Deon, dia harus buru-buru karena ini adalah sayembara dan dia bisa mencari orang lain sekaligus mendepak Anes. Bagi Anes, dia sebenarnya butuh waktu lama untuk memutuskan. Tentu akan sangat sulit baginya mengesampingkan perasaan dan memenangkan pertarungan. "Kita lihat saja bagaimana?" gumam Anes pasrah. Tubuh Anes tersentak saat melihat ada seseorang yang membuka toko bunga "Kahayang" dari dalam. d**a Anes berdebar-debar. Menanti-nanti siapa yang membuka toko. Anes merapatkan tubuhnya ke kaca jendela, menempelkan wajahnya, menyipitkan mata. Seorang wanita berambut panjang yang diikat ekor kuda ke bawah, muncul dari dalam. Ia terlihat ramah karena menyapa seorang wanita muda lainnya yang kebetulan lewat. Ia juga terlihat menghampiri wanita berumur keturunan Cina yang melambaikan tangan. Keduanya berbincang dan tertawa. Wanita itu manis. Apalagi jika ia tertawa. Tubuhnya tinggi, ramping, dengan pakaian terusan bermotif bunga kecil-kecil. Ya, wnaita itu manis. Hanya manis saja kelebihannya di mata Anes. Anes menyandarkan tubuhnya dengan tetap menatap si wanita sampai masuk lagi ke dalam toko bunga. Pintunya dibuka, seperti memang sengaja, dan tak lama wanita itu keluar dengan membawa dua pot kecil. Beberapa si wanita keluar sembari menata dan membawa semprotan yang Anes duga itu untuk menyiram daun-daun atau bunga-bunga kecil. Melihat sosok wanita itu, Anes jadi keheranan sendiri. Apa standar Edwin Bimantara menjadikan seseorang sebagai piala? Wanita itu hanya manis dengan tubuh langsing. Tapi, tidak ada yang istimewa. Senyum samar tersungging. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Rasanya tak masalah bermain dengan wanita itu. Meski nanti ia dinikahi dan punya anak, tetapi wanita itu hanya akan menjadi boneka jika sudah dinikahi Deon. Dia hanya tinggal menunggu waktu saja seperti janji Deon. Bahwa setelah anak lahir, warisan sudah disahkan menjadi milik Deon, maka semua akan berakhir dan pemenangnya adalah Anes. Setelah menarik napas dalam-dalam, Anes keluar dan turun dari mobilnya. Ia perlu menyeberang untuk sampai ke toko bunga. Ia tak melihat lagi si wanita, mungkin sedang mengurus yang di dalam. "Permisi," sapa Anes dengan senyum manis yang menjadi andalannya. Si wanita seperti dugaan Anes, sudah beres dengan aneka tanaman di depan, dan sekarang berdiri di belakang kasir sembari membaca rekapannya. Dan seperti yang biasa Anes terima, si wanita akan melongo, bengong, terdiam untuk beberapa saat. Anes tersenyum makin manis dan mendekat ke meja kasir. Dilepasnya kaca mata hitamnya dan sengaja mengerling agar lebih cair suasana. "Hai. Saya A ..." "Anes!" seru si wanita antusias. Anes tersenyum lebar. Dia terkenal juga bagi si wanita sederhana itu. "Ya. Saya Anes." "Wah...." Si wanita keluar dari meja kasirnya dan menghampiri Anes dengan antusias. "Saya gak menduga ada artis datang. Ya, ampun. Kita sering menerima permintaan bunga dari selebritis, tapi baru Mbak Anes saja yang datang ke sini. Duh, ini kejutan." Norak, batin Anes dengan wajah tetap tersenyum. "Oh, ya? Saya kebetulan lewat dan lihat kamu lagi menata tanaman di depan. Saya pikir saya perlu bunga." "Tentu, tentu. Mau bunga apa, Mbak. Kami ada. Kalau pun tidak ada, kami bisa carikan." "Terima kasih." "Mmm.... Mbak Anes, boleh saya foto, ya." Benar-benar norak dan udik, celoteh Anes dalam hati. "Silahkan. Mau samaan?" "Boleh?" Anes mengangguk dan tersenyum. Bergegas si wanita berdiri di sisi Anes dan mengambil foto. Wanita itu terlihat sangat senang menatap layar ponselnya sedangkan Anes diam-diam mencibir. Anes tidak sadar kalau ada sepasang mata yang diam-diam memerhatikan. Dia sudah menahan kesalnya. Dia paling benci dengan seorang bermuka dua. "Kalau bukan pelanggan, udah saya usir aja," geramnya sembari mata tak lepas dari sosok Anes. "Awas aja kalau sampai ketiga kalinya mencibir." ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD