Kue Dari Dua Gadis

1048 Words
Rose terbangun karena suara berisik di lantai bawah rumahnya. Dia yang penasaran akhirnya keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah untuk mencari tau sumber suara tersebut. Namun, betapa terkejutnya dia ketika mendapati cucu kesayangannya ada sumber keributan itu terjadi dan apa yang dia lihat sekarang membuat matanya berkedip tak percaya. "Na- Nanna, Sayang? A- apa yang kau lakukan di dapur?" Tanya Rose masih dalam keadaan shock. Nanna yang sadar akhirnya menoleh dan memberi senyum terbaiknya pada sang Nenek, "Hai Nek, selamat pagi! Maaf ya, dapur Nenek Nanna pinjam dulu untuk buat kue. Hehehe nanti Nanna beresin kok," katanya dengan cengiran lebar. Rose berusaha tenang menghadapi sang cucu. Biarkanlah dapurnya seperti di kena bencana hari ini, besok-besok dia akan merantai pintu dapur kesayangannya agar Nanna tak merusaknya untuk kedua kalinya. "Memangnya kamu buat kue untuk siapa, Sayang? Tumben-tumbenan juga kamu buat," Rose mendekati Nanna yang berada di pantry dapur sedang menghiasi kue buatannya dengan topping keju, "Lagian, ulang tahun Nenek kan masih 4 bulan lagi." "Eitsss, ini bukan buat Nenek, tapi buat tetangga sebelah hehe ... Ah, Kan Nenek sendiri yang bilang harus cari-cari perhatian." Rose bungkam, tak lama mengulum senyum manis, "Aduh Nenek lupa. Ya udah sekarang kamu pergi siap-siap. Dandan yang cantik terus anterin kuenya ke rumah Derin." "Oh, oke Nek! Nanna ke atas ya ..." Gadis itu dengan cepat bergegas keluar dari dapur dan masuk ke dalam kamar untuk bersiap-siap. Sementara Rose mengedarkan pandangannya ke sekeliling dapurnya dengan sedih,"Oh, tidak untuk ketiga kalinya. Aku harus selamatkan dapurku dari cucuku itu!" 'Tok Tok Tok' Nanna mengetuk pintu rumah itu, "Assalamualaikum, calon istri datang!" dengan nada ceria berucap demikian. Beberapa kali Nanna mengulangi panggilannya, tapi Derin tak kunjung membuka pintu. Wajah Nanna di tekuk dan mulai sedikit kesal. Alhasil bukan lagi mengetuk pintu melainkan menggedor-gedornya. "Derin, buka pintunya! Deriinn!" Ketika gedoran itu bertambah kencang barulah sosok lelaki itu membukanya. Nampak wajahnya memerah menatap Nanna saat ini. "Lo lagi ngapain, sih?!" Tanya Derin. Nadanya tersemat kekesalan yang naik seketika,"Pintu gue rusak lo mau tanggung jawab, hah?" "Salah siapa? Lagian kenapa kamu gak bukain pintu?" Nanna balik marah pada lelaki itu, "Aku kemari mau kasih kue ini buat kamu, nih." Nanna mengulurkan kotak kue kepada Derin dengan senyuman manisnya yang kembali terbit. "Gak usah, mending Lo pulang terus makan sendiri kuenya. Gue hampir telat ke kampus." Ketika pintu akan di tutup, secepatnya Kana menahannya dengan kakinya hingga tiba-tiba menjerit kesakitan. Derin membuka pintu lagi dengan raut wajah yang berbeda. "Lo gak kenapa-napa? Hais, kenapa juga kaki Lo janggal pintu gue, sih!" Derin memapah Nanna masuk ke dalam rumahnya. Lalu mendudukkan gadis itu ke sofa. Dia melihat kaki gadis itu memerah karena memang Nanna hanya memakai sendal jepit hingga kakinya yang langsung menjadi sasaran empuk pintunya. "Kamu jahat tau gak! Aku buat kue ini dua jam lebih, tapi kamu menolaknya begitu saja. Setidaknya hargailah dengan mengambilnya." Nanna melupakan soal kakinya yang sakit. Dia mengulurkan kembali kotak kue di tangannya pada Derin, "Kalau kamu terima kue ini, kaki aku pasti langsung sembuh total!" "Seriusan?" Nanna mengangguk semangat. Dengan ragu-ragu Derin mengambilnya. "Yeah, terima kasih! Kalau gitu selamat mencoba kuenya, aku pulang dulu, janji deh besok datang lagi. Bye!" Nanna meloncat dan bersorak-sorai berlari kecil keluar dari rumah lelaki itu. Derin mengedipkan mata merasa shock dengan apa yang barus aja dia lihat, "Astaga ... Ada ya cewek kayak gitu? Aduh sampai lupa, gue harus buru-buru ke kampus nih!" Derin mengesampingkan rasa terkejutnya dan buru-buru naik ke lantai atas untuk mengambil kunci mobil dan jacketnya. Siang itu Derin tiba di kampus. Suasana yang cukup sunyi karena memang bulan ini telah masuk musim libur bagi semua mahasiswa/i. Namun, karena Derin adalah ketua BEM di universitasnya makanya dia jarang mendapat jatah libur dan terus bekerja bersama anggota BEM lainnya. "Selama siang semuanya!" Sapa Derin saat memasuki sebuah ruangan. "Siang, Pak Derin!" Sapa balik semua anggota BEM termasuk Cakra sahabat sekaligus wakil ketua BEM. semua serempak memanggil Derin dengan embel-embel 'Pak' untuk menggodanya. "Oh, kalian mulai lagi? Gue rasa kalian semua pengen di berhentikan massal dari jabatan, hm?" Derin duduk di kursi utama dengan sebelah alir terangkat. Semua terkekeh tak terkecuali Derin. "Hahaha, bercanda kali, Der. Tumben lo lambat?" Tanya Cakra. "Tadi ada sedikit urusan. Udahlah gak penting juga. Gimana kalau kita mulai saja rapatnya?" Derin tak ingin memperpanjang urusan, dia tau sifat manusia yang sangat kepo masalah orang. "Oh, oke deh. Ayo mulai!" Sahut Fani, bendahara Umum BEM bersuara merdu (merusak dunia). suara keras yang mampu membuat telinga sakit mendengarkannya. Dan rapat itu di mulai. Mereka mulai membahas tentang pembukaan pendaftaran mahasiswa baru yang sebentar lagi akan di buka. Mereka harus mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik agar semua berjalan lancar. Termasuk menyusun kegiatan untuk mahasiswa baru nanti. Hampir satu jam rapat itu di laksanakan, akhinya selesai tepat saat jam sholat Zhuhur. Sebagai pemimpin, Derin menutup rapat dan membubarkan anggota lain. Kini hanya tinggal dia, Cakra, dan Lexa sekretaris umum BEM yang belum beranjak juga dari ruangan. "Ada apa, Lexa?" Tanya Derin ketika gadis itu sejak tadi menatapnya. "Hm, enggak kok. Aku cuman mau kasih ini ke kamu. Aku buat sendiri kue ini, semoga kamu suka, ya." Lexa memberikan sebuah tempat berisi kue di depan Derin. "Kok repot-repot sih, tapi makasih ya Lexa... " Derin menerimanya dengan senyum kecil. "Sama-sama. Kalau gitu aku ... Pamit pulang. Duluan ya Der, Cakra ...." Lexa melambai pada dua lelaki itu. Langkahnya membawa gadis itu menghilang di balik pintu ruangan. Kini hanya tinggal Derin dan Cakra. "Lo beruntung banget, Der. Gue yakin kalau Lexa itu suka sama Lo," celetuk Cakra berdecak kagum. "Emang Lo suka sama Lexa?" Tanya Derin dengan tatapan curiga. "Yaiyalah! Siapa juga yang gak suka sama cewek cantik dan baik kayak Lexa! Emangnya Lo gak suka?" Tanya Cakra balik. Tanpa berpikir panjang Derin menjawab dengan dua bahunya yang terangkat ke atas. Derin sampai di rumahnya kembali. Sebelum masuk ke dalam rumah, dia merenggangkan otot-ototnya yang kaku. Namun, pandangannya mengangkat penampakan gadis menyebalkan yang sedang melihat dirinya dari balik jendela rumah. Dia juga melihat Nanna sedang melambai padanya. Derin merinding sendiri dan bergegas masuk ke rumah. Di dalam, saat Derin hendak naik ke lantai atas. Dia tak sengaja melihat kotak kue di meja tamunya, itu dari Nanna. Lalu tatapan Derin berpindah pada kotak kue di tangannya, pemberian dari Lexa. "Kenapa sih semua cewek aneh banget?" Pikirnya kebingungan. -Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD