"Aku memiliki tugas untukmu," kata William. Ia mendekati di mana adiknya berada.
"Berikan saja kepada sekretarisku," jawab Leonel cepat. Ia tidak memerlukan waktu lama jika hanya untuk mengajukan penolakan.
"Kau bahkan belum bertanya tugas apa yang akan aku berikan kepadamu."
"Arhg...! Aku enggan, pekerjaan itu pasti melelahkan. Aku tahu siapa dirimu," ucap Leonel sambil mengempaskan tubuhnya sendiri ke atas ranjang dengan posisi tertelungkup.
"Kau ini pemalas sekali." William memukul pelan adiknya menggunakan bantal.
Leonel membalikkan badannya, ia kembali menguap dan berucap, "Santai itu perlu, tapi malas itu wajib."
Semua orang di rumah itu tahu prinsip hidup Leonel, ia tidak akan sudi berpikir terlalu banyak, ia tidak akan mau melakukan sesuatu yang dianggapnya terlalu menguras tenaga dan pikirannya. Setiap hal yang di lakukannya di hitung dengan cermat agar tidak merugikan dirinya, tidak mengganggu waktunya bermain game dan tidak mengurangi jatah tidurnya. Hidupnya hanya untuk bermain game, makan dan tidur, selebihnya Leonel akan bekerja jika menurutnya perusahaan benar-benar memerlukannya saja. Jika di anggapnya orang lain mampu menyelesaikan ia hanya cukup mengawasi jalannya ke Glamour Entertainment yang merupakan sebuah agensi yang menaungi para artis dan model kelas atas di Eropa dan Amerika.
William membuka ponselnya menunjukkan foto Alicia kepada Leonel. "Dapatkan gadis ini, bawa dia ke Glamour Entertainment secepatnya," ucapnya.
Dengan gerakan malas Leonel meraih ponsel kakaknya dan sambil menguap ia mengamati foto-foto Alicia yang hanya tampak tubuhnya dan sedikit bagian wajahnya. "Apa istimewanya dia?"
"Aku ingin bersenang-senang dengan tubuhnya," jawab William dengan nada acuh.
"Apa kau tahu nama agensinya?"
"Le Model."
"Cih, Hanya seorang model kelas biasa dari agensi tidak ternama. Dia tidak pantas masuk ke dalam Glamour Entertainment," ucapnya sambil membuang ponsel kakaknya ke sisi tubuhnya.
William mengambil ponselnya dan mengunci layarnya, kemudian ia memasukkan benda pipih itu ke dalam saku celananya. "Aku menginginkannya, kau tidak perlu membuat ia menjadi bintang. Kau hanya perlu menjadikan ia model biasa, beri ia pekerjaan sedikit sambil menunggu waktu yang tepat."
"Kalau begitu kejar saja dia, kau seperti pria yang belum dewasa saja hingga kau memerlukan bantuan agen cinta. Ya Tuhan, berapa usiamu?" Leonel mengejek kakaknya. Menurut logika Leonel jika ia merekrut model itu apalagi gadis itu berada di Rusia, itu memakan waktu dan biaya lalu ia membawa ke Glamour Entertainment tetapi tidak memperkerjakan dengan benar maka sama saja ia akan menderita kerugian karena modelnya tidak menghasilkan apa pun.
"Jangan terlalu banyak bicara atau Glamour Entertainment yang tak seberapa besar itu aku bangkrutkan." William mulai mengancam adiknya.
"Kau mengancamku?" Leonel mengganti posisinya menjadi duduk bersila di atas ranjang.
"Aku bisa melakukannya jika kau tidak menuruti apa keinginanku." William menaikkan sebelah alisnya, bibirnya mengulas senyum licik yang khas. "Aku ingin bermain-main sedikit dengannya, wanita yang terlalu sombong harus di berikan pelajaran," katanya. Ada kilatan kemarahan di mata William.
"Baiklah. Akan aku jamin dalam satu bulan gadis itu ada di Glamour Entertainment tetapi semua itu ada harganya tidak ada yang gratis di dunia ini, bro," ucap Leonel dengan seringai yang tak kalah licik di wajah tampannya.
"Beraninya kau? Kau mulai perhitungan ya terhadap saudaramu?" William menaikkan sebelah alisnya.
"Tidak masalah jika kau keberatan, kau harus tahu bisnis adalah bisnis tetapi sayangnya dalam bisnis tidak mengenal keluarga. Bukankah barusan kau juga mengancamku akan membangkrutkan Bisnisku?" Leonel tidak akan begitu saja di menyerah kepada kakaknya yang terkenal licik dalam berbisnis itu.
"Aku akan membayarku jika sukses dengan sebuah Mclaren720S," ucap William langsung memberikan penawaran yang sangat menggiurkan kepada Leonel. Mobil itu adalah salah satu the best super car in the world.
Leonel melompat turun dari ranjang karena mendapatkan penawaran bisnis besar. Ia berdiri di depan William yang tengah berdiri di depan jendela lalu menjentikkan ibu jari dan jari tengahnya tepat di depan wajah kakaknya. "Baiklah aku pastikan dalam waktu satu bulan ia telah berada di Glamour Entertainment," ucapnya penuh semangat.
"Kau pikir semudah itu pekerjaanmu? Aku belum selesai berbicara. Usahamu itu harus sepadan dengan super car yang kuberikan kepadamu nanti," kata William dengan nada sinis.
"Argh...! Kau bertele-tele katakan apa yang harus kulakukan?" Leonel frustrasi, tawaran super car itu tidak akan ia biarkan begitu saja lepas dari genggamannya. Dengan super car itu nanti banyak model dan gadis-gadis cantik yang akan semakin terpesona melihatnya. Karena selain ia gemar bermain game dan tidur ia juga gemar menebar pesona kepada lawan jenis.
Bibir William kembali mengulas senyum licik. Ia tahu adiknya pasti akan seperti itu, pria pemalas itu sangat materialistis. Ia yakin dalam satu Minggu mungkin Alicia akan berada di Glamour Entertainment karena Leonel tidak akan mampu menunggu lebih lama lagi untuk mengendarai super car yang di idamkannya.
"Bukan hanya membawa gadis sombong itu masuk ke dalam Glamour Entertainment, kau harus melemparkannya ke atas ranjangku," jawab William. Matanya berkilat penuh intrik, bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Senyum yang terkesan licik.
Leonel mendengus kesal, kakaknya itu berwajah tampan, ia juga berganti-ganti pasangan setiap menghadiri pesta sama seperti dirinya. Tidak bisakah makanya itu merayu wanita? Leonel mengamati wajah kakaknya, alisnya bahkan sedikit berkerut. "Kasar sekali, aku harus melemparkan seorang wanita ke ranjangmu. Apa kau tidak memiliki kemampuan merayu wanita dengan caramu sendiri?"
"Aku tidak memiliki waktu untuk merayu, apalagi ia tidak ada dindepan mataku. Intinya adalah bawa dia ke Glamour Entertainment lalu lempar dia keranjangku maka super car idamanmu itu akan segera menjadi milikmu. Semakin cepat semakin baik," ucap William menambahkan sedikit provokasi. Ia kemudian melangkahkan kakikinya menuju pintu bermaksud untuk keluar dari kamar Leonel.
"Hei, siapa namanya?" Leonel bangkit untuk mengejar William yang sedang menarik gagang pintu.
"Alicia, hanya itu yang kutahu," jawab William dengan nada penuh kemenangan yang nyata lalu ia menghilang di balik pintu.
***
William meninggalkan kamar adiknya yang pemalas itu, ia berniat menuju kamar Alexa tetapi baru saja ia menutup pintu kamar Leonel ibunya Prilly Johanson memanggilnya.
"Willy...."
"Mommy, apa kabarmu?" sapa William ia mengecup pipi ibunya.
"Seperti yang kau lihat. Mommy baik-baik saja," jawab Prilly.
"Apa yang kau lakukan di sini?"
"Sidney mengatakan kau ada di dalam kamar Leonel. Aku menunggumu."
"Kau sangat merindukanku rupanya." William menggoda ibunya.
"Anak durhaka, kau tidak kembali ke rumah ini berminggu-minggu, tentu saja aku merindukan putraku," omel Prilly. "Bagaimana pameran perhiasan yang kau hadiri? Apakah itu menyenangkan?" ibunya itu bertanya seolah sedang mengejeknya.
"Sangat membosankan dan bodoh," jawab William sambil berlalu meninggalkan ibunya tetapi ibunya mengikuti langkah kakinya.
"Malam ini kau harus tinggal di sini dan makan malam bersama keluarga, tidak ada bantahan. Kau tidak diizinkan pergi ke mana-mana," kata Prilly.
"Baiklah, Mommy."
"Aku tidak percaya ucapanmu begitu saja," sungut Prilly. "Kau seenaknya saja tidak pernah kembali ke rumah ini, kau pikir kau tidak memiliki orang tua? Kau pikir Mommy dan daddy-mu ini tidak merindukanmu?"
"Ya Tuhan, Baiklah. Mommy kau sekarang sangat cerewet, kau seperti nenek-nenek. Mungkin kau memerlukan seorang cucu," ejek William.
"Ya, bagus kau sadar. Seharusnya kau memberikan kami seorang cucu bukan setiap hari di suguhi berita kau mengencani model-model yang tidak jelas asal-usulnya. Ya Tuhan, Willy, kau seperti pamanmu Anthony. Lihat saja suatu saat kau akan jatuh ke pangkuan gadis polos dan lihat kau akan bersujud di kakinya seperti pamanmu itu menyembah Linlin," ucap Prilly sambil berlalu meninggalkan William.
Anthony Julio Smith adalah kakak kandung ibu William yang konon ketika ia masih muda hidupnya penuh dengan gadis-gadis cantik tetapi faktanya pamannya itu justru jatuh cinta dan menikahi seorang gadis lugu bernama Linlin. William tidak menanggapi ucapan ibunya yang telah berlalu meninggalkanya. Ia hanya mengangkat kedua bahunya kemudian melangkahkan kakinya menuju kamar Alexa adik bungsunya.