chapter 2

1067 Words
"bibi jangan bohong cio gapunya banyak abang apa lagi abang laki laki cio cuman punya kakak perempuan satu" jelas cio "jio ini dady apa jio tidak merindukan dady" "jio abang sangat merindukanmu" "ini kami jio, kami abang abangmu" akhirnya satu satu dari mereka mengularkan suaranya cio menggelengakan kepalanya "cio ga punya dady, momy dan abang cio cuman punya ibu, ayah dan kakak perempuan cio" ia tidak terima jika ada orang orang asing menganggap diri mereka keluarga cio jelas jelas cio tidak sebodoh itu cio masih memiliki ingatan yang bagus jelas jelas cio masih ingat pada keluarganya yang pasti bukan mereka semua apa mereka semua penculik bagaimana jika cio sedang di culik saat ini apa kakaknya juga sama seperti dirinya cio khawatir kakaknya di apa apakan sama para penculik ini cio ingin turun dari kasurnya tapi tangan kirinya seperti ada yang menariknya cio menolehkan kepalanya ke kiri cio melihat tangannya sedang di infus cio sama sekali tidak sadar jika ada infus yang sudah melekat di tangan kirinya dengan tergesa gesa cio menarik infusnya dengan paksa dan pada akhirnya tangan kirinya mengeluarkan darah "shh.." cio meringis sedikit cio tidak peduli dengan darahnya yang mengalir saat ini cio sangat mengkhawatirkan kakanya tapi tidak dengan para orang asing itu mereka menatap cio dengan tatapan khawatir mereka semua ingin mendekati cio, cio turun dari kasurnya tapi lagi lagi tangannya di tahan cio menoleh ke kiri ia melihat laki laki yang tadi cio usap pipinya menahan tangannya. cio menepis tangan laki laki itu lalu dengan gesitnya cio berhasil keluar dari ruangan tersebut. cio terus menyelusuri rumah ini, ini bukanlah rumah sakit tapi sebuah manshion apa kakaknya diikat di suatu ruangan oleh mereka apa mereka menyiksa kakaknya?, cio harus menemukan kakaknya dan membawanya pergi. sial kepala cio sekarang pusing ia harus menemukan kakanya secepatnya sebelum cio kehilangan kesadaran larinya terhenti saat seseorang memeluknya dari belakang dan membawanya dalam gendongannya cio terus saja memberontak ia tidak ingin mati sekarang cio baru saja sadar cio harus menemukan kakaknya. "lepas hiks lepas" berontaknya cio memukul d**a pria yang mengendongnya sesekali cio mencoba mendorongnya tapi semua itu sia sia "tenanglah jio" ucapnya yang menarik dirinya dalam pelukannya lalu ia mengusap kepala cio entah kenapa cio merasa matanya seperti ingin menutup cio tidak boleh pingsan sekarang jika cio pingsan kakaknya pasti dalam bahaya. tapi matanya sangatlah berat ia mendongakan sedikit kepalanya ke arah pria itu ditatapnya wajah pria itu, orang tersebut adalah salah satu orang yang berada di kamarnya ia mengejar cio dan berhasil menangkap dirinya setelah itu cio pingsan dalam gendongannya, ia melihat cio pingsanpun membawanya kembali ke ruangan tadi. cio telah dibaringkan di kasurnya ia sekarang sedang ditatap oleh orang orang yang tadi mengaku ngaku jika mereka adalah orang tua dan abang abang cio, sedangkan cio ia masih pingsan "periksa anak ku" ucap laki laki paruh baya kepada sang dokter setelah cio di bawa dalam gendongan pria yang mengendong paksa dirinya salah satu dari mereka memanggil dokter kepercayaannya untuk memeriksa apa yang terjadi pada putranya tersebut. dokter tersebut memeriksa cio dengan sangat teliti setelah beberapa kali pemeriksaan ia dapat simpulkan jika cio mengalami hilang ingatan sementara, cio mungkin akan mengalami pusing karena mendapatkan ingatannya secara perlahan lahan lalu ia mengatakannya pada keluarganya yang terus menatapnya seperti sedang menunggu jawabannya darinya. "baiklah kau bisa keluar sekarang" usirnya dokter itu pun keluar dari ruangannya "putraku.."lirih wanita paruh baya ia menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang terjadi dengan putra bungsunya apa ini semua karena kelalaianya yang tak becus menjaga putra bungsunya hingga putranya harus mengalami kejadian seperti ini suaminya yang seakan mengerti dengan tatapan istrinya yang terus menatap putra bungsunya itu pun langsung memeluk istrinya dengan erat ia seperti mengatakan jika semuanya akan baik baiknya saja kejadian tersebut telah lama berlalu ia mengatakan kepada istrinya jika kejadian tersebut bukan karena kelalaian istrinya yang tak becus menjaga putra bungsu mereka, melainkan karena kelalaian maid yang bertugas menjaga putranya karena maid tersebut putranya harus mengalami kejadian seperti ini. ia berjanji ia akan menghukumnya dengan s***s begitu pun dengan putra putranya yang seperti sedang berpikir hukuman apa yang setimpal tidak tidak mereka akan membuat maid itu memohon untuk membunuhnya. "eh cio dimana?" bingungnya setelah tersadar kembali cio tidak berada di kasurnya cio malahan seperti menginjak awan yang sangat empuk di kakinya tempatnya juga serba putih cio baru ingat jika cio tadi pingsan tapi sekarang ia tidak tau sekarang ini cio dimana lirikan matanya tidak sengaja menatap seorang perempuan di depannya yang terus berjalan tanpa melihat kebelakangnya, cio melihat punggung wanita itu cio yakin jika wanita tersebut adalah kakaknya cio berlari dengan sekuat tenaga lalu memeluk pinggang wanita tersebut. "kakak" panggilnya cio merasakan pergerakan wanita yang ia peluk wanita tersebut berbalik membalas pelukan cio, cio mendonggakan kepalanya keatas menatap wanita itu yang juga ikut menatapnya dengan senyuman, cio tidak salah memeluk orang sekarang ini cio sedang memeluk kakaknya "kakak tadi mau pergi kemana cio juga mau ikut dengan kakak" ucap cio dengan nada semangatnya wanita itu menggelakan kepalanya "kenapa?, kenapa cio tidak boleh ikut" tanya cio bibirnya bergetar matanya siap menumpahkan cairan bening "belum waktunya, cio harus tetap hidup" ia mengusap kepala cio dengan lembut setelahnya ia melepaskan pelukannya dari cio lalu berbalik ke belakang memulai jalannya kembali menuju cahaya yang berada di depannya "kakak cio ikut" ucap cio ia berlari mengejar kakaknya tapi semua itu sia sia semakin cio berlari semakin jauh jarak antara cio dan kakaknya "kakak jangan tinggalin cio sendiri disini" panggil cio tapi tak mendapatkan jawaban dari kakaknya tubuh kakaknya perlahan menghilang saat melewati cahayanya. "KAKAK" teriak cio dilain tempat "jio, jio ada apa dengan mu sayang" ucap wanita paruh baya ia melihat tubuh cio kejang kejang hebat beberapa hari telah berlalu saat ini hanya ada wanita paruh baya di ruangannya yang lain sedang pergi keluar ada urusan yang harus mereka selesaikan, wanita itu berniat ingin menemani cio dikamarnya tapi setelah melihat tubuh cio yang mulai kejang kejang ia mulai merasa khawatir wanita paruh baya itu mengangkat perlahan cio dalam gendongannya memeluk cio lalu ia mencium keningnya "cio momy mohon jangan membuat momy khawatir" gumamnya tangan kanannya berniat mengambil handpone yang berada di meja yang dekat dengan dirinya dan cio, dirasa ia merasakan tubuh cio yang mulai kembali normal tangannya mengetik nomor suaminya dret... dret.. "cepatlah angkat teleponku" gumamnya ia mengeratkan pelukannya pada cio setelah merasakan cio yang mulai kejang kejang kembali. kenapa tidak langsung menelepon dokter saja? jawabannya karena wanita itu terlalu khawatir dengan keadaan cio saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD