"Assalammualaikum,mama, papa,abang.kanaya pulang!!" seru Kanaya, seraya mendorong pintu rumahnya,yang jelas-jelas dikunci.rambut panjangnya menari-nari seirama dengan gerak tubuhnya.
Ceklek.....
Pintu dibuka oleh seseorang.yang Kanaya lihat pertama kali adalah, abangnya yang tengah mengunyah makanan.
"Apasih,dek?gak usah teriak-teriak.Abang udah denger"cibir Rehan, menatap adiknya dengan wajah masam.
"Heee...kirain tuli"ejek Kanaya, seraya berjalan masuk kedalam rumahnya.
"Sabar aku dek punya adik kayak kamu.udah dibukain pintu,main nyelonong begitu saja.seenggaknya bilang permisi kek"cibir Rehan, seraya menutup kembali pintu utama rumahnya.
Bukannya mendengarkan omelan abangnya, justru Kanaya malah menutup kedua telinganya,dan langsung pergi meninggalkan abangnya menuju kamarnya.
Kanaya menghela nafas kasar.saat dirasa dirinya mulai bosan berada didalam kamar.kaki jenjang Kanaya, menuruni satu-persatu anak tangga rumahnya.
"Abang,Kanaya kangen"rajuk Kanaya, sambil duduk disamping Rehan.matanya dan mata Rehan, beradu.
"Kenapa sih kamu dek?kok lebay" tanya Rehan, memalingkan wajahnya.dia tidak sanggup melihat tatapan terluka adiknya.
"Abang,nanti sore sibuk gak?" tanya Kanaya kepada Rehan, dengan wajah memelas.
"Kenapa?"bukannya jawaban yang Kanaya dapat,justru malah pertanyaan balik yang Rehan berikan.
"Aku mau ngajak Abang keliling komplek menggunakan sepeda" jawab Kanaya, dengan bibir tersenyum.berharap abangnya luluh dengan senyumannya.
"Maaf ya dek, abang sibuk.nanti sore abang mau miting"tolak Rehan,halus.seraya mengusap lembut rambut panjang Kanaya.
"Oh,yaudah"balas Kanaya,seraya menundukkan kepalanya.
"Tapi abang janji,hari minggu besok kita pergi kepantai"ucap Rehan,seraya menangkup wajah Kanaya yang hampir menangis.
"Janji??abang gak bohongkan!!"seru Kanaya, seraya memeluk erat leher Rehan.
"Iya,abang janji.udah sore, abang mau pergi kekantor.kamu katanya mau main sepada ,sana pergi keburu malam nanti"ucap Rehan,tersenyum lembut kearah Kanaya.
"Ngusirnih ceritanya"Sindir Kanaya, seraya menaik turunkan alisnya.
"Terserah kamu deh,dek"pasrah Rehan,berjalan meninggalkan Kanaya sendiri.
"Dih,kok malah ngambek" gumam Kanaya, seraya menggelengkan kepalanya.
Sore ini cuacanya sangat indah.Kanaya mengayuh sepedanya dengam semangat empat lima.
Tiba-tiba.,.
Brak.....
"Aduh.....,lutut gue!!"pekik Kanaya, seraya memegang lututnya.
Saat Kanaya tengah sibuk memegang lututnya,tanpa disangka,ada tangan kekar yang terurur untuknya.
"Aduh....,abang sakit" ringis Kanaya, menggigit bibir bawahnya pelan.
"Makanya kalau naik sepeda hati-hati.kamu itu bukan pembalap"ucap si penolong tadi.
"Maksut kamu,kamu nyalahin aku?iya,gitu?" maki Kanaya, tanpa melihat siapa penolongnya?.
"Kalau iya?emang kenapa?"tanya si penolong tidak mau kalah.
"Kamu...."pekik Kanaya,mencoba berdiri.lututnya yang terluka,membuat dia jatuh kembali.
Untung saja ada tangan kekar yang menahan tubuhnya agar tidak terjatuh.seharusnya Kanaya, mengucapkan banyak terimakasih kepadanya.
"Kalau gak bisa berdiri, gak usah berdiri.nyusahin" cibir si penolong itu dengan bibir tertarik keatas.Kanaya, benci diremehkan.
"Kak Devano,berarti yang nolong aku tadi,kakak?" tanya Kanaya, dengan nada terkejut.
"Kalau iya,kenapa?" bukannya jawaban yang Devano berikan.tapi sebuah pertanyaan yang membuat bibir Kanaya, ngilu.
"Ganteng juga kak Devano kalau dilihat-lihat"batin Kanaya, seraya tersenyum tipis.
"Woy!!kenapa setiap kamu ketemu aku?pasti kamu ngalamun.aku tahu, aku ganteng.tapi gak usah sampai kayak gitu juga kalik.tuh air liur kamu netes"Devano berkata,seraya terkekeh pelan.
"Hah?masa sih?"pekik Kanaya, seraya mengusap bibirnya kasar.
"Haa......,lucu ya kamu?bercanda kalik aku tadi"kekeh Devano, seraya menata rambutnya yang berantakan terkena angin.
"Ishh....nyebelin" rajuk Kanaya, tanpa sengaja.sadar akan ucapannya,dia langsung membungkam bibirnya.
Sungguh Kanaya, sangat malu tadi.kenapa bibirnya tidak bisa diajak kompromi tadi?.
"Cantik juga nih cewek, kalo lagi marah" batin Devano, tersenyum dalam hati.
"Ha....,kakak juga ngalamun?ngalamunin aku ya?ayo ngaku?" tuduh Kanaya,tertawa lepas.
"Dih,terlalu percaya diri"Cibir Devano, seraya memalingkan wajahnya.
"Ayo aku antar pulang.sepeda kamu biar nanti teman aku yang antar" tawar Devano, mengesampingkan egonya yang selalu bersikap acuh terhadap orang lain.
"Ehhhh,gimana ya?"Kanaya terlihat sedang berfikir.dilihat dari dahinya yang berkerut.
"Gak usah banyak mikir.sebelum aku berubah pikiran"sergah Devano,seraya tersenyum sinis.
"Yaudah,ayo"putus Kanaya, akhirnya.
"Ngapain kak? jongkok didepan gue?"tanya Kanaya, menaikkan satu alisnya.
"Kamu mau pulang gak?kebetulan aku tadi lagi jalan sore.jadi aku gak bawa mobil.ya tepaksa kamu pulangnya aku gedong" jelas Devano, malas.
"Tapi kak...."protes Kanaya,seraya menghela nafas kasar.
Sebelum Kanaya menyelesaikan ucapannya.Devano sudah memotongnya terlebih dahulu.
"Gak usah tapi-tapian.cepet naik,apa aku tinggal?" sebuah pertanyaan yang Devano lontarkan,membuat Kanaya berkidik ngeri.
Tanpa banyak bicara.Kanaya langsung naik keatas punggung tegap Devano.
"Yaampun gantengnya tuh cowok"
"Aduh swittt banget sihhh"
"Mau dong jadi ceweknya"
"Ciptaan tuhan paling sempurna"
"Aduh ceweknya beruntung bangetsih bisa digendong cowok setampan dia "
"Ceweknya imut banget"
"Pas banget kalau mereka pacaran.yang satu ganteng,yang satu cantik"
"Hari patah hati nasional ini ceritanya"
"Aduhhh pangeran gue"
Begitulah celotehan-celotehan tidak berfaedah orang-orang yang lewat didepan ataupun disamping mereka.
"Gak usah didengerin" ucap Devano, dingin.
Tidak terasa,sekarang mereka sudah sampai dirumah Kanaya.
"Mama....huaa...." teriak Kanaya,seraya menangis sesenggukan.
"Aduhhh anak mama kenapa?kamu apain anak saya?" marah,mama Kanaya.
"Ngaku kamu!!kamu apain anak kesayangan saya?" tanya mama Kanaya,seraya memukuli punggung Devano menggunakan kemocheng.
"Mama...!!stop,ma!!" seru Kanaya, tidak enak melihat Devano meringis kesakitan.
"Diam kamu,Kanaya!!" sergah mamanya, seraya melotot tajam.
"Stop tante!!aduhhh...."ucap Devano kesakitan.
"Stop,ma!!dia orang yang nolongin aku tadi"seru Kanaya,seraya mengigit lidahnya.
"Apa!!!"mama Kanaya, terkejut seketika.
"Kamu kok gak ngomong dari tadi sihhh,Ay"ucap mama Kanaya, tidak enak kepada Devano.
"Mama sih gak ngasih Kanaya kesempatan untuk bicara" cibir Kanaya, tidak mau disalahkan.
"Maaf ya nak,tante gak tahu"ucap mama Kanaya,merasa bersalah.
"Gak apa-apa tan.saya permisi dulu" pamit Devano,seraya menjaba tangan mama Kanaya.
"Eh...,gak mampir dulu?" tawar mama Kanaya,berubah lembut.
"Gak usah,tante.udah mau magrib soalnya.takut dicariin mama"tolak Devano, halus.
"Ohhhh,yaudah titip salam buat keluarga kamu"
"Baik,tan"
Saat Erlangga tengah asik berenang,tiba-tiba nada dering ponselnya berbunyi nyaring.dengan malas,Erlangga naik keatas untuk mengangkat teleponnya.
"Siapasih ,ganggu aja"ucap erlangga malas
Devano es calling
"Tumben tuh anak telepon gue.pasti ada sesuatu" tebak Erlangga, tersenyum miring.
"Hallo lang,lo dimana?" tanya orang yang berada disebrang sana.yang tak lain dan tak bukan adalah Devano.
"Berenang.kenapa lo tiba-tiba nelpon gue?"tanya Erlangga, penuh selidik.
"Gue minta tolong,anterin sepeda teman gue"
"Teman lo?emang lo punya temen selain gue sama Alvaro?" tanya Erlangga, tersenyum miring.
"Panjang ceritanya,besok gue ceritain" jawab, Devano cepat.
"Yaudah alamatnya mana?"tanya Erlangga, dengan malas.
"Warna cat rumahnya biru.no 11,kembang melati "Jelas Devano.
"Hah?deket dong sama rumah gue"balas Erlangga.
"Iya.makanya lo anterin sepedanya. udah gue taruh diteras lo"
"Kapan lo datang kerumah gue?" tanya Erlangga, cepat.
"Tadi sore.lo katanya gak mau diganggu,kata pembantu lo" jelas Devano.
"He....iya.yaudah gue bantu.udah dulu gue mau lanjut renang"
Sambungan telepon terputus,dengan sepihak.
"Dasar Devano.udah dibantuin malah mutusin sambungan telepon seenaknya" gumam Erlangga, pelan.
"Untung sahabat.kalau gak, udah gue buang dia di rawa-rawa"
Langit pagi berseri indah.biru dan berwarna.mentari seakan tersenyum pagi ini.
"Pagi ma,pa,bang"sapa kanaya,seraya mencium kedua pipi orang tuanya.
"Pagi,sayang"balas mama dan papa Kanaya bersamaan.
"Cieeeee,mama papa kompak deh"goda Kanaya, seraya tersenyum manis.
"Apaansih kamu?duduk,dan makan cepat"suruh mama Kanaya, tidak terbantahkan.
"Pagi,bebby" balas Rehan, tersenyum hangat.
"Pagi ini,Kanaya mau berangkat bawa mobil sendiri ya,pa?" pinta Kanaya, sedikit memohon.
"Plisss...." Kanaya menangkupkan kedua tangannya keatas.
"Gak boleh.nanti kamu kenapa-napa dijalan gimana?naik sepeda aja tiang listrik kamu tabrak.apa lagi naik mobil.yang ada kamu nanti ganti nabrak rambu-rambu lalu lintas" cibir Rehan,tersenyum devil.
"Hus....,Rehan kalau bicara itu loh" tegur mamanya,tidak suka.
"Tahu tuh ma,bang rehan emang sirik"kesal Kanaya.
"Udah-udah makan dulu.untuk kamu Kanaya,kamu boleh bawa mobil sendiri kesekolah.tapi jangan kebut-kebutan dijalan"lerai papanya,final.
"Okeh,pah"balas Kanaya,seraya hormat keatas.
"Kanaya,sudah selesai.aku berangkat dulu.bya ma,pa,bang" pamit Kanaya, sambil menjaba tangan kedua orang tua dan abangnya.
"Iya,hati-hati dijalan" balas mama Kanaya, seraya melambaikan tangannya.
"Ray kekantor dulu ma,pa" pamit Rehan,menyusul Kanaya yang sudah berjalan duluan.