-Gibahin Bos-

1197 Words
Kanaya P.O.V "Pagi pak!" sapa kami berdua ketika melihhat Pak Arsen melewati kami. "Hmmm." jawabnya yang membuatku terbelalak. Setelah memastikan dia sudah masuk gedung duluan akupun menengok ke Divya. "Bingung gw sama tuh manusia. Gw emang denger kalo dia dingin ke semua cewek yang berusaha narik perhatian dia tapi akn gw aja ga minat." gumamku pelan. "Kamu ngomong, Nay?" tanya Divya memastikan. "Eh? E-enggak kok. Kita pakai bahasa lo gw aja kali ya biar dia lebih akrab sama karyawan lain." ujarku yang di jawab anggukan sahabat ku. "Hmmm seru kali ya kalo salah satu dari kita jadian sama Pa Arsen. Liat aja tuh dia seganteng itu, tajir pula. Gw yakin nanti pasti yang jadi pasangannya bakalan bahagia." kata Divya. "Bahagia gimana, gw punya laki kayak gitu kayaknya bakalan stress deh liat aja tuh sifatnya. Dingin." ujar ku. "Huft! Emang ya kalo ngomong sama yang ga peduli sama percintaan ribet. Coba aja lo ketemu sama cowok yang lo suka pasti beda deh jawaban lo." kata Divya. "Gw belum kepikiran." jawabku santai. "Hey kalian! Apa kalian tidak mau absen?!" panggil seseorang yang membuat kami menengok dan menemukan Pa Irwan, sekertaris dari Pak Arsen. Muka nya keliatan galak deh. "I-iya pak kami sudah mau kesana kok!" jawab Divya dengan tergagap. "Bagus! Segera ya!" ujar Pa Irwan. *** "SUDAH SAYA BILANG BERKALI-KALI KALAU KAMU HARUS MEMBENARKAN PROPOSAL YANG INI KENAPA MASIH TETAP SAJA SEPERTI INI SIH?! ADA APA DENGAN KALIAN SEBENARNYA?! KERJA KALIAN SANGAT TIDAK BAGUS KALI INI APA KALIAN LELAH? KALAU LELAH BIAR SAYA SIAPKAN SURAT BESERTA PESANGON UNTUK KALIAN!" Tubuhku menegang ketika mendengar teriakan dari dalam ruangan Pa Arsen. Astaga, dia sepertinya orang yang kasar. Tanganku mulai gemetar mendengar tidak ada jawaban didalam ruangannya. Ya tuhan apakah bos ku ini segitu galaknya ya? Semoga dia ga galak deh kalo sama aku. Pintu ruangan terbuka, keluarlah dua karyawan dan Pa Irwan dari ruangan nya. Aku mulai merapihkan pakaian yang ku kenakan lalu masuk ke dalam dengan perlahan. "Permisi pak, ini proposal yang tadi bapak minta untuk saya betulkan." ujarku. "Duduk. Saya akan mengeceknya." katanya yang ku turuti. Pa Arsen mulai mengecek proposal yang tadi ku berikan. Sesekali dia tersenyum tipis, wajahnya sangat tampan jika dilihat dalam radius satu meter ini tapi tatapannya memang harus ku akui setajam belati. Ga lama kemudian, tatapan matanya yang awalnya terarah ke dokumen malah melirik ke arahku. Akupun meneguk ludah kasar lalu menunggu untuk mendengar pendapatnya. "Bagus. Sesuai dengan harapan saya. Kenapa kamu yang maish muda bisa tapi mereka yang senior malah ngaco ya bikinnya. Bingung saya." katanya sambil tersenyum dan hal itu mampu membuatku tercengang. Hah? Dia senyum? Dia? Senyum? Seriously???? "Baik pak jika tidak ada yang salah maka saya izin kembali ke ruangan ya. Selamat siang!" ucap ku sembari melangkah keluar ruangan. Ketika pintu beleum sepenuhnya ku tutup, aku mendengar sedikit perkataan Pa Arsen. "Pintar dan kharismatik. Perfect!" Begitulah perkataannya namun aku tidak mau ambil pusing. Dia pasti membicarakan hal lain dan dia bergumam sendiri. Sambil melangkah ke lift, aku masih memikirkan bos ku itu. Bingung juga sih biasanya sifatnya kan dingin lah ini kok tiba-tiba mencair. Dia sehat kan ya? "Heh! Kenapa kau ngelamun?" Aku terkejut ketika sebuah tangan memukul pundak ku. Saat menengok ternyata Divya. "Gapapa, cuman gw bingung deh. Lo tau kan kalo bos kita dingin kayak kulkas lia puluh pintu?" tanyaku. "Eeuumm iya, terus?" tanya Divya balik. "Tadi bisa-bisanya gw liat dia senyum. Aneh ga sih?" ujarku yang membuat sahabatku ini tercengang. "Hah?! Seriusan? Lo salah liat kali!" kata Divya. "Enggak, gw ga salah liat. Dia senyum ya walaupun senyum tipis." jawabku santai. "Gila! Ini rekor sih kalo emang dia senyum." kata Divya. Kamipun melanjutkan pekerjaan kami lagi. Sesekali juga aku ke pantry untuk mengambil segelas air. Sejauh ini sih karyawan di perusahaan ini memang sangat baik, mereka ramah banget apalagi dengan anak baru seperti ku. Baguslah kalau begitu. Kini jam sudah menunjukan pukul dua belas siang, sudah saatnya istirahat! Aku langsung mengeluarkan kotak bekal yang tadi pagi ku buat, aku bisa melihat juga kalau Divya sahabatku membawa bekal sepertiku. "Kita makan disini apa di luar aja nih, Nay?" tanyanya. "Disini aja lah. Atau enggak di pantry juga gapapa." jawabku. "Okay, pantry!" ucap nya. "Eh Kanaya! Divya! Sini gabung! Kita makan di kantin aja ayo biar kita makin deket juga!" ajak salah satu karyawati disini. "Oh iya mbak boleh. Yuk, Nay!" ajak Divya. Akupun menganggukan kepala lalu mengikuti ajakannya. Kamipun berjalan bersama menuju ke kantin. Memang sih kantin ini sepi tapi yang jualan makanannya itu lumayan banyak dan cukup murah. Okay berarti lain kali kalau memang aku ga sempet masak, aku bisa makan di kantin. "Kanaya sama Divya ya? Kenalin, gw Adelia, calon pacarnya Pa Arsen." kata seorang gadis dengan senyuman di wajahnya namun raut wajahnya terlihat sangat sombong. Astaga dia baru calon pacar aja sombongnya udah begini apalagi kalo udah jadi istri? Terbang ke langit ke tujuh kali. "Oh iya, saya Divya. Ini sahabat saya, Kanaya." kata Divya memperkenalkan kami berdua. "Kalian adik kakak ya? Kok mirip sih? Cantik-cantik lagi." puji salah satu karyawan laki-laki yang tidak begitu ku kenal. "Panggil saya Aldi, Nay." kata laki-laki itu lagi. "Oh iya, pak." jawabku pelan. Aku bisa melihat kalau dari wajahnya yang sepertinya dia itu sudah matang dan sudah pasti beristri. Ga lama dari itu, perempuan bernama Adelia tadi langsung pergi. Aku bis amelihat perubahan raut wajah dari para karyawan disini. Yang tadinya saling tatap kini malah menggelengkan kepala. "Bingung gw, mana mau Pa Arsen sama cewek bookingan kayak gitu. Mana udah longgar lagi." kata Pa Aldi yang membuatku bingung namun aku memilih untuk menyimak perkataan mereka saja. Aku tidak terlalu berminat ikut dalam urusan pergibahan. "Iya bener, Pa Arsen aja orangnya kayak gitu mana mau dia sama barang bekas. Hadeuh gw jadi mikirin deh Pa Arsen kalo nikah nanti gimana ya istrinya. Apa sebelas dua belas sama Pa Arsen?" kata salah satu karyawati. "Gw rasa enggak deh. Dari yang gw liat-liat ya biasanya tuh cowok dingin pasti nyari cewek yang hangat. Makanya gw berdoa deh semoga dia cepetan dapet bini kalo enggak mah beuh kuping gw sakit kena omelannya mulu." kata karyawan lainnya. "Eh iya, Kanaya? Tadi saya sempet liat kamu masuk ke ruangan Pa Arsen bawa proposal. Nah itu dia ngomel gak ke kamu?" tanya Pa Aldi. "Enggak, pak. Justru dia malah senyum." bukannya aku yang menjawab justru malah Divya. Hadeuh sahabat ku ini memang sangat excited akan pertemuan kami sekarang. "Hah? Yang bener kamu? Wah keren juga kamu, Nay! Biasanya Pa Arsen aja baru senyum kalo lagi sama Pa Irwan dan keluarganya. Langka banget kamu bisa dapet senyuman dari dia." kata Pa Aldi. "Eeumm itu karna proposal saya aman pak ga ada yang keliru." ucapku berusaha meluruskan agar tidak ada yang overthinking dengan ku. "Ya tapinya kan tetep aja kamu itu berpeluang buat jadi anak emas nya. Keren loh." kata Pak Aldi dengan senyuman. Akupun hanya bisa menganggukan kepalaku saja karna males nanggapin pergibahan ini. "Saya sih ga mau yang aneh-aneh pak. Cukup kerja, ga kena omelannya aja. Udah deh saya gapapa dari pada dia ngamuk." jawabku santai. "Iya juga benar." ucap para karyawan disini. "Oh jadi kalian gibahin saya?" Aku menengok dan terkejut melihat siapa yang ada didepan pintu masuk kantin. Astaga! Semoga dia tidak tersinggung!!!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD