chapter 2 : SMA RAJAWALI

2024 Words
Siang harinya pukul 13.00 bel pertanda pulang telah berbunyi terlihat Rico bergegas pulang bersama Bio dan Lita. "Langsung balik Ric?" Tanya Bio ke Rico yang mengangkat tasnya lalu melirik mereka berdua. "Keknya sih gitu, pulihin tenaga dulu sebelum latihan nanti sore," jawab Rico seraya memijat pundak kanannya pelan. "Gitu ya. Ok deh kalau gitu gue balik dulu sekalian anter Lita," Jawab Bio yang dibalas anggukan oleh Rico. "Yaudah kalau ada apa-apa telfon gue aja lit," pesan Rico yang dibalas anggukan dan senyum manis Lita. "Ok ric aman!" Jawab Lita sambil kasih jempol ke Rico yang membalas dengan tersenyum "Kalau gue yang kenapa-kenapa?" Tanya Bio iseng. "Urus sendirilah emangnya lu Lita apa," jawab Rico ketus yang pamit dan berjalan keluar meninggalkan Bio yang kesal. "Walah kunyuk!" Umpat Bio sebelum akhirnya keluar bersama Lita. ####### Disisi lain nampak Tsabina sedang sibuk mengelilingi sekolah mencari infomasi namun nihil tidak ada apa-apa hal itu tentu saja membuatnya kesal dan segera berjalan keluar menuju mobilnya untuk pulang. "Hei!" Sapa seseorang yang lewat dibelakangnya dan rupanya adalah Andra. "Lu ngapain masih disini? Mau pulang bareng gak?" Tawar Andra ke Tsabina yang tersenyum dan menggeleng. "Oh enggak tadi ada urusan dikit, gue bawa mobil kok," tolak Tsabina ramah sambil jalan melewati Andra yang mengangguk dan membiarkannya lewat. "Bio rumah lu deket kan sama jembatan yang lagi viral itu?" Tanya Lita yang sedang turun dari tangga dekat Tsabina. "Oh jembatan penghubung itu? Yang baru-baru ini bekas kecelakaan maut? Gak deket-deket amat sih," jawab Bio sambil berjalan turun bersama Lita sementara Tsabina segera sembunyi agar tidak ketauan. "Hati-hati lu, kemarin ada beberapa orang yang diganggu sama hantu badan setengah!" Pesan Lita yang membuat Bio berpikir sejenak dan mengangguk. "Temenin gue pulang kalau gitu," ucap Bio sambil cengengesan sementara Lita hanya manyun dan menoel jidat Bio. "Malah gue yang diganggu ntar! Udah ah pulang yuk!" Ajak Lita yang dibalas hormat oleh Bio. "Siap bos!" Mereka pun berjalan menuju gerbang sekolah meninggalkan Tsabina yang sembunyi menguping pembicaraan mereka sejak tadi. "Hantu badan setengah... Kalau dibiarin bahaya buat pengguna jalan," Gumam Tsabina seraya berjalan keluar dari persembunyiannya namun malah hampir menabrak seseorang. "Tsabina ya? Ngapain lu masih disini?" Tanya pria itu yang ternyata adalah Rico. "Gue... Gue mau ambil buku gue, ketinggalan tadi," jawab Tsabina gugup dan berjalan menjauh dari Rico yang menatapnya bingung lalu segera meninggalkannya. ######### Malam harinya di jembatan nampak Tsabina dengan jaket dan topi kupluk berdiri di depan jembatan dengan membawa tas selempang serta sebuah kanvas kecil. "Keluar aja gak usah malu atau takut," gumam Tsabina dan dari bawah jembatan datang sesosok tangan besar yang perlahan memperlihatkan rambut gondrong dan soal wajah gelap dengan mata menyala. "Lancang sekali memanggilku!" Geram makhluk itu pada Tsabina yang nampak melukis di kanvas sembari berjalan perlahan mendekati sosok itu. "Aku hanya ingin bernegosiasi denganmu, demi kebaikan kita bersama," ucap Tsabina seraya menatap sosok tubuh raksasa namun tanpa pinggang kebawah sosok itu melayang dihadapan Tsabina dengan usus terburai ke bawah. "Tidak mau! Disini lebih enak!" Tolak makhluk itu pada Tsabina yang menghela nafas pelan dan menatapnya tajam "Kalau begitu...," Nampak Tsabina akan menyelesaikan lukisannya namun secara mengejutkan tangan makhluk itu menyerang Tsabina yang refleks mundur namun kanvasnya terlepas. "Apa?!" Kaget Tsabina yang mencoba mengambil kanvasnya namun makhluk itu malah melayang mencoba menyerangnya. "Ternyata benar kamu heredis yang dikatakan gadis bertopeng kemarin! Kalau begitu matilah!" Makhluk itu terus melayang menyerang Tsabina yang mengambil sebuah batu berwarna coklat dengan bentuk bulat sempurna dan melemparnya ke tanah. "Batu kalsedon!" Ucap Tsabina dan nampak batu berwarna coklat tadi dan seketika muncul banyak akar yang mengikat tubuh makhluk itu. "Apa ini, lepaskan!" Ronta makhluk itu pada Tsabina yang nampak berjalan menuju kanvasnya lalu segera menumpahkan kuas berwarna merah dan abu lalu mulai menyelesaikan gambarnya. "Teknik pemurnian jiwa! lukisan penenang!" Ucap Tsabina dan nampak dari lukisannya keluar 2 ekor harimau besar yang keluar dari lukisan lalu menerkam tubuh sang hantu badan setengah tadi dan membawanya masuk kedalam lukisan. "Tidaaaakkkk!!!" Teriak sang hantu sebelum benar-benar masuk kedalam lukisan meninggalkan Tsabina yang terduduk lelah dan segera melemparkan lukisan itu ke bawah jembatan. "Semoga anda tenang disana," Gumam Tsabina yang memijat pundaknya sebelum berjalan menuju mobil yang letaknya tidak jauh dari sana lalu segera pergi menjauh. "Tapi siapa gadis bertopeng yang memperingatkan dia? Dan gue kan bukan heredis? Apa ada orang seperti kak Dieter di kota ini?" Gumam Tsabina dengan banyak pertanyaan di kepala membuat ia terdiam sejenak sambil memijat kepalanya dan segera menginjak gas mobilnya menjauh dari sana. "Jadi si murid baru itu spesial ya Nic?" Tanya seorang gadis tomboy berambut pendek ke teman prianya yang nampak asik makan permen karet lalu mengembalikan sebuah teropong ke gadis itu "Keknya sih gitu le, tapi sayang banget padahal gue mau ngambil tuh makhluk buat perkuat diri gue," Gumam pria itu dan ternyata mereka adalah Lea serta Nico. "Hantu rendahan gitu buat apa, udah ah balik! gue pingin mie ayam pak Sapto!" Kata Lea ke Nico yang menyalakan motor ninja merahnya. "Bawel lu, ayoklah," Kata Nico yang segera bergerak meninggalkan jembatan itu menjauh dari sana. "Let's go! Mie ayam pak Sapto!" Teriak Lea semangat. ************ Keesokan paginya di sekolah nampak Rico yang baru tiba melihat Tsabina berjalan melewati motornya masuk ke sekolah. "Hai Tsabina!" Sapa Rico yang berjalan menghampiri gadis itu yang tampak tersenyum manis pada pria itu "Hai... Rico ya?" Tanya Tsabina yang mengangguk dan tersenyum dan mengambil sesuatu di dalam tasnya. "Ini buku lu gue nemuin ketinggalan di kelas kemarin," Kata Rico memberikan sebuah buku ke Tsabina yang menerimanya dengan tatapan bingung sambil melihat dengan seksama. "Ini keknya bukan buku gue deh, coba nanti umumin di kelas aja," kata Tsabina ke Rico yang kaget dan segera mengambil dan memeriksa ulang buku itu. "Oh yaudah kalau gitu sorry gue kira punya lu," Kata Rico malu sementara Tsabina hanya tersenyum dan mengangguk. "Gue ke kelas dulu ya," Pamit Tsabina yang berjalan naik ke kelas sementara Pratama hanya tersenyum dan memeriksa ulang bukunya. "Itu punya gue Ric," tiba-tiba buku itu diambil oleh pria dengan jaket sweater putih. "Elah! Cuk! Gue kira punya si anak baru," Kesal Rico yang dirangkul oleh pria itu yang ternyata adalah Andra. "Lu suka sama si murid baru itu?" Tanya Andra penuh selidik ke Rico yang menepis rangkulan pria itu. "Apa sih! Eh btw lu mau gak temenin gue ke ruang guru?" Tawar Rico ke Andra yang merinding mendengar itu "Ogah! males! Mending gue ke uks biar gak ikut pelajaran Bu Mio!" Kata Andra ke Rico sambil jalan naik ke kelas meninggalkan Rico yang kesal. "Dasar murid gak teladan!" Omel Rico sambil berjalan ke ruang guru. ######## Kembali ke Andra nampak ia melihat Bio, Lita, dan yang lainnya sedang berdiri di depan kelas seperti sedang menyaksikan sesuatu. "Woy woy ada apaan ini?" Tanya Andra ke Bio dan Lita yang memanggilnya untuk mendekat. "Liat nih seru! Si murid baru lawan Rangga!" Kata Lita memanggil Andra yang berjalan mendekati mereka dan menyaksikan Tsabina yang berdiri di depan Rangga yang duduk di kursinya. "Minggir gak!" Kata Tsabina ke Rangga yang nampak duduk santai sambil memejamkan matanya. "Nyebelin banget sih! Lu itu duduk di kursi gue tau?!" Kesal Tsabina ke Rangga yang menatap gadis itu kesal. "Kursi lu?! Bella kasih tau," Rangga nampak menatap gadis yang duduk di belakangnya "Ini kursi Rangga kok kemarin lu duduk disini karena dia gak masuk aja," Jawab bella ke Rangga yang menatap menang Tsabina yang kesal lalu mengambil tasnya. "Lu bisa kok duduk disini," ucap Rangga tiba-tiba ke Tsabina yang membuat gadis itu menatapnya senang. "Tapi ada tiga syarat yang harus lu penuhi, baru lu bisa duduk disini," tambah Rangga yang membuat Tsabina terlihat jengkel. "Satu syarat," tawar Tsabina ke Rangga yang berdiri dan menatap gadis itu. "Tiga, setelah ketiganya lu penuhi, lu bisa ambil kursi ini," jawabnya lagi ke Tsabina yang menghela nafasnya dan mengangguk. "Ok deal!" Kata Tsabina yang mengulurkan tangannya ke Rangga yang tersenyum sinis dan kembali duduk di kursinya sementara Tsabina nampak kesal dan duduk di kursi yang lain. "Minggir kalian ngehadang aja!" Ucap seorang pria dengan jaket kulit hitam berdiri dibelakang Andra, Bio, dan Lita. "Eh Pratama," kata Bio gugup dan bergeser bersama yang lainnya memberi jalan buat Pratama lewat dan nampak Tsabina sedikit terkejut menatap Pratama namun seketika menjadi bingung dan mengalihkan pandangannya dari Pratama. "Aneh, tadi gue ngerasa kekuatan spiritual yang besar begitu dia masuk tapi setelah itu hilang, apa ada yang salah sama gue?" Gumam Tsabina bingung namun segera ia abaikan. Beberapa menit berselang tampak Odelia dan Rico masuk ke dalam kelas dengan membawa buku absen dan sebuah buku "Lu yang nulis tugas gue yang absen ya?" Usul Rico ke Odelia yang tersenyum dan mengangguk "Bu Mio kemana?" Tanya Bio ke Rico. "Lagi ada urusan jadi cuman kasih tugas aja," jawab Rico yang dibalas sorakan senang yang lainnya. "Yes kelas kosong!" Teriak Lea senang dan segera mengambil ancang-ancang untuk tidur sementara Lita nampak mengajak Bio untuk main game. "Gue ikut dong!" Kata Sigit yang nimbrung juga. "Jangan terlalu bar bar ntar guru kelas sebelah dateng kesini lagi berabe urusannya," Jawab Rico memperingatkan temannya sembari duduk di kursinya namun tatapannya jadi terkejut melihat siapa yang duduk disampingnya. "Loh? Tsabina? Kok lu duduk disini?" Tanya Rico heran sementara Tsabina diam aja mengerjakan tugas yang diberikan dan saat melihat kursi depan rupanya Rangga sudah duduk disana. "Owalah pantesan," gumam Rico seraya duduk di kursinya. ######### Jam istirahat nampak Tsabina berjalan menuju kursi kantin yang kosong namun seorang gadis memanggilnya. "Tsabina! Duduk disini aja!" Panggil Lita yang memanggil Tsabina membuat gadis itu tersenyum dan segera menghampiri gadis itu yang terlihat duduk bersama 2 siswi lain bernama Nia dan Odelia. "Duduk disini aja Tsabina, daripada sendirian ntar kesurupan loh," kata Lita yang dibalas senyum manis Tsabina. "Kamu dah pesen makanan? Mau gue pesenin?" Tawar Odelia ke Tsabina yang tersenyum menggeleng. "Gapapa biar gue pesen sendiri aja," rolak Tsabina yang akan berdiri namun ditahan oleh Lita. "Udah gapapa pesenin cake pak Pierre aja, biar temen baru kita tau seberapa perfect kue kantin kita," Ucap Lita yang dibalas anggukan dan senyum manis Odelia. "Bentar yah," ucap Odelia yang jalan menuju kantin pak Pierre sementara datang Rangga bersama kedua temannya Riza dan Rafael nampak mereka bertiga berjalan menuju meja tempat Tsabina duduk. "Minggir! ini tempat duduk gue," ucap Rangga sambil natap mereka berempat dan terlihat ketiganya terkejut dan akan beranjak. "Ups sorry tapi gue udah mesen tempat ini lebih dulu," secara mengejutkan Lea duduk di kursi itu sembari menatap Lita, Nia, dan Tsabina yang terkejut melihat itu. "Loh guys? Duduk sini," Ajak Lea yang mengajak 3 siswi tadi kembali duduk sementara Pratama nampak berjalan mendekati Rangga yang geram dan akan bicara. "Lu paham kan perjanjian kita soal gak ngusik orang yang lebih lemah?" Tanya Pratama yang berhadapan dengan Rangga. "Heh udah gue duga lu bakal ngelakuin ini," nampak Rangga dan Pratama saling berhadapan sementara nampak Riza dan Rafael bersiap dibelakang sama halnya dengan Nico yang siap dibelakang. "Gak ada penindasan inget itu," Ucap Pratama pada Rangga yang senyum dan memberi kode ke Riza dan Rafael untuk menjauh dari sana. "Makasih," Jawab Tsabina ramah ke Pratama yang melirik gadis itu datar. "Lu murid baru, jangan terlalu narik perhatian orang kalau gak mau kejadian kaya tadi," pesan Pratama dingin seraya berjalan menjauh diikuti Nico sementara Lea asyik duduk sambil menerima soto ayam yang telah dipesan tadi. "Hola new student, gue Lea! Charlotte Lea!" Nampak gadis berambut pendek itu memperkenalkan diri seraya menjabat tangan Tsabina. "Tsabina," balas gadis itu manis sementara Lita dan Nia nampak menepuk pundak gadis itu. "Tumben nongkrong bareng kita lagi," Kata Lita yang dibalas cengiran oleh Lea yang dibalas tatapan tajam Tsabina pada Lea, Pratama, serta Rangga. "Mereka bertiga... Kenapa menyembunyikan kekuatan spiritualnya? Dan kenapa bisa seperti itu?" Heran Tsabina sembari menerima kue yang diberikan Odelia. "Thanks," Jawab Tsabina ke Odelia yang tersenyum pada gadis itu. "Santai aja kali," Jawab Odelia sambil duduk kembali sementara Tsabina sibuk memperhatikan sekitar lalu menatap keatas. "Ternyata bener kata kak Arga... Sekolah ini... Gak kota ini punya banyak misteri, selayaknya kepingan puzzle yang tersebar di seluruh kota," Gumam Tsabina pelan dan mulai memakan kuenya. "Lu gak apa?" Tanya Lea yang menatap bingung Tsabina yang sedang berpikir. "Eh e e enggak," jawab Tsabina yang terkejut saat ditatap oleh Lea dan segera menatap kearah lain. TO BE CONTINUED
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD