bc

Jangan Tanggalkan Hijabku

book_age16+
1.2K
FOLLOW
6.3K
READ
drama
comedy
sweet
humorous
like
intro-logo
Blurb

Daily update mulai Juni 2021

MOHON TAP LOVE SEBELUM MEMBACA BAGI YANG BELUM, FOLLOW PENULISNYA JUGA YAH, SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN DAN SEMANGAT UNTUK PENULIS, TERIMAKASIH.

Qiara ialah seorang muslimah cantik yang begitu sangat mendalami agamanya. Dia adalah putri tunggal dari keluarga sederhana bapak Suherman dan ibu Sulastri. Sehari-hari Qiara hanya membantu ibu dan ayahnya bekerja di sebuah warung bakmie sederhana milik mereka. Keluarga mereka bisa terbilang berkecukupan.

Qiara sangan disukai banya kaum pria, tapi Qiara hanya terpikat pada seorang Natan yang jelas-jelas tidak memenuhi salah satu kriteria pria idamannya.

Akankah Qiara bertahan pada Natan?

Dapatkah Natan meyakinkan Qiara?

chap-preview
Free preview
Satu
Qiara Pov "Menikahlah nak, sudah waktunya kamu menikah dan memberikan cucu untuk ibu dan ayah" kata ibuku. "Bu, kalau sudah waktunya, Qia akan menikah. Jodoh sudah di atur yang kuasa bu" jawabku. "Iya, tapi sampai kapan kalau kamu tidak mencarinya nak?" tanya ibu lagi. "Bu, aku harus mencari kemana bu. Jodohku akan datang disaat yang tepat, disaat Allah sudah mengizinkanku untuk menikah" "Tapi kamu selalu menolak siapa saja yang datang melamarmu. Bukan satu atau dua orang yang datang nak, tapi sudah banyak yang kamu tolak" "Benar nak, itu anak pak Burhan itu, siapa namanya?" tanya ayah. Pak Burhan adalah seorang juragan bebek di daerah sini. "Nicholas yah" jawabku. "Nah, iya itu. Dia juga kamu tolak. Padahal menurut ayah dia itu baik, sopan dan seorang guru. Lalu pria seperti apa yang kamu cari nak? Apa kau tidak ingin mengakhiri kesendirianmu dan melewati hari-harimu dengan pasanganmu atau suamimu?" tanya ayah lagi. "Maaf ayah, ibu. Qia merasa belum cocok, percayalah kalau sudah waktunya, Qia akan di pertemukan dengan jodoh Qia. Tolong jangan paksa Qia yah, bu. Qia ingin menikah sekali seumur hidup Qia, Qia gak mau rumah tangga Qia berantakan karena tidak ada kecocokan. Qia mau menikah, kalau pilihan Qia sudah benar-benar mantap. Dan tolong untuk ayah dan ibu, jangan pernah mencoba menjodohkan Qia. Qia ingin menikah dengan pilihan Qia sendiri. Bagaimanapun nanti rumah tangga Qia, setidaknya Qia tidak menyesal dan tidak menyalahkan orang lain, karena itu adalah pilihan Qia sendiri." jelasku. Ibu dan ayah hanya mengangguk mengiyakan. "Oh iya, Qia mau izin keluar sama Adel. Tadi dia minta di temanin belanja." Lanjutku. Adelia adalah sahabat baikku. "Yasudah nak, hati-hati. Jangan macem-macem ya nak, kalau sudah selesai langsung pulang. Dan jangan pulang terlalu malam, kamu ini anak gadis, tidak baik pulang malam-malam." ayah menasehatiku. "Siap bos. Yasudah Qia pamit dulu ya yah, bu" aku mencium punggung tangan ayah dan ibuku. "Assalamu'alaikum" lanjutku. "Wa'alaikumsalam" jawab mereka serentak. Aku pergi ke rumah Adel mengendarai motor hello kittyku. Bukan motornya yang hello kitty, tapi stickernya yang hello kitty, lebih tepatnya motor scoopy. Hanya menghabiskan waktu lima belas menit, aku tiba di rumah Adel. Kutekan bel rumahnya, biasalah anak orang kaya. Tak lama muncul seorang Adel yang sudah tampil cantik dan sexi. "Hai Qia ku sayang, kita langsung cus aja ya. Motor kamu tinggal aja, kita naik mobil. Kalau kita naik motor kamu, bisa-bisa kecantikanku luntur" aku hanya geleng-geleng sambil tersenyum melihat tingkah sahabatku ini. Namun meski Adel berpakaian sexi, dia tetap sopan dan bisa menjaga diri. Sesampainya di mall yang kami tuju, "Qia, apa kau tidak berniat mencari pacar?" tanya Adel sambil memilih-milih baju yang cocok untuknya. "Untuk apa aku mencari pacar, jodoh itu akan datang dengan sendirinya" kataku santai. "Iya datang, pas di tengah jalan ada tikungan. Akhirnya dia belok dan nggak sampai-sampai. Nah, tunggu aja sampai kamu ubanan" aku tersenyum. "Jodoh itu sudah di atur oleh Allah" Adel menggeleng. "Terserahlah Qia, aku nyerah kalo bahas ini sama kamu. Oh iya, kamu pilih juga untuk kamu. Jangan mengekoriku terus, tenang saja aku yang traktir. Tapi ingat beli yang sesuai denganmu, kalau perlu yang ada hijabnya." Adel sudah hafal dengan apa yang kupakai, dia selalu mengingatkanku untuk menutup aurat meskipun dia berpakaian sexi. Tapi aku bangga dengan Adel, meskipun dia berpakaian begitu, dia tidak pernah neko-neko. Aku dan Adel memiliki pandangan yang berbeda dan agama yang berbeda. Aku islam sedangkan dia nasrani, tapi kami tetap bisa menjadi sahabat dang saling menghargai agama masing-masing. Aku beranggapan kalau wanita itu harus menutupi tubuhnya untuk menjaga aurat, tapi pandangan Adel berbeda. Menurutnya, tidak harus memakan pakaian yang tertutup, yang penting kita harus bisa menjaga diri. Bukan pakaian yang menentukan keimanan seseorang, itulah menurutnya dan aku tidak bisa menyangkal hal itu. Adel selalu mengingatkanku untuk menutup auratku, sementara aku selalu mengingatkannya untuk menjaga diri. Kami selalu saling menjaga satu sama lain layaknya seperti orang kembar. Setelah selesai kami memilih untuk pulang. "Assalmu'alaikum" aku masuk ke rumah. "Wa'alaikumsalam" jawab ayah dam ibuku serentak. Aku mencium punggung tangan ayah dan ibuku. "Sudah pulang nak,?" tanya ibuku. "Iya bu" jawabku. "Yasudah, kamu langsung mandi, setelah itu kita makan malam. Kamu pasti lelah dan lapar kan?" aku terssnyum manja. "Tadinya Qia belum lapar bu, tapi mencium aroma masakan ibu, Qia jadi lapar." ibu mengelus kepalaku. "Yasudah aku mandi dulu ya bu" kataku. Kamipun makan malam bersama, "Oh iya nak, besok kamu bisa tolong antarkan pesanan bakmie? Gak jauh dari warung kok" kata ayah. "Siap ayah" jawabku. "Yasudah, besok ayah kasih alamatnya." Aku memilih untuk cepat tidur, tapi semua gagal karena aku memikirkan apa yang dikatakan Adel. Pagi ini warung sangat ramai, bahkan kami sampai kewalahan melayani pelanggan. Kami tidak memiliki karyawan karena awalnya penghasilan kami tidak sebanyak seperti sekarang ini, kami belum sanggup untuk menggaji karyawan. Seiring berjalannya waktu, warung semakin berkembang dan ramai, tapi ayah tidak mau merekrut karyawan karena kami masih bisa menghandelnya. Meskipun hari ini sangat ramai, aku harus tetap mengantarkan pesanan yang dikatakan ayah semalam. Dengan cepat aku mengantarkannya ke sebuah apartemen yang tak jauh dari warung dengan mengendarai motor kesayanganku. Aku sudah sangat lelah di warung, di tambah lagi aku harus menaiki anak tangga apartemen ini menuju lantai empat karena lift rusak. Sungguh sangat melelahkan bukan? Tapi aku harus tetap semangat, ini semua adalah rezeki untuk keluarga kami. Aku sudah sangat lelah dan ternyata aku masih di lantai tiga, aku berhenti sejenak untuk menarik nafas, tiba-tiba hanphoneku berbunyi. ?"Assalamu'alaikum ayah" sapaku. ?"Wa'alaikumsalam nak. Kamu sudah dimana nak? Kenapa belum sampai juga? Yang mesan sudah menghubungi ayah, seharusnya kau sudah tiba" kata ayah dari seberang telepon. ?"Iya yah, harusnya sudah sampai. Tapi aku harus menaiki tangga karena lift rusak, aku sudah dilantai tiga, sebentar lagi aku sampai. Aku tarik nafas dulu sebentar" jawabku jujur. ?"Yasudah kalau begitu, hati-hati ya nak. Assalamu'alakum" ?"Wa'alaikumsalah ayah" aku mematikan teleponku. Aku kembali menaiki anak tangga menuju lantai empat. "Akhirnya sampai juga" kataku setengah menarik nafas. Kuatur nafasku, rasanya aku seperti ingin bertemu seorang pria saja. Lalu kutekan bel, Ting..tong.. Tak lama pintu terbuka, "Assalamu'alaikum" sapaku ramah, aku langsung terperanjat melihat orang yang ada di hadapanku. "Kau?"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Long Road

read
148.2K
bc

Accidentally Married

read
110.1K
bc

FINDING THE ONE

read
34.6K
bc

Aira

read
93.1K
bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
54.0K
bc

Noda Masa Lalu

read
205.6K
bc

Bukan Cinta Pertama

read
59.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook