Bab 11 : Pertama Kalinya

1057 Words
Tubuh kekar Satria yang sudah mengkilap karena keringat itu sedang berusaha memacu pinggulnya untuk mencapai kenikmatan surgawi. Desahan, lenguhan, dan suara penyatuan dua kelamin mereka bersautan menjadi satu memenuhi kamar utama itu. Tak menghiraukan jika ada Maya dan Rini yang ada di rumah itu selain mereka berdua. Tadi sore Rini memang diminta oleh Maya untuk menginap disini sebagai teman tidurnya malam ini. "Ahhh.. Dek... hhh... Sayang..." rancau Satria yang saat ini berada di atas Ayla mengukung tubuh mungil sang istri. Milik Satria saat ini terjepit kuat sekali di dalam sana. Berbeda dengan istri pertamanya. Bahkan yang lebih ia herankan ada darah segar keluar ketika Satria mencoba memasukkan miliknya pada sang istri kedua nya. Istrinya itu menjerit tertahan menahan sakit hingga menangis. "Mashh.." Tangan mulus milik Ayla memeluk bahu sang suami. Sering kali ia menggigit bahu sang suami untuk meredam desahan yang terus keluar. "Mau keluar... Eunghh..." "Bersama Sayang, Mas juga mau keluarhh," Satria menambah tempo nya dengan kepala menunduk di samping leher sang istri. "Ahhhh.." Mereka mendesah bersama. Satria melepaskan nya di dalam istrinya. Tubuh kekar Satria menegang karena membuang sisa-sisa pelepasannya. Satria harap permainan yang ia lakukan dua ronde ini dapat membuahkan hasil yang selama ini pria itu nantikan. Karena Ayla sendiri bilang jika wanita itu dalam masa subur. Satria membaringkan diri di samping istri cantiknya. Menarik tubuh istrinya dalam dekapan. "Makasih, Sayang. Mas bahagia malam ini," ungkap Satria sambil mengecupi kening istrinya yang mulai memejamkan mata. "Iya, Mas." **** "Dek bangun yuk, udah jam 4 lho." Satria menatap istrinya yang ada di dekapannya itu. Sangat cantik batin Satria. "Hmm.." "Bangun yuk, mandi dulu kan?" Mata indah Ayla mulai terbuka perlahan, manatap dada bidang suaminya yang polos. Seketika pipi Ayla memerah menatap dada telanjang suaminya. Satria terkekeh hingga tubuh nya ikut bergetar melihat pipi istrinya memerah. "Ayo mandi dulu, yuk." "M-Mas dulu sa-saja," Ayla seketika gugup mengingat keintiman dan desahan yang lolos dari bibirnya kemarin malam. Wanita itu benar-benar malu sekarang. Bagaimana ia bisa mengeluarkan suara seperti itu. "Mikir apa sih, Dek?" tanya Satria merapikan rambut Ayla, "Mikir apa, hm?" Ayla menggeleng cepat, ia tak ingin suami nya tau pikiran mesum nya. "Makasih ya, Sayang untuk tadi malam. Kamu hebat banget. Kuat banget sampe 2 ronde padahal masih pertama." Satria terkekeh sendiri karena menggoda istri keduanya itu ternyata sangat menyenangkan. "Cepet mandi, ish.." Setelah keduanya mandi, mereka langsung menjalankan ibadah sholat subuh. Dan berlanjut Ayla menyiapkan sarapan dengan Mbak Rini dan Maya. "Ekhm! Mbak Ayla, mending Mbak duduk aja lho. Nanti kalo buat berdiri atau jalan pasti sakit." ucapan Rini yang sedang berjalan melewati Ayla membuat Maya tertawa. "Kok sakit? Enggak kok, kaki saya masih sehat Mbak," "Iya saya tau kalo kaki Mbak sehat. Maksud saya kalo masih malam pertama itu pasti sakit pagi nya, Mbak." Rini dan Maya tertawa bersama melihat Ayla yang salah tingkah. "Dek," suara bariton menghentikan tawa mereka. "Tuh Mbak, pasti Mas Satria masih pengen. Namanya masih pengantin baru," bisik Rini yang mendapatkan pukulan pelan di pundak nya. "I-iya, Mas?" Satria menaikkan alisnya sebelah melihat kegugupan istrinya yang sekarang sedang merjalan ke arahnya. "Ikut Mas bentar yuk," "Tapi masaknya belum selesai." "Ada Ibu sama Mbak Rini kan?" Satria beralih menatap Maya dan Rini, "Ibu, Mbak Rini, saya izin bawa Ayla sebentar ke kamar mau packing baju," "Iya, Mas. Silakan saja, lama juga nggak apa-apa." Satria terkekeh seraya mengangguk dan langsung membawa Ayla ke kamar mereka. **** "Packing apa, Mas? Kalo nggak jadi aku mau bantuin Mbak Rini sama Ibu masak," rengek Ayla yang saat ini tengah berada di pangkuan Satria. "Orang Mbak Rini nya ngasih izin lama-lama kok." tantang Satria yang sedang mengelus punggung Ayla yang dibalut kaos. Ayla hanya memberengut sebal. "Tiba-tiba Mas pengen lagi deh, Dek." Mata Ayla terbelalak. "Pe-pengen apa?" "Kaya tadi malem, apa lagi ini," ucapnya sambil meremas buah dada Ayla, "Enak banget ternyata," "Masshh... masih pagi, nggak enak kalo kedengeran Mbak Rini sama Ibu," ucap Ayla memberikan pengertian pada suaminya. Wajah Satria berpura-pura sedih, "Ya sudah kalo gitu, nggak apa-apa," "Mas," "Nggak apa-apa, Sayang," Ayla tak tega dengan wajah sedih suaminya, walaupun sebenarnya jika seorang istri menolak keinginan suami adalah dosa. "Ya sudah, Mas boleh pilih yang lain asal jangan yang kaya tadi malem," titah Ayla yang akhirnya menyanggupi keinginan Satria. Binar bahagia jelas di mata Satria mendengar persetujuan istrinya. Akhirnya Satria memilih untuk hanya memainkan buah dada sang istri. Dibaringkan nya Ayla di ranjang memposisikan bantal tepat di bagian kepala. "Miring kesini, Sayang." Ayla juga menurut karena ini sudah menjadi keputusan nya menyanggupi permintaan Satria. Satria mulai memposisikan tubuhnya di depan dada Ayla. Pria itu menarik kaos milik Ayla ke atas setinggi dada. Dan juga bra yang dibuka pengaitnya. Satria mulai memainkan kedua benda itu. Satria mulai menyusu disana, menghisap dengan lembut hingga hisapan penuh nafsu seperti bayi kelaparan. Ayla hanya memejamkan mata menahan desahan karena lidah dan gigi suaminya yang menggodanya di bawah sana. "Masss..." "Hm?" "Mas nggak ke Surabaya?" ucap Ayla dengan sedikit menahan desahan yang ingin keluar. Satria mendongak berkata jika ia akan berkerja dari Malang, nanti sekertarisnya Eza akan mengirimkan pekerjaan nya lewat email. Dan untuk Salsa, saat ini dia sedang pemotretan di Jakarta dan akan kembali 1 minggu lagi. Setelah menjelaskan ia langsung menyerbu lagi benda milik istrinya itu. Jadi begini rasanya dimanja oleh istri? Bahkan sebelumnya aku tak pernah mendapatkan perhatian dan kelembutan seperti ini. Batin Satria yang mengeratkan pelukannya pada sang istri. "Jangan pernah tinggalkan Mas, apapun yang terjadi ke depannya, Dek." permohonan Satria yang terdengar seperti perintah yang harus dituruti oleh Ayla. Ayla yang melihat mata sendu sang suami hanya bisa mengangguk sebagai jawaban. **** "Mbak Ayla kok nggak keramas sekalian?" tanya Rini yang sedang meletakkan piring berisi tumis kangkung di meja makan. "Tadi cuma packing, Mbak." "Lebih juga nggak apa-apa, Mbak. Biar rumah makin rame kalo ada adek bayi," ucap Mbak Rini yang berjalan ke arah kulkas. Ayla hanya mendengus sebal menanggapi ucapan ART nya itu. "Mau makan sekarang, Mas?" tanya Ayla melihat Satria yang baru saja duduk. "Boleh," Ayla mulai mengambilkan nasi dan lauk untuk suami tercinta nya. "Ibu sama Mbak Rini sudah makan? Apa tinggal saya dan Dek Ayla yang belum makan?" "Saya nanti saja Mas Satria," "Lho sekarang saja, Mbak Rini. Makan bareng-bareng gini kan lebih enak," Akhirnya dengan rasa tak enak hati Rini menurut untuk makan bersama dengan Maya, Ayla, dan Satria. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD