bc

MacAron

book_age16+
26
FOLLOW
1K
READ
friends to lovers
powerful
independent
CEO
drama
comedy
icy
city
first love
stubborn
like
intro-logo
Blurb

Dua orang yang sama-sama berkeinginan bebas di pertemukan dalam suatu perjodohan. Mereka menerima semuanya dengan senang hati sebab satu tujuan dan satu keinginan. Maca dan Aron berpikir, kenapa tidak menjalankan perjodohan ini jika orang tua mereka senang mereka pun aman?

"Kita terima perjodohan itu, tapi kita ngga boleh saling ganggu." Aron berucap dengan smrik nya.

"Urusan Lo, urusan Lo. Urusan gue, urusan gue, deal?"

Tapi apakah waktu bisa menjamin kesepakatan itu?

Yukk ikuti perjalanan MacAron!!

Cover by. Pexels

CC by me in Canva free

chap-preview
Free preview
Perjodohan
Aron tercengang dengan ucapan sang ayah tadi yang memintanya untuk menerima perjodohan dengan anak teman SMA nya dulu. Aron tentu kaget, diusia yang masih terbilang muda 29 tahun, masa dia sudah di suruh menikah saja. “Papah yang bijaksana, tampan tiada tara, walaupun umur mau kepala tiga bukan berarti Aron ngga bisa loh cari calon sendiri. Aron banyak yang nembak loh, kemarin aja artis yang lagi naik daun minta Aron yang jadi pacarnya.” “Pacar settingan kali.” Aron mendelik. Itu suara Galuh sang adik sepupu durjana yang suka sekali menjadi kompor jika menyangkut jodoh kakak sepupunya itu. Aron kembalii tersenyum manis pada sang ayah yang masih menunggu dia untuk lanjut bicara dengan wajah yang datar saja. “Jadi Aron janji akan cari calon secepat mungkin supa—“ “Tiga bulan lalu kamu juga janji begitu, dan hasilnya zonk. Kamu nipu papa.” Sela ayah aron masih dengan wajah datarnya. Bapak Rama Arliendra memang memiliki sifat dingin dan tampak cool maksimal walau usiaanya kini hampir 60 tahun. Tapi sayang Aron tidak menuruni sifatnya sama sekali walau bentukan badannya sama dengan sang ayah tapi untuk sifatnya murni keturunan dari sang Bunda yang suka sekali berbicara dan humoris. Aron meringis di ingatkan janji busuknya lagi 3 bulan lalu. Yah, itu memang kesalahannya. Sebenarnya dia tidak ingin menikah, dia ingin sendiri sampai sisa hidupnya, hanya bersama ayahnya dan akan mengurus dia sendiri pula. Tapi planning hidupnya yang satu itu di tentang sang ayah mentah-mentah. Sekarang dia jadi sibuk mengulur waktu agar ayahnya tidak terlalu memiirkan jodohnya, tapi ternyata malah sebaliknya. “Aron, usia kamu sudah matang, papa juga sudah memberikan kesempatan sama kamu untuk mencari tapi selalu kamu abaikan dan kembali lagi dengan hasil yang zonk. Jadi jangan salahkan papa jika sekarang langkah yang papa ambil adalah menjodohkan kamu.” “Tapi pa—“ “Aron papa sudah tua, kamu juga sudah banyak membantu papa untuk urusan perusahaan yang sekarang semakin berkembang. Tinggal satu peran yang kamu belum jalankan.” “Berkembang biak maksud papa? Aws!” Aron mengusap tagannya sambil meringis akibat cubitan papanya tadi. “Kalau ngomong yang bener Aron, kamu ini udah tua.” “Iya aku tau papa sayang. Tapi Aron juga pernah bilang kalau Aron mau hidup sendiri kan? Papa harusnya dukung keinginan Aron dong kalau bukan tujuan berkembang biak yang Aron sebut itu salah.” Aron mengungkapkan alasannya dengan otak yang dia punya. Semoga saja kali ini sang ayah bisa merestui apa yang dia rencanakan. Rama menghela napas panjang, dia menatap anak satu-satunya itu intens, “Ini keinginan Almarhum Bunda kamu supaya punya penerus Aron. Dia pengin nimang cucu.” *** “Sayang Appa mau jodohin kamu sama anak temen Appa yang nama—“ “Ngga mau.” Suara tegas seorang Macania Sara mengalun jelas di ruang tamu. Dimana hanya ada dia dan sang Appa, bapak Haru Alden Anggara. Berbeda dengan kehidupan Aron, kehidupan Maca dan Appanya terbalik, si Ayah yang suka sekali bicara sedangkan putrinya terkesan dingin sebab menuruni sifat sang Ibu yang memang tegas dan tidak suka bertele-tele. Sebenarnya Maca tidak sekaku itu kok, dia juga suka bercanda dengan Appanya tapi setelah meninggalnya sang Ibu dia jadi lebih mandiri dalam hidupnya dan juga suaranya. “Duh anak papa yang ontang anting* ini. Jangan nyela dulu, jangan nolak dulu. Kamu juga belum ketemu orangnya gimana. Kita ketemu dulu baru kamu putusin, Appa janji ngga akan maksa kamu kok, kalau ngga terpaksa.” Haru tersenyum lebar pada sang putri. Walau rambutnya sudah banyak berubah jadi uban tetap saja jiwa humornya yang sudah tertanam sejak embrio itu tidak pernah luntur. Terutama pada sang putri yang kini dia rasa terlalu banyak mandiri sejak sepeninggal istrinya 13 tahun silam. “Kan Appa mulai jahil lagi. Aku mau ke kamar ku dulu.” Maca beranjak berdiri dan melangkah menuju kamarnya sebelum ucapan sang Ayah memaksanya untuk berhenti. “Maaf Appa selama ini banyak mengabaikan kamu setelah Ibu ke surga. Maaf selalu buat kamu mandiri sebelum waktunya, tapi Maca, kamu perempuan dan  harus punya hal untuk dilindungi. Papa sudah tua nak, Appa Cuma mau kamu menemukan orang lain yang lebih pantas. Walau Appa tau kamu juga bisa melindungi diri sendiri.” Maca terdiam. Ini bukan perkataan terpanjang sang ayah selama hidup mereka, tapi Maca rasa keseriusan dari ucapan Appanya memang menunjukkan betapa dalam harapan itu terwujud. Maca juga tau kalau ayahnya akan selalu menyalahkan diri dengan semua keadaaan. Padahal Maca sangat tau kalau semua ini juga bukan keinginan siapapun apalagi keinginan mereka berdua. Maca berbalik dan mendekap sang ayah yang kini mulai menangis. Begitulah seorang Haru 13 tahun ini yang sebenarnya. dia rapuh tanpa istri tercintanya dia juga selalu merasa bersalah pada putri ontang antingnya. “Jangan bilang begitu Appa, Maca ngga suka. Appa udah jadi ayah terhebat selama 26 tahun ini. Maca akan coba lihat orangnya sesuai keinginan Appa.” Haru tersenyum senang. Memang Maca adalah anak kandungnya pure 100 % no debat. Dia benar-benar mirip Ibunya. Mudah sekali di jebak dengan derai air mata miliknya. “Papa pegang ucapan kamu.” *** Kesepakatan di dua belah pihak sudah diambil. Meskipun belum vinal tapi dua duda dengan beda sifat bak langit dan bumi itu girang bukan main. Mereka senang anak mereka mau untuk melangkah ke tahap pertama. Setidaknya mereka bisa mencoba peruntungan. Dan jika anak anak tua itu tidak mau di jodohkan maka mungkin saja plan B yang sedang di racang dua duda itu akan terlaksana esok pagi. “Deal. Kita akan laksanakan plan B kalau keadaan emang urgen banget. Dan berdasarkan keputusan gue murni bukan lo. Sebab anak gue yang jadi korbannya.” Suara Haru tegas membuat keputusan. “Hem. Gue ikut lo aja.” Sambungan di tutup. Haru yang akan bicara masih panjang lebar akhirnya hanya berdecak kesal. Memang temannya yang irit bicara itu sangat menjengkelkan. Keesokan harinya tepat pukul 8 pagi, sekali malah. Di saat orang-orang baru beraktifias di weekand ini, atau malah masih tidur, Aron dan juga Rama sudah bersiap menuju ke rumah Haru untuk melamar Maca. “Ya ampun Aron! Kamu mau main atau mau lamar anak orang?” Aron tertawa. Dia bukan menertawakan dirinya sendiri tapi menertawakan sang ayah yang kini bahkan mau berucap panjang lebar. Sepertinya ayahnya mulai berubah dan nampak bahagia dengan planning perjodohan ini. “Malah ketawa. Sana ganti dengan jas yang lebih rapih dan formal. Ini hari penting kamu.” Aron tidak membangkang sekarang. Jiwa jahilnya meredup dengan kebahagiaan soal ayahnya tadi. Baiklah sepertinya demi sang ayah, Aron akan menuruti permintaan perjodohan ini. Sampai di rumah Maca, dua pasang anak ayah itu kini sedang duduk serius di meja bundar milik keluarga Haru. Baru beberapa detik lalu, Aron dengan santainya menyatakan untuk melamar Maca sebagai bentuk perjodohan mereka. Dan kini Maca yang paling cantik diantara semua orang hanya bisa menghemuskan napas. Dia sejujurnya belum mau menerima ini semua. Apalagi dengan Aron yang baginya adalah orang asing. “Boleh Maca sama Aron Bicara dulu?” Bersambung... Yukk ikutin Aron teruss

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Revenge

read
35.4K
bc

Beautiful Pain

read
13.6K
bc

DIHAMILI PAKSA Duda Mafia Anak 1

read
40.6K
bc

MY LITTLE BRIDE (Rahasia Istri Pengganti)

read
19.2K
bc

Oh, My Boss

read
386.8K
bc

Penghangat Ranjang Tuan CEO

read
33.5K
bc

Hati Yang Tersakiti

read
6.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook