Satu Tujuan

1186 Words
“Lo mau kita mulai dari mana?“ Aron membuka percakapan antara mereka berdua. Tadi Maca meminta we time pada kedua orang tua mereka untuk membicarakan hubungan mereka sebab ini memang terlalu cepat dan mereka belum sama sekali mengenal. Jadi Aron rasa ini adalha sesi penting dari perjodohan mereka. Walau jujur ini merepotkan tapi demi ayahnya dia akan lakuan. “Oke to the point, gue punya prinsip mandiri dan itu berlaku untuk diri gue selamanya. Dengan kata lain—“ “LO NGGA MAU MENIKAH DAN PUNYA ANAK!” tiba-tiba Aron langsung memotong perkataan Maca dengan sangat girangnya. Dia bahkan sambil berjingkrak seperti orang yang baru saja mendapat lotre. Sontak itu membuat Maca jadi bingung. Dia kira tadi Aron akan marah padanya tapi nyatanya itu tidak terjadi sama sekali. “Kayaanya lo sedih banget.” “Gue seneng banget!!” Aron sekarang malah kelepasan memeluk Maca yang masih bingung. “Gini Maca, fakta yang sangat menguntungkan saat ini adalah gue juga ngga mau punya anak, dan persis kaya lo, gue ngga mau urusan gue di ganggu. So, kita terima perjodohan itu, tapi kita ngga boleh saling ganggu.” Aron berucap degan smirknya. Maca tersenyum lebar saat paham situasi diantara dia dan Aron sekarang. “Urusan lo, urusan lo. Urusan gue urusan gue. Ngga boleh lo usik. Deal?” sela Maca sambil menyodorkan tangannyaa untuk simbolis kesepakatan mereka. Aron yang melihat itu tentu dengan senang hati menyambut tangan kecil nan halus Maca sambil berucap keras dengan senyum lebar, “Deal!!” Sejak kesepakatan itu di buat mereka berdua semakin terbuka. Memiliki tujuan yang sama membuat perjodohan ini tidak mereka resahkan sekarang. Dua anak manusia itu kini malah asyik memakan es krim di pinggir taman komplek, megabaikan dua orang tua yang mungkin saja menunggu mereka di rumah. “Jadi kalau di tanya mau kapan nikahnya, kita jawab enaknya kapan?” Aron bertanya topik yang sejak tadi mereka bahas yaitu pernikahan. Aron rasa semua settingan ini harus terasa nyata sehingga mereka berdua harus kompak di mata dunia besok. “Gimana kalau seminggu lagi aja? Minggu besok jadwal gue kosong. Jadi sekalian buat ngisi waktu luang.” Aron mengangguk. ‘sekalian mengisi waktu luang’ ternyata sesimple itu pernikahan bagi Maca. Tapi jika di pikir lagi Aron juga tidak terlalu memusingkan pernikahan ini, toh setelah menikah tuntutan akan sirna. Ituan tujuan utama mereka. Setelah selesai mereka pulang dan kembali membicarakan semua persiapan pernikahan. Aron dan Maca bersikap seperti saling menerima dan menjadi pasangan yang baik di depan orang tua mereka. Baik Haru dan Rama juga senang melihat itu. mereka jadi lega dengan keberhasila perjodohan dadakan mereka ini. “Boleh ngga Appa usul tema pernikahan kalian?” tiba-tiba Haru berucap setelah keputusan hari pernikahan di tetapkan satu minggu lagi. “Appa mau usul apa dulu? Nanti kita pikirin lagi.”Maca berucap santai. Dia tadi tidak terpikirkan tema pernikahan malah. Tapi lucu juga jika pernikahan ini memiliki tema tersendiri. “Macaron, itu tadi Appa iseng aja gabungin nama kalian berdua, eh ternyata ada loh makanan yang namanya itu. Jadi pake tema itu aja, antimaenstream!” “Aaaa PaMer emang the best lah idenya. Setuju banget aku mah, kalau bisa tambahin ala-ala anime juga. Makin uwaw deh pernikahan kita Ca.” Respon Aron sangat menggelitik Maca. Lagi panggilan PaMer untuk papanya tadi. Sungguh membuat Maca ingin tertawa keras. “Eh kok pamer si kamu bilangnya?” Haru berucap setelah mengingat lagi perkataan Aron tadi. “Iya itu singkatan Papa Mertua, jadi PaMer.” Kini giliran Rama yang terkikik geli melihat tingkah Aron dan Haru yang terlihat konyol. Mereka satu sifat dan terlihat seperti serasi sekali jika sedang memahas soal yang tidak penting seperti tadi. “Oo gitu, jadi boleh lah panggil Rama CaBes, Rama calon besan.” Mereka semua tertawa melihat reaksi Rama yang kini bak orang yang muntaber. Ah, sepertinya mereka akan jadi keluarga yang bahagia. *** Seminggu berlalu dan mereka menjalani dengan super sibuk. Maca dan Aron selain mengurus pernikahan juga mengurus perusahaan menjadikan pertemuan mereka hanya beberapa kali saja, itupun tidak lama. Tapi hasil dari semua usaha mereka terbayar sudah saat hari H semua sudah siap dan perfect sesuai apa yang mereka mau. Tema yang diajukan Papa Heru juga di ambil tapi tidak seharfiah macaron yang sesungguhnya berbentuk bulat dengan selai di tengahnya. Aron dan Maca mengambil warna soft seperti kebanyakan macaron untuk warna gaun mereka dan latar altar yang menjadi saksi pernikahan mereka nanti. untuk makanan baru macaron asli di sajikan. Semua nampak serasi dengan warna pastel yang tidak mencolok dan desain out door yang sederhana membuat hari ini sangat sempurna. Banyak undangan yang datang terutama dari pihak Aron. Anak itu memang humble tingkat dewa. “Masya Aronn!! Lo kaya orang abis di permak tau ngga sih?” salah satu teman Aron yang bernama Desta itu membolak-balik tubuh Aron seolah sangat specless dengan penampilan lelaki itu. “Iya dong, tabah ganteng kan?” “Tambah ancur Ron!!” gelak tawa kini terdengar sangat keras. Aron yang sudah terbbiasa dengan sikap jahil Desta merasa tidak masalah dengan itu. Gerombolan Aron yang kini sedang ngakak terdiri dari 8 orang. semuanya adalah teman SMA yang dulu satu ekskul basket. Mereka menjalin persahabatan sampai setua sekarang. Sungguh contoh yang patut di teruskan. Setelah acara janji suci di altar Aron dan Maca resmi menjadi pasangan sehidup semati. Mereka melanjutkan langsung dengan resepsi yang di hadiri kurang lebih seribu tamu undangan. Kebanyakan tamu dari Rama dan Haru, sebagian dari Aron dan sedikit dari Maca. Aron bahan seperti tidak melihat Maca berkumpul seperti dirinya dengan sahabatnya. Dia jadi merasa ingin tau lebih soal kehidupan perempuan mandiri dan dingin itu. “Jangan lupa makan.” Ucap Aron sambil menyodorkan beberapa Macaron yang dia ambil di depan tadi. Kini mereka sedang berada di bangku yang sedikit tertutupi pohon. Tadi Aron melihat Maca sendiri di sini jadi dia penasaran apa yang sedang istrinya lakukan. “Thanks. Lo juga harus makan.” Maca menyuapi satu macaron pada Aron yang dengan senang hati dia makan. Wanita itu tersenyum setelahnya. Tapi Aron rasa istrinya menyembunyikan kesedihan. “Gue penasaran sama janji lo sama Tuhan buat suami lo ini.” Aron melirik sekilas Maca yang sedang mengunyah macaron sekarang. Maca melirik Aron sedikit terkikik geli membuat Aron jadi ingin cepat tau apa yang akan dia katakan. “Namanya juga janji sama Tuhan, gue sama Tuhan dong yang harus tau. Lo ngga usah.” Jawab Maca mencoba menyembunyikan semuanya. Aron mengangguk. “Kalau gue si mau ember aja sama lo.” Aron menjeda sedikit ucapannya. “Dengerin nih janji manis gue. Apapun hal yang kita lewatin gue pasti selalu terbuka sama lo. Semua hal bahkan soal gosip ibu-ibu tukang sayur bila perlu gue kasih tau.” Aron tersenyum mendengar kikikan Maca. Dia menghadap gadis cantik yang sekarang menjadi istrinya. “So, gue juga mau lo jangan sungkan kalau mau cerita. Gue terima curhatan juga. No ember No bocor, plus ada garansi seumur hidup berlabel SNI. Jadi lo tenang aja.” Maca tertawa keras. Entah kenapa lelucon Aron bisa mengalihkan pikirannya. “Nah gitu. jangan sedih lagi.” Maca merasakan tangan Aron yang mengusap kepalanya. Rasanya sedikit ringan. Bersambung... Ikutin Maca dan Aron terus yaaa
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD