Cieee Shiro trending !
----------------------------------------------------
"Tring...., trijng..., triiing...!! "
Sebuah pesan aplikasi hijau berbunyi.
"Hmm...., siapa yah?" pikirku dalam hati sambil membuka isi pesan masuk tersebut.
"Senja..., bisa mampir ke tempat Oom sebentar?, ada yang Oom mau bicarain!
Sudah pulang sekolah kan?, jangan lupa!"
"Shiro...!, Shiro...!" begitu isi pesan dengan profil pengirim bergambar pengemudi vespa pelangi yang tak lain adalah Oom Dirga. Ku kantong kembali gawaiku, bersiap menuju pintu keluar parkir sekolah.
"Senja!", suara Bimo sambil mencegah laju kendaraan.
"Apa?!", jawabku singkat, mataku memandang gawai berisi pesan yang diperlihatkan Bimo.
"Bilangin Senja, Kakak nunggu di perempatan!", isi pesan tersebut.
Bimo memutar arah kendaraannya lalu pergi sambil tertawa.
Ku lanjutkan melanjutkan kendaraan melewati jalan utama seperti biasa.
Ya, jarak antara sekolah dengan rumah yang berada di kawasan penyangga, terbilang cukup jauh untuk ditempuh.
Apabila keadaan jalan sepi tanpa kendaraan mungkin hanya tertempuh 20 menit saja.
Namun kondisi tersebut mungkin dapat terjadi untuk waktu tertentu saja,
biasanya terjadi hanya setahun sekali, yaitu saat libur panjang keagamaan.
Padahal rute yang ku tempuh hanya jalan lurus satu arah.
Dapat dibayangkan apabila tak ada jalan seperti ini, berapa lama waktu yang harus di tempuh untuk mencapai tujuan?
Ku arahkan si oren untuk menepi, menghampiri Jingga yang tengah menunggu di halte depan kampusnya.
"Emang mau kemana siy?", se-sampainya di halte sesaat Jingga datang menghampiri, dan memposisikan diri duduk dibelakangku
"Ga kemana-mana..., mau ikut Senja aja".
"Dah...., ah, jalan!", perintahnya kemudian.
"Hadeeh..., tambah satu lagi, ngga jelas!", ucapku dalam hati. Terpaksa aku tetap melanjutkan menuju tempat Oom Dirga.
**'**' '
Dari kejauhan. terlihat Oon dirga sedang melakukan "shoot cam" menggunakan gawai, kupercepat laju si oren.
Berhenti tepat disebelahnya.
"Hei senja...., ada berita bagus nih!",
sesaat ku lakukan standar ganda pada kendaraan.
"Berita apa Om....?, oh iya kenalin ini...,!",
"Hai Jingga..., pa kabar?",
potong Om Dirga, yang ternyata telah saling mengenal karena dari kampus yang sama.
"Lho..., Om sama Jingga udah saling kenal!"mencoba meyakinkan.
" Ya...., kenal lah, anak teknik plus yutuper !",
" Sampe i********: gue belum di follback sangking tenarnya ! ",
komplain Jingga di balas dengan cengiran Oom Dirga," Sorry deh Jingga, blom sempet buka. "sambil merapikan rambut panjangnya.
" Yuk ke Work shop", lalu mempersilahkan.
Ku lihat motor Widya bersandar diantara beberapa motor yang berjejer.
"Widya ada dimana Oom?", tanyaku.
"Ada...., lagi main ke sebelah", jawabnya lalu membuka laptopnya sambil mempersiapkan pengeditan untuk pengambilan gambar yang baru saja di lakukannya.
Lalu,
"Nih baca aja sendiri",
Sambil memperlihatkan beberapa email masuk, serta penawaran lainnya.dilanjutkan dengan membuka foto hasil editan sebelumnya namun membuatku sedikit terkejut.
"Oom...., ini kan Widya sama Neno?", tanyaku heran,
"Kapan nih Oom?", lanjutku.
"Dirga....!,
Tamu ngga di suguhin nih?!", ujar Jingga merasa terabaikan.
"Eeeh...!, sorry, sorry..., lalu bergegas ke dapur.
" Dasar cowok! ", balas Jingga cekikikan.
Aku masih memperhatikan layar, membuka beberapa foto hasil editan, tiba-tiba!",
"Eh, mas Senja udah sampai sini juga", suara Widya membuat ku menoleh, namun terlihat di belakang, sosok Neno masuk mengikuti.
"Duh, kacau nih!", pikirku.
Keduanya menghampiri kami,
dengan sedikit canggung akhirnya ku memperkenalkan Jingga kepada mereka berdua.
juga menerangkan bahwa Jingga satu kampus dengan Oom Dirga.
Suasana kembali cair dengan datangnya beberapa minuman kaleng, serta cemilan yang di bawa oleh Oom Dirga, membuat ku sedikit lega.
Sesuatu yang tak terduga dan ku khawatirkan akhirnya terjadi juga.
Entah sengaja atau tidak. Neno melihat Jingga menggandeng tanganku dengan pandangan mesra.
Tak kuasa menahan, lalu beranjak berjalan keluar dengan raut masam serta wajah menahan isak tangis.
Tak dihiraukannya Widya yang mengajaknya untuk mendinginkan suasana.
"Mas Senja ini kenapa sih?!", tanya Widya sedikit kecewa lalu ,"Sudah..., kejar sana", perintahnya lagi.
Setengah bingung, ku melemparkan pandangan kepada Jingga.
"Sudah...., kejar sana!",
Jingga merespon sebaliknya dan menganjurkan diriku untuk menyusulnya sambil menampakkan wajah tersenyum.
Ku nyalakan motor dan berusaha mengejar diriya,
"semoga saja belum jauh".
Pikirku sambil mataku terus memandang beberapa ojek online yang ku lewati.
Hingga, "pak, pak...., berhenti!",
pintaku sambil menyetop ojek online yang ditumpangi Neno, membayarnya serta mempersilahkan nya untuk pergi.
"Naik!",
perintahku kemudian, karena posisi yang berada tepat ditengah keramaian.
Menuruti perintahku, namun masih dengan sikap bungkam hingga ku tepikan kendaraan, persis dekat sebuah taman.
"Kamu kenapa, Neno?", tanyaku lembut.
"Oke !", sedikit ketus Neno berkata.
"Jingga itu siapa kamu !, Sudah berapa lama dekat sama kamu !, kenapa sikapnya begitu ke kamu !, lantas aku ini apa !?, Jelasih coba... Jujur !, ga ada yang boleh di tutupin !".
"Weeew.... Ajiib, sedep... ! ", begini toh, rasanya kalo ter-intimidasi secara mental skala nasional.
Jantung yang sedari awal berdetak normal berubah signifikan menjadi naik skala 6'5 ah..., tidak !, mungkin sudah mencapai 8'0 skala richter.
"Ok.. Baik!", kuceritakan semuanya secara detail walau dengan sedikit paksaan.pun aku terdiam menunggu
Neno mengeluarkan tanggapan. Hening sesaat, dan...,
"Ya sudah..., sekarang anterin pulang!", perintahnya dengan tenang, seolah kejadian yang baru saja terjadi bukanlah sesuatu hal untuk di perpanjang.
"What....!", segitu doang...!!
Hadeeeh......?!!
Sesaat setelah mengantarkan dan berpamitan untuk pulang, Neno
menghampiri dan berkata, "Senja...., terima kasih atas semua keterangan dan kejujuran, Neno..., akan tetap bertahan". Ucapan yang membuat aku kembali berfikir selama perjalan pulang, tapi...,?
"Waduh?!!",
"Jingga....!!!
Widya datang menghampiri, sesaat ku menutup serta mengunci pintu gerbang.
" Emang itu pesen ngga nyampe?, makanya jangan cuma di kantongin dong", goda Widya.
"Sampe mana dianterin?", tanyaku sambil masuk, terlihat sepertinya Mama, dan
Papa serta mba Sri sudah terlelap. Jam menunjukkan pukul sembilan malam.
"Pulang sendiri, ngga lama mas Senja pergi menyusul Neno tadi",
oh iya mas Senja, lumayan tuh sewa Shiro plus Endorsan!? ". Ujar Widya lagi.
" Bukannya kamu juga dapet? ", balasku. Lalu," dah ah, mau bersih-bersih tidur.
"Mas, Jingga itu yang tadi ketemu di work shop Oom Dirga, siapa?", tanya Widya dengan wajah penasaran.
"Sudah ah, besok-besok aja ceritanya!", seraya berlalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, namun sekembalinya,
"Widya ?, ngapain disini, bukannya pergi tidur !", terlihat sedang memainkan gawai sambil merebahkan diri di kasurku.
"Mau tidur disini sambil denger ceritanya?!", jawabnya sambil beringsut menggeser posisi memberikan tempat untukku.
"Dasar perempuan", jawabku.
Lalu aku menceritakan segala tentang Jingga, namun belum usai ku bercerita, dengan pulasnya Widya tertidur,
"Hmm, kurasa dirinya mungkin lelah menunggu untuk membukakan aku pintu", kataku dalam hati.
Begitu pun aku merasakan kantuk tak tertahankan, setelah melalui bianglala isi hati wanita yang tak akan pernah di mengerti.
*****
*****