Bab 2

1007 Words
"Ada apa, Bang? Kenapa Abang teriak-teriak?" tanyanya. "Darimana saja kamu hah?" "Aku baru selesai memandikan Ikhsan disumur belakang rumah bang, air kran seharian ini mati," sahut Tini perempuan berbaju lusuh tadi. Sambil ia berjalan masuk ke kamar sempit mereka. Ia pun meletakkan anak laki-lakinya yang bernama Ikhsan tadi di atas kasur seraya memberinya mainan yang nampak sudah rusak. Lalu ia membuka lemari dan mengambil satu stel baju untuk dipakaikan ke anaknya. Kemudian ia menghampiri sang anak dan mulai memakaikan baju pada sang anak. Nusi yang datang dengan emosi menggebu-gebu kembali menggebrak pintu. Braaakkkkkkkkk!!! Mungkin jika digebrak sekali lagi akan hancur pintu itu. "Ada apa sih Bang pulang marah-marah? Bukannya tadi kamu ditelpon masih baik-baik aja?" tanya sang istri yang nampak sudah selesai memakaikan baju pada sang anak. "Kamu kemana saja hari ini Tin?" "Aku?? Aku dirumah saja tak kemana-mana Bang," "Bohong!" "Demi Allah Bang aku tak pernah kemana-mana Abang kan tau sendiri," "Kamu selingkuh kan? Kamu jalan dengan laki-laki lain dibelakang ku kan? Iyaa kaan?!!" tanya Nusi dengan penuh emosi, hingga urat-urat lehernya pun terlihat. "Astaghfirullah Bang jangan asal kalo ngomong. Aku saja tidak pernah kemana-mana jika tidak dengan Abang, gimana aku selingkuh Bang?" "Jangan bohong kamu. Jawab yang jujur!!" gertak Nusi sembari menggebrak meja didepannya. Tini pun terperanjat kaget hingga sang anak yang berada di pangkuannya pun menangis. "Keterlaluan kamu Bang nuduh aku selingkuh!" "Aku tidak nuduh aku punya buktinya!" "Bukti apa? Mana buktinya kalo aku selingkuh?" tanya tini dengan berderai air mata. Nusi pun terdiam mengatur nafasnya yang memburu karna terbakar emosi. "Tadi ada yang bilang padaku ada laki-laki yang sering datang kesini menemuimu, siapa dia?" "Laki-laki? Tak pernah ada laki-laki datang kemari Bang!" "Halah nggak usah bohong kamu!" "Aku gak bohong Bang, sumpah Demi Allah!!" "Pasti itu laki-laki selingkuhan mu kan Tin? Iyakan?!!" kembali Nusi menggebrak meja. "Astaghfirullah Bang, aku ini tak pernah macam-macam selama jadi istrimu. Kerjaanku hanya mengurus anak dan mengurus rumah. Bagaimana bisa kamu berpikir aku selingkuh bang?!" jelas Tini dengan tersedu-sedu. "Awas aja kalo suatu hari nanti terbukti kamu selingkuh bawa laki-laki ke rumah ini, akan aku ceraikan kamu!!" ancam Nusi seraya meninggalkan Tini yang masih terduduk dan menangis. Yaa Allah ada apa lagi ini?? Siapa yang sudah tega memfitnahku pada bang Nusi?? Aku tak pernah memasukkan laki-laki di rumah suamiku. Aku selalu patuh dan menjaga apa yang dia titipkan padaku. Tunjukkanlah kebenarannya Yaa Allah. Aamiin Ia usap sisa air mata diwajahnya. Ia pandangi sang anak yang juga tengah memandang nya. Ia pun tersenyum seraya berkata "Sudah Ibu nggak apa-apa nak." Ia peluk sang anak dan berharap semoga keadaan segera baik-baik saja. "Adek main dulu sendiri ya ibu mau buatin minum buat bapak." Seakan mengerti bahwa ibunya sedang tak baik-baik saja anak laki-laki itupun nurut saja. Setelahnya Tini bergegas ke dapur untuk membuatkan suaminya minum. Ia bawa secangkir kopi ke depan rumah dan ia letakkan disamping suami yang amat sangat dicintainya. Ia pandangi sang suami yang tengah menikmati sebatang rokok. Tubuh tinggi tegap dengan rahang yang kokoh serta sorot mata yang tajam. Belum pernah suaminya berbuat sekasar ini padanya. Baru kali ini ia melihat suaminya semarah ini dan berbicara kasar padanya. "Bang apa yang sebenarnya terjadi?" Ia beranikan diri bertanya pada suaminya. "Aku mendengar ada yang berkata bahwa kau membawa masuk laki-laki ke dalam rumah ini," "Siapa yang bicara bang?" "Tak perlu kau tau," "Tapi itu semua tak benar Bang, aku tak berbuat demikian," Nusi pun terdiam seraya memainkan batang rokok dijarinya. "Hmmm maling mana ada yang ngaku Tin!" ucapnya kemudian, membuat Tini terkejut "Jadi maksud Abang, Abang percaya omongan orang itu daripada omonganku Bang? Tega kamu bang memfitnahku!" "Hahh fitnah-fitnah... ngaku aja kalo kamu emang selingkuh. Buktinya tiga hari yang lalu saat aku menelpon mu terdengar suaramu yang ngos-ngosan itu pasti kamu habis main sama selingkuhan mu itukan?!!" ucap Nusi dengan nada tinggi. "Astaghfirullah Bang, waktu itu kamu telpon aku baru saja selesai nyucii Banggg. Wajar jika suaraku terdengar ngos-ngosan. Abang pikir saja gimana capeknya aku nyuci baju satu rumah setiap hari belum lagi kerjaan yang lain Bang!" "Alah alasan saja kamu! Akan aku pantau terus kamu setiap hari. Awas saja jika sampai benar ketahuan selingkuh, akan aku ceraikan kamu Tini!" ucap Nusi dengan menatap tajam pada istrinya. "Sebaiknya mulai sekarang kamu putuskan hubunganmu dengan lelaki itu sebelum aku semakin marah!" sambungnya seraya mengambil sebatang rokok lagi dan menyulutnya, lalu menyemburkan asapnya ke wajah Tini. Sontak Tini pun terbatuk-batuk. Nusi yang melihat Tini terbatuk-batuk malah tertawa dan menyemburkan lagi asap rokok ke wajahnya. "Ha..ha..haa.. makan tuh asap dasar tukang selingkuh!" makinya, lalu ia berdiri dan meninggalkan rumah dengan mengendarai motornya. Wajahnya tersenyum puas melihat sang istri yang baru saja ia tuduh. Dalam isi kepalanya tak sabar ingin segera memeluk tubuh molek perempuan simpanannya yang sebentar lagi akan jadi istri sahnya. Tentunya setelah berhasil mendepak Tini keluar dari rumahnya. Ia pun melajukan motor dengan cepat agar segera sampai ke kos-kosan Ningsih, simpanannya. Didepan rumah pasca ditinggalkan suaminya yang entah pergi kemana. Tini pun memutuskan untuk masuk ke dalam rumah dan menguncinya. Sebagai bentuk antisipasi agar tak ada orang yang berani memfitnah nya lagi. Ia pun masuk ke dalam kamar dan ia lihat sang anak telah tertidur dengan sendirinya. Tini pun duduk disamping sang anak. Lagi-lagi air matanya menetes. Tini pun hanya bisa bersabar dan berdoa semoga Allah melindungi rumah tangganya dari terpaan badai fitnah yang tengah menerjang keduanya. Ia putuskan untuk melupakan sejenak masalah yang baru saja menghampiri nya dan bersiap menunaikan sholat dzuhur karna sebentar lagi adzan dzuhur akan berkumandang. Ia ingin mengadu pada Allah subhanahu wa ta'ala atas apa yang terjadi hari ini. Karna ia yakin Allah tau apa yang sebenarnya terjadi. Allah tidak pernah tidur. Dan Allah selalu bersama dengan orang-orang yang sabar. "Buuu.. buuu.." tiba-tiba Ikhsan anak lelakinya terbangun dan mendekati nya. Seakan tau Ibunya sedang dalam keadaan sedih, anak itupun meraih tangan Ibunya dan memeluknya lalu kembali ia tertidur sembari tersenyum manis pada sang Ibu. Tini pun lekas menghapus air matanya dan tersenyum melihat tingkah sang putra yang begitu menggemaskan. Seakan-akan sang putra tengah berkata lewat tindakannya bahwa ia akan selalu ada dan melindungi Ibunya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD