bc

Mengandung Anak Konglomerat

book_age18+
767
FOLLOW
2.3K
READ
billionaire
possessive
love after marriage
pregnant
CEO
drama
city
enimies to lovers
sassy
virgin
like
intro-logo
Blurb

"Jadilah istri kedua suamiku dan berikan keturunan untuknya. Setelah itu, pergi dari kehidupan suamiku untuk selamanya!"

Rea tercengang mendengar permintaan Rania Dewantara, seorang wanita konglomerat yang tidak bisa memberikan anak kepada suaminya.

Demi terbebas dari warisan hutang yang ditanggungnya. Realina Brimantara menyetujui permintaan Rania untuk menjadi istri kedua Kenzie Mahardika, suami dari Rania.

Karena trauma terhadap sosok orang ketiga dalam pernikahan orang tuanya, Rea tidak mau menjadi orang ketiga dalam pernikahan Kenzie dan Rania. Dia pun bertekad mengandung anak Kenzie tanpa melakukan hubungan badan dengannya. Rea nekad melakukan transfer embrio milik Rania ke dalam rahimnya.

Ketidaktahuan Rania tentang identitas bayi dalam kandungan Rea, menyebabkan Rania cemburu pada kedekatan Rea dan suaminya.

Kesalahpahaman pun terjadi, ketika Aditya Mahardika, adik Kenzie yang menyukai Rania, menyalahkan Rea atas kesedihan yang menimpa Rania. Dengan sikap kasar dan arogannya, Aditya selalu mengganggu Rea hingga mereka saling membenci.

Bagaimanakah kelanjutan hubungan Rania, Kenzie dan Rea? Akankah Rea takluk pada pesona Kenzie atau justru jatuh cinta kepada Aditya?

chap-preview
Free preview
Perjanjian Pernikahan
"Jadilah istri kedua suamiku dan berikan keturunan untuknya. Setelah itu, pergi dari kehidupan suamiku untuk selamanya!" Bagai disambar petir, aku tercengang mendengar permintaan wanita di hadapanku. Seketika, pikiranku kosong karena kata-katanya. "Jika kamu bersedia, bukan hanya hutang ayahmu kepada keluargaku yang akan lunas. Tapi, aku juga akan melunasi semua hutang ayahmu ke bank. Dan aku akan menjamin kehidupanmu," sambungnya. Mataku menatap lekat wajah wanita gila yang baru saja mengajukan banyak penawaran kepadaku. Air mata wanita itu menggenang, bibir bawahnya terlihat bergetar dan kedua telapak tangannya terkepal. Melihat sekilas saja, aku yakin jika wanita itu terpaksa menawarkan hal gila tersebut. Ya, Wanita mana yang rela berbagi suami dengan wanita lain. Dan aku pun tidak sudi mengambil suami milik wanita lain. "Bagaimana kalau aku menolak?" Ku beranikan diri untuk bertanya. Suaraku tercekat karena rasa kaget dan takut yang aku alami. Kaget karena permintaan wanita itu dan takut pada para pria yang datang bersamanya. Wanita itu tidak datang sendirian. Dia datang dengan membawa pengawal yang terlihat menyeramkan. Bulu kudukku sampai berdiri melihat tatapan sangar para pengawalnya. "Jika kamu menolak. Bayar semua hutang ayahmu sekarang juga," jawabnya. Suara wanita itu terkesan dingin, membuat bulu kudukku yang sudah berdiri, semakin berdiri tegak. Aku menggigit bagian tengah jari telunjukku yang terkepal. Pikiranku melayang menimbang-nimbang tawaran wanita tersebut dan mengingat tujuan awalnya mendatangiku. Wanita itu, Rania Dewantara. Satu jam lalu, dia datang menemuiku untuk menagih hutang. Bukan hutang milikku tapi hutang ayah yang diwariskan kepadaku. Namaku, Realina Brimantara. Aku anak satu-satunya dari pasangan Adi Brimantara dan Erlina Brimantara. Dulu kehidupanku sangat bahagia. Aku hidup bak putri raja. Ayahku seorang pengusaha batu bara yang kekayaannya melimpah ruah. Banyak orang yang kagum kepadanya, termasuk para wanita. Suatu hari, seorang wanita datang menggoda ayahku. Dia menjerat ayah untuk mendapatkan hartanya. Kehidupanku berubah sejak ayah menikah dengan wanita itu. Karena cintanya kepada wanita itu, ayah sampai tega mengusir aku dan ibuku dari rumah. Hidupku dan ibuku terkatung sejak saat itu. Ibu sakit keras dan aku harus bekerja untuk menanggung biaya kehidupan kami. Tepat setahun setelah kami pergi dari rumah, ibu meninggal dunia. Waktu itu, usiaku masih 17 tahun. Setelah kematian ibu, ayah tidak sedikit pun peduli kepadaku. Dia menelantarkan aku. Jangankan membantu biaya sekolah, memberiku uang untuk makan saja tidak. Ayah malah memberikan semua harta kekayaannya pada istri barunya. Setelah sepuluh tahun aku tidak mendengar kabar darinya. Seminggu lalu, seorang pengacara menemuiku. Dia mengatakan jika ayah mengalami kecelakaan dan meninggal dunia. Saat itu, perasaanku hancur lebur, sedih karena satu-satunya keluarga yang aku miliki meninggal. Membuatku benar-benar hidup sebatang kara. Karena walau ayah sudah menelantarkan aku, rasa sayangku pada ayah masih tetap ada. Namun, perasaan sedih itu berubah kesal saat tahu Ayah mewariskan hutangnya padaku. Ternyata, dua tahun lalu perusahaan ayah mengalami kolaps hingga membuatnya bangkrut. Sejak kematian ayah, kehidupanku yang tenang menghilang. Hidupku dikejar-kejar penagih hutang. Setiap hari, selalu ada orang yang menagih hutang padaku. Tidak dari bank ataupun perorangan. Mereka semua mendatangiku meminta pertanggung jawaban. Hidupku yang bahagia berubah duka. Hutang ayah membuat hidupku tersiksa. Aku sudah meminta pengertian para penagih hutang itu dan menjelaskan tentang keadaanku dan ayah yang tidak saling berhubungan selama sepuluh tahun. Tapi, tidak ada satupun dari mereka yang mau mengerti. Mereka justru mengancam akan menuntut, jika aku tidak segera melunasi hutang ayah kepada mereka. Sungguh! Aku sangat kesal kepada ayah. Bukannya mewariskan harta sebagai tanda permintaan maaf karena sudah menelantarkan aku. Dia malah mewariskan banyak hutang yang mencekik leherku. "Aku bukan orang yang suka menunggu. Berikan jawabanmu sekarang." Suara lembut wanita itu kembali terdengar. Sekali lagi, ku tatap paras cantiknya dengan ragu-ragu. Pikiranku buntu. Tapi, aku meyakinkan diri untuk tidak tergoda dengan tawarannya. Aku tidak mau menjadi wanita kedua dalam pernikahan siapapun . "Apa tidak ada cara lain selain menikah dengan suamimu?" tanyaku dengan suara gemetar. "Menikah dengannya, beri dia keturunan dan tinggalkan dia untuk selamanya." Aku menangkap kegetiran dalam nada bicaranya. Bahkan, air matanya lolos ketika mengucapkan tiga kalimat itu. "Bagaimana kalau aku tiba-tiba mencintai suamimu? Atau suamimu mencintaiku? Apa yang akan kamu lakukan?" Aku mencoba berandai-andai untuk mengetahui reaksinya. Wanita itu menatapku dengan ekspresi datar. Manik coklatnya menatap dengan tajam tapi aku tidak melihat kemarahan dalam sorot matanya. Tiba-tiba, wanita itu tersenyum sambil menatapku dengan sendu. "Kamu cantik. Setiap pria pasti mudah jatuh hati kepadamu, termasuk suamiku. Aku hanya wanita biasa yang sedang berusaha membahagiakan suamiku. Aku tidak mau menyiksanya dengan kelemahanku atau mengekangnya dengan cintaku. Permintaanku memang beresiko, aku sudah memperhitungkan semuanya. Walau hari ini suamiku masih mencintaiku, aku tidak yakin perasaannya akan tetap sama setelah dia menikahimu. Tapi sekali lagi, aku hanya ingin suamiku bahagia. Jika cintanya memang tak lagi untukku. Aku bisa apa?" Air mataku menetes mendengar jawaban darinya. Wanita itu, hatinya sungguh mulia. Aku terharu dan merasa iba kepadanya. Hatiku pun mulai ragu, bukan karena penawarannya kepadaku atau karena kerelaannya berbagi cinta. Tapi karena aku ingin membantunya. Namun, keraguan menghampiriku. Bisakah aku benar-benar membantunya? Bagaimana kalau aku benar-benar jatuh cinta pada suaminya? Dua pertanyaan itu menghantam kesadaranku. Sekali lagi, aku meyakinkan diri untuk tidak menerima tawaran wanita itu. Tapi, mengingat hutang-hutang ayahku yang segunung. Aku pun kembali ragu. 'Haruskah aku terima saja?' tanyaku dalam hati. "Bagaimana?" tanyanya lagi. Ku tarik nafas ku dalam-dalam, lalu aku hembusan secara perlahan. Aku meyakinkan diri untuk mengambil keputusan. Karena keadaanku sangat terdesak, maka akan aku gunakan cara cepat untuk terbebas dari lilitan hutang. "Baiklah. Aku setuju," jawabku. Wanita itu tersenyum getir. Terlihat kesedihan dalam sorot matanya. Padahal, aku sudah menyetujui keinginannya. Tapi dia tidak terlihat bahagia. Hatiku tidak tega melihatnya. Sekali lagi aku tersadar. Tidak akan ada wanita yang rela membagi suaminya. Aku sadar akan hal itu. Dalam hati, aku meyakinkan diri untuk membantu wanita itu.Tanpa melibatkan perasaanku. Dia ingin keturunan dan aku ingin hutangku lunas, kami sama-sama saling menguntungkan. Aku hanya harus bersikap profesional dalam menjalankan tugasku. "Tanda tangani ini!" ucap wanita itu seraya memberikan sebuah map dan ballpoint. Aku membuka map yang dia berikan. Ternyata, isinya surat perjanjian. Aku membaca isi surat itu dengan seksama. Terutama kewajiban dan hak ku sebagai pihak kedua. Kewajiban pihak kedua: 1. Menikah dengan suami pihak pertama 2. Memberikan anak kepada pihak pertama 3. Tidak berhubungan dengan pria lain selama menjadi istri dari suami pihak pertama 4. Setelah anak itu lahir, tidak berhubungan lagi dengan suami atau anak dari pihak pertama. Hak pihak kedua: 1. Seluruh hutang yang dimiliki pihak kedua akan di bayar lunas. 2. Mendapatkan fasilitas tempat tinggal 3. Selama masa perjanjian, seluruh biaya hidup pihak kedua akan ditanggung oleh pihak pertama. "Apa ada yang mau kamu tanyakan?" Wanita itu bertanya dengan sorot matanya yang terlihat bergetar. "Bagaimana jika aku melanggar isi perjanjian ini? Apa suamimu tahu tentang hal ini?" Isi perjanjian itu membuatku merasa terganggu. Karena hanya di sepakati oleh kami berdua saja. Tanpa melibatkan suaminya. "Jika kamu melanggar. Aku tidak segan mengambil tindakan hukum untukmu. Semua sudah tertera pada lembar selanjutnya. Dan mengenai suamiku..." wanita itu menjeda kata-katanya. "Kamu tidak perlu khawatir. Pria mana yang akan menolak diberikan istri cantik sepertimu." Tuhan! Aku tercengang dengan jawaban wanita gila di hadapanku. Sepertinya dia sangat mencintai suaminya. Dan cintanya membuatnya menjadi gila. Aku kembali memfokuskan mataku, membaca lembar ketiga dari surat perjanjian itu. 'Jika pihak kedua melanggar kewajibannya, maka semua hak-hak miliknya akan hilang. Dan semua uang yang sudah pihak pertama keluarkan, harus di kembalikan dalam tempo waktu satu Minggu.' Aku tersenyum kecut membaca kata-kata terakhir dalam kertas itu. Mengembalikan semua yang yang dia keluarkan dalam waktu satu Minggu. Gila! Hutang ayahku sekitar 10 Milyar dan aku harus mengembalikan semuanya dalam waktu sesingkat itu. Tidak ada cara lain lagi. Satu-satunya cara, aku harus melahirkan anak untuk wanita itu dan pergi jauh dari kehidupannya. Itu hal mudah, karena hanya itu yang bisa aku lakukan sekarang. Tanpa dipikir lagi, ku bubuhkan tanda tanganku pada lembar kertas ke empat dan wanita itu pun membubuhkan tanda tangannya. "Karena kamu sudah setuju. Sekarang kamu ikut aku pulang ke rumah. Pernikahanmu akan di gelar malam ini juga." Aku tercengang, kenapa harus secepat itu? Seakan bisa melihat kekagetanku, wanita itu tersenyum sambil berkata. "Lebih cepat lebih baik." Astaga! Dia memang wanita gila. Rania Dewantara, kenapa aku merasa terganggu dengan senyum di wajahnya. "Baiklah. Aku tidak punya pilihan lain, bukan? Tapi, bolehkah aku bertanya satu hal?" tanyaku dengan jantung berdebar. Wanita itu mengangguk. "Tanyakanlah!" "Kenapa kamu memilihku? Banyak wanita yang bersedia melakukan segalanya untuk uang. Tapi kenapa kamu memilihku?" Wanita itu kembali tersenyum kepadaku. "Karena hatiku mempercayaimu," jawabnya. Lalu dia mengalihkan pandangannya, menatap ke luar jendela cafe tempat kami berada. "Aku percaya kamu bukan wanita yang serakah." Aku tersenyum kecut. 'Bodoh! semua orang pasti memiliki sifat serakah. Termasuk aku. Jangan salahkan aku, jika aku menginginkan lebih dari apa yang kamu tawarkan,' batinku.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

DIHAMILI PAKSA Duda Mafia Anak 1

read
40.5K
bc

Revenge

read
35.3K
bc

Beautiful Pain

read
13.6K
bc

Oh, My Boss

read
386.8K
bc

MY LITTLE BRIDE (Rahasia Istri Pengganti)

read
19.2K
bc

Penghangat Ranjang Tuan CEO

read
33.5K
bc

Hati Yang Tersakiti

read
6.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook