DELAPAN BELAS

1208 Words
"Pak, desain terbaru kita hilang" ucap seorang karyawan pada Andra saat ia baru mendaratkan pantatnya pada kursi kerjanya. Andra yang semula masih mengantuk kontan melotot mendengar ucapan karyawannya tersebut. "Jangan bercanda kamu! Itu rahasia perusahaan!" bentak Andra tidak percaya. "Sa-sa-saya tidak bohong pak, memang tidak ada di dalam file yang saya simpan kemarin" ucap karyawan tersebut tertunduk melihat ekspresi kemurkaan Andra. "Kamu simpan dimana memangnya? Bukannya kemarin saya bilang simpan di ruangan khusus untuk desain-desain kita yang belum release itu?" kesal Andra. Masih pagi dan ada saja yang membuat darah di kepalanya mendidih. "Saya taruh di dalam laci ruangan saya pak, karena saat saya mau simpan di ruangan itu. yang pegang kuncinya sudah pulang" jawab karyawan tersebut. "Kan sudah saya bilang untuk langsung simpan! Kenapa nggak kamu lakukan segera?!" sahut Andra berdiri sambil berkacak pinggang. "Pokoknya saya nggak mau tahu, saya beri kamu waktu 24 jam untuk mencari ulang desain tersebut. Kalau masih tidak ada, siapkan kardus untuk mengangkut barang-barangmu" ucap Andra dengan nada tegas dan kesal. "Saya tidak bisa menyalahkan petugas yang memegang kunci itu, karena sudah waktunya ia pulang kantor. Ini sepenuhnya salah kamu. Kenapa lalai menjalankan perintah saya" tegas Andra lagi. "Sana, jangan buang waktumu di sini. Kalau kamu memang masih ingin bekerja di perusahaan ini, sebaiknya kamu pergi dan cari sketsa-sketsa tersebut. Lebih cepat lebih baik" ucap Andra sambil mengibaskan tangannya acuh.  Karyawan tersebut keluar dari ruangan Andra dengan wajah kusut. Diana heran melihat karyawan yang baru keluar dari ruangan adiknya. "Kamu marahin karyawanmu, pasti" ucap Diana sambil melipat kedua tangannya di depan d**a. "Aku memarahinya karena dia lalai menyimpan desain furnitur yang akan release. Sketsa-sketsanya hilang dan aku memberinya waktu 24 jam sampai besok pagi untuk mencari lagi sketsa-sketsa tersebut. Jika tidak silahkan pecat dia" jawab Andra panjang lebar. Awalnya Diana hendak memarahi Andra karena telah memarahi karyawan mereka, namun mendengar penjelasan Andra, ia tidak jadi marah. "Aku sudah katakan simpan di ruangan khusus selepas desain tersebut aku acc, namun ia tidak langsung menuruti perintahku, dia malah simpan di dalam laci ruangan kerjanya" tambah Andra sambil membuka map di atas mejanya. "Yasudah, kita harap sketsanya bisa cepat di temukan dan kita tidak perlu memecatnya. Karyawan seperti dia terlalu bagus kita lepas apalagi kita pecat" ucap Diana. "Aku ke sini hanya ingin meminta berkas kemarin dan menyampaikan pesan anak-anak untuk makan siang bersama Om Andra" ucap Diana sambil tersenyum. Mendengar permintaan tersebut, Andra langsung senyum. Sejak ia menikah, baru kali ini kedua keponakannya merasa rindu untuk makan siang dengannya. Selama ini, selalu saja Renata yang mereka tanyakan, bukan dirinya. "Siang ini aku makan siang dengan Renata, dia datang ke sini nanti. Kalau memang mereka benar-benar rindu denganku, ajak saja. Aku yakin mereka pasti mau" ucap Andra dengan senyuman lebar di wajahnya. "Kenapa malah Renata yang samperin kamu ke sini? Bukannya kamu yang samperin dia? Gak gentleman!" ucap Diana. "Dia sendiri yang ngotot mau jemput aku. Katanya selalu aku yang jemput dia" balas Andra. Ia merasa tidak terima kakak kesayangannya itu membela istrinya, bukan dirinya selaku adiknya. "Jadi bagaimana, mereka mau ikut?" tanya Andra. "Tentu saja mereka mau ikut" sahut Diana. "Mereka juga mengajukan syarat kalau Om Andra memang ingin makan siang dengan mereka" balas Diana tersenyum. "Apa?" Andra mendongak menatap wajah kakaknya yang enam tahun lebih tua darinya tersebut. "Tante Renata juga harus ikut!" ucap Diana sambil tertawa renyah melihat ekspresi Andra yang tadinya bahagia menjadi kecut kembali.   "Kamu sadar satu hal?" ucap Diana sambil memperhatikan kedua anaknya yang asyik bermain di dalam ruangan kerja Andra. Satu di pangku oleh Andra dan asyik bermain mobil-mobilan di atas meja kerja Andra. "Apa?" Andra menoleh ke kakaknya. "Dulu, saat kamu masih bersama Reva, mereka tidak se sayang ini padanya. Mereka bahkan tidak ingin bertemu dengan Reva" ucap Diana. Melihat ekspresi adiknya yang terlihat ogah membicarakan mantan istrinya, Diana buru-buru meralat. "Bukan maksudku ingin membuatmu mengingat masa lalumu yang pahit itu kembali. Hanya saja anak-anak seperti mereka saja bisa merasakan hangatnya seorang tante yang tulus menyayangi mereka" ucap Diana. "Renata penuh kehangatan, senyumnya tulus pada mereka. Aku heran kamu setega itu padanya" nada bicara berubah menjadi kesal. Andra langsung menoleh ke arah kakaknya. "Salah sendiri dia mau menerima pernikahan itu, aku bisa mencari istri yang lebih baik dari Reva" tandas Andra. "Yang Papa dan Mama lakukan ke kamu itu untuk kebaikan kamu, dan yang Renata lakukan juga bukan sesuatu yang salah. Kalau ini takdirmu bertemu jodohmu yang sebenarnya kamu bisa ngomong apa?" cegat Diana.  "Mama, Tante Renata mana?" tanya Dio pada ibunya yang duduk di sebelah Om Andra-nya. Rasanya ia tidak bisa menahan diri untuk bertemu dengan Tante Renata nya itu. "Tante Renata masih di jalan" jawab Andra. "Om, aku mau tanya sama Om" Dio memutar tubuhnya dan menghadap Andra. Ia menaruh mobil-mobilannya di atas perut Andra. "Apa?" tanya Andra. "Om sama Tante kenapa belum punya dedek?" tanya Dio polos. Pertanyaan itu jelas mengundang tawa membahana dari Diana. "Kamu dengar sendiri kan? Dio minta sepupu sama kamu" ucap Diana masih dengan tawanya. Suara pintu yang terbuka membuat semua yang berada di dalam ruangan tersebut menoleh. Sesaat ia kembali teringat apa yang pernah terjadi antara ia dan Renata. Mungkin saja Dio dapat memiliki sepupu bila hal tersebut membuahkan hasil positif.  "Tante Renata!" pekik Nafa bahagia melihat tante kesayangannya datang. Dio pun langsung turun dari pangkuan Andra dan berlari ke arah Renata untuk memeluk tante tersayangnya itu. "Panjang umur" ucap Andra datar melihat istrinya datang. "Kalian sudah lama menunggu ya? Maaf ya, Tante tadi ada urusan kecil" ucap Renata sambil merangkul dua keponakannya tersebut. "Nggak kok! Gak lama" jawab Dio ceria. "Halo Renata" sapa Diana hangat. Mungkin karena tidak memiliki saudara perempuan, Diana jadi sangat menyayangi Renata layaknya adiknya sendiri. "Tante, nanti kita makan ice cream ya" seru Nafa riang pada Renata yang berjalan menuju sofa empuk yang terletak di sebelah kanan ruang kerja Andra. "Nafa dan Dio suka ice cream rasa apa?" tanya Renata antusias.  Melihat sikap istrinya tersebut membuat Andra menjadi teringat perkataan kakaknya barusan. Renata memang berbeda dengan Reva. Dulu saat Reva masih menjadi istrinya, Reva sama sekali tidak menunjukkan minatnya untuk mengenal dua keponakan kesayangan Andra itu. Ia bahkan terlihat ogah bila bertemu dengan kedua bocah kecil itu. Seringkali ia memperlihatkan gestur tidak suka atau tidak betahnya saat berada di sekeliling anak-anak. Terlebih saat itu keduanya masih kecil dan sangat rentan rewel serta sering kali menangis.  Berbeda dengan Renata. Ia sangat hangat dan menerima kedua keponakannya dengan sangat luwes. Istrinya itu sering kali membuatkan cookies atau makanan kecil lainnya untuk kedua keponakannya. Nafa dan Dio juga sangat senang memiliki tante seperti Renata yang perhatian dan sayang terhadap mereka. Tidak heran jika keduanya sangat rindu karena tidak bisa bertemu dengan Renata karena kesibukan istrinya tersebut.  "Sudah sebaiknya sekarang kita langsung pergi. Pasti macet kalau jam segini" Andra bangkit dari kursinya dan berjalan menuju pintu keluar. "Kamu sudah reserve kursi untuk kita kan?" tanya Diana memastikan sambil memasangkan tas gendong pada Dio. Andra mengangguk. "Kunci mobilnya mana? Biar aku ambil mobil dulu. Kamu parkir dimana?" tanya Andra yang berbelok dan berjalan ke arah istrinya. "Parkir di basement" jawab Renata sambil memberikan kunci mobilnya dan karcis parkirnya.  Saat Andra baru saja membuka pintu ruangan kerjanya, karyawan yang tadi pagi ia marahi karena keteledorannya tersebut datang menghampirinya dan mengacungkan sebuah clear holder yang ia kenali. "Pak sketsanya sudah ketemu"   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD