Empat

1057 Words
Sore ini semua keluarga Devan tengah berkumpul setelah selesai acara pemakaman Nenek Lusi (mamanya Devan atau neneknya Dicka) yang telah menghembuskan nafas terakhirnya pagi tadi. Nenek Dicka telah sakit dan di rawat di rumah sakit kurang lebih selama satu bulan. Dan akhirnya semua rasa sakit yang di derita nenek Dicka telah berakhir, karena nenek Dicka telah berpulang ke sisi Tuhan menyusul kakek Dicka yang juga telah meninggal dunia tiga tahun yang lalu. Tentu saja semua keluarga merasa sangat kehilangan, tak terkecuali Dicka. Karena sejak kecil Dicka memang sangat dekat dengan neneknya. Namun mereka juga tak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa mengikhlaskannya, agar nenek Dicka bisa pergi dengan tenang. Ding dong Terdengar suara bel rumah berbunyi. Shahia berjalan ke pintu untuk membukakan pintu. Dan terlihat seorang wanita paruh baya. “Selamat malam.” “Ahh dokter Anggi, selamat malam.” Jawab Shahia. “Apakah semua keluarga kamu ada?” “Iya dok, kebetulan semua keluarga sedang berkumpul.” “Saya ingin berbicara penting kepada mereka. Apakah boleh?” “Tentu saja boleh dok, mari silahkan masuk.” Dokter Anggi adalah dokter yang merawat neneknya Dicka selama berada di rumah sakit. Oleh sebab itu semua keluarga Dicka sudah mengenal dokter Anggi. Sesampainya di ruang tamu, dokter Anggi menyapa semua yang tengah berada disana. “Selamat malam semuanya.” Semua orang menoleh ke arah suara. “Dokter Anggi? Selamat malam. Mari-mari silahkan duduk.” Ucap Papih Devan. “Terima kasih.” Dokter Anggi pun duduk bergabung bersama yang lain. “Saya turut berduka cita atas meninggalkannya nenek Lusi, dan maaf tadi saya tidak bisa mengikuti acara pemakamannya beliau. Karena tadi ada beberapa pasien yang harus saya tangani.” “Iya dok tidak papa. Kami sekeluarga justru mengucapkan banyak terima kasih, dokter telah merawat mama saya selama ia berada di rumah sakit.” “Itu sudah menjadi tugas saya. Ahh, kedatangan saya kesini ingin memberikan sesuatu pada kalian. Titipan dari nenek Lusi beberapa hari sebelum ia meninggal.” Dokter Anggi mengeluarkan sebuah amplop dari tasnya dan diberikan kepada papih Devan. “Apa ini dok?” Tanya papih Devan. “Saya juga kurang tahu pak. Sepertinya sebuah surat. Sebelum meninggal, beliau menitipkan itu kepada saya. Beliau bilang jangan dibuka sebelum beliau meninggal. Beliau menyuruh saya untuk memberikan surat itu kepada anaknya atau cucunya. Dan beliau juga menyuruh kalian untuk membuka surat itu di depan saya. Saya juga tidak tahu mengapa dan alasannya beliau apa? Tapi kalau kalian tidak percaya ada dua suster yang bersama saya waktu itu, dan juga mendengar semua yang disampaikan nenek Lusi. Kalian bisa tanyakan saja kepada kedua suster itu.” “Ahh tidak, tidak. Itu tidak perlu dok. Kami percaya kok sama dokter. Kalau begitu mari kita buka surat ini, dan kita baca bersama-sama. Agar kita semua tahu isinya dan mengerti apa yang mama inginkan sebenarnya.” Ucap papih Devan. Papih Devan pun membuka perekat yang ada dalam amplop itu. Setelah terbuka, benar saja ada sebuah surat. Papih Devan pun mengeluarkan surat itu, lalu membukanya. “Iya, ini benar tulisan mama.” Ucap papih Devan saat melihat tulisan dari surat itu. ***** Isi Surat: Untuk anak-anak dan cucu-cucuku tercinta. Apa kabar kalian semua? Nenek harap kalian semua baik, sehat selalu, dan bahagia selalu. Jika kalian telah membaca surat ini, berarti nenek sudah tidak ada lagi di samping kalian. Nenek telah menyusul kakek kalian. Karena nenek memang sudah sangat merindukan kakek kalian. Jangan menangis, dan jangan berlarut dalam kesedihan atas kepergian nenek. Nenek bahagia karena akan bertemu dengan kakek kalian. Nenek ingin mengucapkan terima kasih banyak buat kalian, karena telah lahir menjadi anak dan cucu-cucu nenek. Nenek sangat bahagia memiliki kalian semua. Kalian adalah kebahagian terbesar nenek. Nenek harap kalian selalu rukun dan jangan pernah bertengkar. Jika ada perselisihan, selesaikan secara baik-baik dan kepala dingin. Nenek akan selalu mengawasi kalian. Oh ya, kalian pasti sudah mengenal dengan seseorang yang mengantarkan surat ini kepada kalian kan? Iya dia adalah dokter Anggi. Dokter yang selama ini telah sabar merawat nenek. Oleh karena itu, nenek ingin mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya untuk dokter Anggi. Nenek rasa cukup itu saja sebgai pembukaannya. Jadi nenek akan segera memberitahu kalian, apa tujuan nenek menulis surat ini. Jadi alasan mengapa nenek menulis surat ini, dan meminta kalian untuk membuka surat ini di depan dokter Anggi, karena nenek ingin menjodohkan Dicka dengan ananknya dokter Anggi. Kalian pasti terkejut setelah membaca permintaan nenek ini. Kalian tahu sendiri, kalau selama ini nenek tidak pernah meminta apa-apa dari kalian. Jadi nenek sangat berharap kalian akan memenuhi permintaan terakhir nenek ini. Terutama untuk cucuku Dicka, nenek mengharap keikhlasanmu untuk mengabulkan permintaan terakhir nenekmu ini. Bukan tanpa alasan kok nenek meminta itu. Kalian tahu sendiri kalau selama ini nenek hanya ingin yang terbaik buat kalian semua. Begitu pula dengan Dicka. Nenek ingin Dicka mendapatkan pasangan yang baik dan tepat. Mengingat jaman sekarang banyak sekali wanita yang…. Yah kalian pasti sudah tahu maksud nenek Nenek sudah mengenal baik anak dokter Anggi. Dia anak yang baik, sopan, dan sangat tulus. Mengapa nenek bisa bilang begitu? Karena tanpa kalian ketahui, selama nenek di rumah sakit, anak itu sering mengunjungi nenek dan menghibur nenek saat kalian sibuk dengan kegiatan kalian masing-masing. Nenek juga pernah lihat, dia sedang menemani dan menghibur anak-anak yang sedang berjuang hidup karena sakit kanker. Jadi nenek yakin kalau dia adalah wanita yang sangat baik. Nenek pernah meminta sesuatu kepada anaknya dokter Anggi, dan ia mau berjanji akan memenuhi permintaan nenek. Katakan padanya kalau inilah permintaan nenek. Nenek harap ia mau menepati janjinya. Dan untuk dokter Anggi, nenek juga berharap, kalau dokter Anggi bersedia untuk merelakan anaknya untuk cucu saya. Tenang saja dok, cucu saya adalah pria yang sangat baik dan bertanggung jawab. Nenek yakin anak dokter dan cucu saya itu sangat cocok. Ya sudah mungkin itu saja yang ingin nenek sampaikan. Tangan nenek sudah capek. Ini saja nenek nulis suratnya nyicil. Nenek akan menunggu kabar bahagia ini di surga. Maafkan nenek jika sedikit memaksa. Hehehe. Oh ya jangan lama-lama ya ngasih kabar baiknya. Nenek kasih waktu satu bulan. Hehehe. Salam sayang dari nenek yang sangat menyayangi kalian semua. Jaga diri kalian baik-baik dan bahagia selalu. **** Saat membaca surat dari nenek Lusi semua orang merasa sangat terharu dan sedih, namun juga bercampur kaget. Terutama Dicka dan dokter Anggi. Mereka tidak menyangka nenek Lusi akan meminta permintaan terakhir seperti itu. Kini semua keputusan ada di tangan Dicka dan juga dokter Anggi. TBC *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD