Tidur Di Sofa

1219 Words
Jacob dan Jovanka mulai keluar dari dalam gereja setelah mereka berdua resmi menjadi sepasang suami istri. Mobil pengantin sudah menunggu mereka berdua di depan gereja. Jeje menatap ayahnya yang masih berdiri menatapnya.   Robert tersenyum sambil memberikan kode jika dirinya akan baik-baik saja saat ini dan kamu harus bahagia. Semua kode itu membuat Jeje menjatuhkan air matanya. Kini Jeje harus meninggalkan ayahnya seorang diri dan ia pun memasuki mobil mewah milik suaminya.   “Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku lakukan jika sudah bersama dengannya?” ucap Jeje di dalam hatinya.   Aura dingin memenuhi ruang mobil mewah milik Jacob. Jacob bahkan tidak memandang istrinya sama sekali. Ia menatap ke arah luar jendela mobil menatap macetnya ibu kota.   Jeje tidak tahu bagaimana sifat suaminya ini. Jeje melirik suaminya yang begitu dingin sekali. Satu kata pun tak terucap dari bibirnya. Sepanjang perjalanan hanya keheningan saja yang terjadi di antara mereka berdua sampai akhirnya mereka tiba di salah satu Hotel mewah.   Jacob turun begitu saja, ia meninggalkan istrinya sampai ia menyadari saat dirinya berada di depan lobby Hotel. Jacob menghentikan langkah kakinya lalu ia menatap istrinya yang kesulitan berjalan dengan gaun panjangnya.   Jacob menghembuskan nafasnya lalu ia menghampiri istri kecilnya dan memberikan lengannya untuk dipeluk oleh istrinya. Jeje sempat diam mematung lalu Jacob menghembuskan nafasnya dengan kasar.   “Mau masuk atau jadi patung di sini?” tanya Jacob kesal.   Jeje membuyarkan lamunannya dan ia mengangguk lalu mengikuti langkah kaki suaminya sampai mereka berdua masuk ke dalam lift.   Di dalam lift mereka berdua masih diam membisu. Dan Jeje masih menaruh sebelah tangannya di lengan kekar suaminya. Jeje kembali mengikuti langkah kaki suaminya saat pintu lift terbuka. Langkah kaki Jacob sangat besar sekali, Jeje agak kesulitan mengikutinya dan ia sedikit berlari agar bisa menyeimbangkan langkah kakinya dengan langkah kaki suaminya itu.   Jacob membuka pintu kamarnya dan ia langsung melepas tuxedo yang dipakainya itu. Jacob langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri lebih dulu. Dan Jeje masih diam mematung.   “Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak membawa pakaian ganti sama sekali,” ucap Jeje di dalam hatinya kenapa nasib pernikahannya harus seperti ini!   Jacob keluar dari dalam kamar mandi dengan tubuh kekar yang terlihat. Jeje langsung menutup kedua matanya dan membalikan tubuhnya sambil berteriak.   “Aaaaa…”   “Kenapa?” tanya Jacob dengan santai.   “Kenapa tidak mengganti pakaian di dalam kamar mandi saja?”   “Memangnya kenapa? Apa salahnya aku menggantinya di sini? Bukankah kamu istri aku sekarang!”   DEG!!!   Ucapan Jacob benar dan Jeje sudah memejamkan kedua matanya sambil menggigit bibir bawahnya.   “Aduh bagaimana ini! Aku benar-benar belum siap dengan semua ini,” ucap Jeje di dalam hatinya.   Jacob dengan asiknya memakai pakaiannya dan bahkan ia dengan sengaja membuka handuknya hingga memperlihatkan asset berharganya. Jacob sudah terbiasa dengan ini dan baru kali ini ia merasa aneh. Ada wanita dihadapannya tapi sama sekali tidak tertarik dengan tubuh kekarnya. Sedangkan di luar sana banyak wanita yang mengantri ingin tidur dengan dirinya. Jacob tidak habis pikir dengan istrinya yang sama sekali tidak mau melirik dirinya.   Setelah selesai memakai pakaiannya Jacob mengambil salah satu pakaiannya yang besar lalu ia mendekati istrinya.   “Pakai ini saja dulu. Aku ingin keluar, bersihkan saja diri kamu,” ucap Jacob lalu ia menaruh pakaiannya di atas sofa yang ada di hadapan istrinya.   Jeje tidak bertanya apa-apa ia hanya menatap punggung kekar suaminya yang berlalu dari dalam kamarnya. Jeje bisa bernafas dengan lega saat ini dan ia mengambil kaos milik suaminya yang besar. Jeje membuka lebar kaosnya lalu ia menempelkannya di depan tubuhnya.   “Ini baju atau handuk? Besar sekali!” gerutu Jeje.   Jeje masuk ke dalam kamar mandi. Ia mencoba melepaskan gaun mewahnya ini dan membasahi tubuhnya yang sudah terasa sangat panas sekali.   “Kenapa sulit sekali gaun ini?” ucap Jeje yang masih berusaha dan hampir satu jam ia baru bisa membuka gaunnya.   Jeje langsung membersihkan diri dan ia juga membersihkan wajanya yang penuh dengan riasan itu. Setelah selesai Jeje keluar dari dalam kamar mandi lalu ia mnecari hair dryer untuk mengeringkan rambutnya.   Jeje merasa sepi dan sendirian. Sejak ia selesai membersihkan diri tadi ia hanya menonton televisi. Ia tidak tahu harus berbuat apa dan ia juga tidak tahu di mana suaminya berada saat ini.   Di sisi lain.   Jacob yang awalnya tidak peduli dengan istrinya akhirnya dia mengurungkan niatnya. Jacob memutar mobilnya dan ia menuju salah satu mall. Jacob memarkirkan mobilnya di valet parking dan ia langsung turun dari mobil dan memberikan kunci mobilnya ke salah satu staff valet parking itu.   “Sial!!! Kenapa aku harus memikirkannya?” gumam Jacob lalu ia masuk ke dalam salah satu toko pakaian branded. Jacob langsung mencari pakaian untuk istrinya, ia memilih beberapa pakaian untuk Jeje mulai dari yang biasa-biasa saja sampai gaun-gaun seksi juga Jacob pilih. Dan untuk ukuran Jacob bisa tahu jika tubuh istrinya sangat kecil sekali.   Jacob langsung membayarnya dan ia memutuskan untuk kembali ke Hotel saja karena hari juga sudah mulai larut.   Setibanya di Hotel Jacob melihat istrinya yang hendak duduk di atas ranjang mewah itu. Jacob sempat terpana saat melihat tubuh istrinya yang sangat seksi sekali. Paha putih mulusnya terlihat jelas dan wajah istrinya yang tanpa riasan juga terlihat sangat cantik dan natural sekali. Tidak seperti wanita-wanita yang ia bayar yang selalu memakai riasan yang sangat tebal.   “Sudah pulang?”   “Hmmm, ini pakaian ganti untuk kamu. Aku tidak tahu kamu suka atau tidak! Daripada tidak ada pakaian ganti,” ucap Jacob sambil memberikan beberapa paper bag untuk istrinya.   “Terima kasih,” ucap Jeje lalu ia mengambilnya dan melihat isinya. Jeje melongo saat melihat harga pakaian yang tertera di baju itu. Ia baru kali ini memakai baju yang harganya sangat fantastis sekali. Harga satu kaos saja bisa jutaan.   Jacob langsung naik ke atas ranjangnya dan jeje mengernyit saat satu tempat tidur itu dikuasai oleh suaminya.   “Aku tidur di mana kalau kamu tidurnya seperti ini?”   “Di sofa saja, ini Hotel kan aku yang bayar jadi kamu tidur di sofa saja!”   “Apa?” ucap Jeje kaget, ia tidak menyangka jika suami yang dia anggap baik karena telah membelikannya pakaian justru malah menyuruhnya untuk tidur di sofa.   “Ta—“   “Tidak usah banyak protes. Memangnya kamu mau tidur satu ranjang denganku lalu tubuh kamu aku sentuh-sentuh?” ucap Jacob hingga membuat Jeje membulatkan kedua matanya.   “Tidak mau!” ucap Jeje tanpa berpikir panjang lagi.   “Ya sudah kamu tidur di sofa saja sana. Jangan ganggu aku. Kalau dingin minta saja selimut lagi sama pihak Hotel. Aku tidak melarang kamu dan kalau lapar pesan saja makanan untuk kamu sendiri tidak usah memikirkan aku sama sekali. Aku tahu kamu tidak menginginkan pernikahan ini bukan? Jadi bersikap biasa-biasa saja dan anggap saja tidak terjadi apa-apa di antara kita!” ucap Jacob sambil memunggungi istrinya dan Jeje jelas tidak menyangka dengan apa yang baru saja ia dengar itu. Ucapan suaminya benar-benar membuatnya sakit sekali.   Jeje menaruh paper bag yang masih ia pegang ke dalam lemari dan jeje langsung menuju sofa sambil melihat suaminya yang sudah memejamkan matanya dengan nyenyak.   Jeje duduk di sofa lalu perlahan-lahan ia menidurkan tubuhnya dan mencoba memejamkan kedua matanya. Dingin sekali tapi tidak ada selimut sama sekali dan Jeje menutupi kedua kakinya dengan bantal sofa yang ada di sana. Jeje tidak tahu harus berbuat apa lagi. Ia hanya berpikir jika kehidupan rumah tangganya tidak akan baik-baik saja.   Bersambung    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD