3. KHAWATIR

1132 Words
~~~~~ Zoe menatap pergelangan kakinya yang sudah membaik dari sebelumnya. "Aku rasa, ini sudah lebih baik dari kemarin" Zoe memutuskan untuk bekerja hari ini, setelah kemarin seharian beristirahat full di Apartementnya. ***** Zoe memarkirkan mobil sedan merahnya di Basement kantor dan tidak sengaja ia kembali bertemu dengan Daffin dan Liam yang juga sedang memarkirkan mobil. Daffin menatap pergelangan kaki Zoe yang sudah tidak terbalut perban lagi dan kembali menatap wajah Zoe. "Aku baik-baik saja" Ucap Zoe terbata-bata. "Baguslah. Karena, Aku tidak mau pekerjaanmu jadi terhambat karena kakimu" Ucapan dingin Daffin membuat Zoe menatapnya kesal. Langkah Daffin terhenti menatap Zoe kembali yang berada di belakangnya yang seperti mengumpati dirinya. "Kau bilang apa?" "Hm? Aku tidak mengatakan apa-apa" Zoe dengan tatapan acuhnya berjalan lebih dulu meninggalkan Daffin yang masih menatap curiga. Zoe menunggu lift di Basement di ikuti Daffin di samping kanannya. "Kau pelajari materi yang ku email semalam padamu, besok pimpinan Alstone mengatur pertemuan denganku dan Kau harus ikut agar kau tau cara menangani klien yang benar. Kau paham?" Ucap Daffin menatap lurus tanpa lirikan di wajah charismatic-nya "Hm.. Baiklah" Pintu lift terbuka dan Zoe melangkah lebih dulu dari Daffin membuat posisinya yang berada di belakang Daffin. "Itu pertemuan penting. Jangan membuat masalah!" "Iya.. Aku mengerti Tn. Kyler" "Cerewet sekali.. " Batin Zoe. ***** Ellen mendekat ke arah meja Zoe yang kemarin terlihat panik karena pergelangan kaki Zoe yang terluka. "Apa kakimu sudah membaik, Zoe?" "Hm.. Ya. Makasih Ellen sudah khawatir denganku" Zoe tersenyum pada Ellen. Raut wajah Zoe seketika berubah saat mendapati seorang perempuan dengan pakaian yang begitu terbuka berjalan menuju ruangan Daffin. "Siapa dia? Apa mungkin kau mengenalnya? Apa mungkin klien Tn. Kyler?" Ellen mengikuti pandangan Zoe. Denga ekspresi yang berbeda dari Zoe, Ellen terlihat biasa saja dengan perempuan itu. "Oh.. Dia perempuan yang sering kesini bertemu dengan Tn. Kyler. Perempuan itu sangat menjengkelkan kalau merengek di depan Tn. Kyler" Zoe terkejut dengan perkataan Ellen yang baru saja ia dengar. "Siapa perempuan itu?" Zoe yang terlihat begitu penasaran dengan sosok perempuan yang baru saja ia lihat. Dan secara kebetulan Renata yang berniat membawa agenda meeting Daffin berhasil di cegat oleh Zoe. "Hm.. Biar Aku saja yang memberikannya" "Okay, Zoe. Terima kasih" Zoe berjalan menatap Daffin yang juga sedang menatapnya dari balik ruangan kacanya. Zoe mengetuk pintu dan masuk kedalam ruangan Daffin. Hal yang paling pertama Zoe lihat, ialah sosok perempuan itu duduk dengan santainya meneguk segelas wine di hadapannya. Daffin terlihat tidak risih dengan kehadiran perempuan itu di ruangannya. Pakaian yang begitu minim memperlihatkan bagian tubuhnya yang sensitif. "Ada apa Nona Hyledd?" "Ah?.. " Pandangan Zoe kini tertuju pada Daffin, ".. Hm, Aku mau memberikan agenda meetingmu hari ini." "Simpan di mejaku dan kau bisa keluar" Ucapan dengan wajah datarnya membuat Zoe semakin penasaran. Zoe kembali menatap perempuan itu yang asyik mengobrol dengan Daffin. "Kenapa kau menatapku seperti itu?!" Zoe tersentak saat matanya bertemu dengan mata perempuan itu yang terlihat lebih garang dari Daffin. "Ah.. Hm, Aku tidak melihatmu. Aku dari tadi melihat gelas yang ada di depanmu" Ucap Zoe santai dengan tatapan sinis. "Apa yang salah dengan gelas di depanku?!" "Tidak ada yang salah. Aku hanya melihatnya saja. Aku fikir setelah keluar dari ruangan ini, Aku juga akan meminum wine di siang hari!" Zoe keluar dari ruangan Daffin dengan wajah kesal. Daffin tersenyum smirk melihat tingkah Zoe yang tidak biasanya. ***** - Zoe's Apartement - Zoe terbaring di atas ranjangnya, dengan waktu yang menunjukkan pukul 2 dini hari. Suara ponselnya yang berdering memaksa tubuhnya harus bangun dan menjawab panggilan yang entah siapa yang menelponnya di jam seperti ini. Tanpa memperhatikan nama yang tertera di layar ponselnya, Zoe menjawab panggilannya. Zoe : "Yah? Ini siapa?" Ny. Gwenith : "Zoe..? Maaf mengganggu tidurmu, Ini Aku. Gwenith" Mata Zoe di paksa melebar setelah mendengar Ibu Daffin yang menelponnya dengan suara yang terdengar seperti orang panik. Zoe : "Ahiya.. Ada apa? Kenapa suara Anda terdengar sangat panik? Apa Anda baik-baik saja?" Ny. Gwenith : "Aku baik-baik saja. Tapi, mungkin Daffin yang sedang tidak baik. Tadi, Aku menelponnya dan dari suaranya ia terdengar seperti orang sakit. Apa bisa kau ke Apartementnya dan melihatnya sebentar saja, Zoe? Aku takut terjadi apa-apa dengannya" Zoe : "Daffin sakit? Hm.. Iya baik. Aku akan pergi melihatnya." Ny. Gwenith : "Hm.. Aku minta tolong padamu. Karena, sekarang Aku berada di Wellington bersama Darrio. Tolong, mengabariku kalau terjadi apa-apa dengan Daffin." Zoe : "Iya.. Aku akan mengabari Anda" Zoe menutup panggilannya dengan tergesa-gesa menuju Apartement Daffin yang berada satu lantai di atasnya. "Aissshhh... Daffin!" Raut wajah Zoe yang begitu panik hingga ia berlarian membuat pergelangannya kembali terasa sakit sekaligus mengantarkannya ke Apartement Daffin. Zoe memencet bell berkali-kali namun tidak mendapat jawaban. "Berapa kode Apartementnya? Aku tidak tau." Zoe semakin cemas hingga pintu tiba-tiba terbuka dengan wajah Daffin yang terlihat begitu pucat di ambang pintu. "Daffin!!! Kau tidak apa-apa?" Zoe terkejut melihat wajah Daffin yang sangat pucat. "Daffin.. Kau---" Tubuh Daffin yang terlihat sangat lemas terjatuh ke arah Zoe. Zoe dapat merasakan hawa panas dari tubuh Daffin yang berada di pelukannya. Zoe menopang tubuh Daffin menuju kamar dan membaringkannya. Dengan cekatan Zoe mengambil handuk kecil dengan air dingin untuk mengompres Daffin. Tubuh Daffin terasa panas tapi, dia terlihat sedang kedinginan. Zoe mengompres Daffin dengan begitu sabar sambil menatapnya membayangkan dulu saat ia bersama. Daffin terbangun dan tampak heran dengan kehadiran Zoe yang berada di hadapannya. "Kau? Apa yang kau lakukan di kamarku? Siapa yang menyuruhmu masuk?" "Jangan banyak bicara, istirahatlah" Zoe kembali mengompres Daffin. Daffin menepis handuk basah yang berada di dahi miliknya. "Pulanglah, Aku baik-baik saja" Daffin dengan kondisi tubuhnya yang masih lemah mendorong Zoe agar meninggalkannya. "Daffin, Kau itu sedang sakit! Berhenti keras kepala seperti ini" Zoe terlihat kesal karena sikap Daffin yang masih saja dingin padanya. "Aku sudah bilang, Aku ini atasanmu. Jangan panggil Daffin, kau---" "Aku mohon kali ini dengarkan Aku kali ini saja!!! Biarkan Aku membantu menurunkan demammu. Jika sudah turun, Aku akan kembali ke Apartementku tanpa kau suruh!" Nada Zoe meninggi dengan segukan tangis yang ia tahan karena begitu khawatir pada Daffin. Daffin menghela napas dan kembali membaringkan tubuhnya di atas ranjang. "Terserah kau!!!" Zoe menerima semua perlakuan Daffin yang begitu dingin padanya. Zoe dengan sabar mengompres kembali demam Daffin yang sedikit membaik dari sebelumnya hingga mata Daffin terlelap. Zoe menatap wajah Daffin yang begitu sempurna dengan tarikan senyum di sudut bibirnya. ***** Daffin terbangun setelah semalam demamnya yang sudah membaik. Daffin menatap sekeliling kamarnya dan tidak mendapati kehadiran Zoe. "Dimana dia?" Daffin berjalan memeriksa ruangan lainnya tapi Zoe juga tidak ada. Hingga pandangannya jatuh pada sebuah mangkuk kecil di atas meja makan dengan segelas s**u di sampingnya. Daffin mendekat dan memastikannya. Terlihat sebuah bubur yang berada di dalam mangkuk dan note kecil yang menempel di sisi kirinya. "Jangan memakannya, Aku menaruh racun di dalamnya!" Isi note yang di tinggalkan Zoe membuat Daffin tertawa menatapnya. -----
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD