Suami Idaman

1130 Words
Sore itu benar-benar mereka habiskan berdua,. bergelung di dalam selimut diiringi suara berderit ranjang yang sesekali tergoncang pelan. Intan memang tak pernah mengeluh perihal kelakuan Arka yang dapat sewaktu-waktu meminta dirinya, sebagai seorang istri memang itu tugas yang harus ia utamakan. Selain itu, Arka juga penuh pengertian, sebab beberapa kali ia akan menahan dirinya jika kondisi Intan tak memungkinkan. Mereka akhirnya melewati jam makan malam, sebab Arka juga meminta Intan untuk mandi bersama. Intan sedikit khawatir sebenarnya, takut Arka jatuh sakit karena harus keramas dua kali dalam satu hari. Apalagi untuk yang kedua mereka benar-benar mandi saat malam tengah semakin larut. Tugas Intan selanjutnya adalah memanaskan masakan Bi Iyem yang pastinya sudah terhidang di atas meja makan, ia meninggal Arka yang tengah mengeringkan rambutnya keluar kamar. Matanya melihat Ayam goreng lengkuas dengan sambal bawang. Intan sedikit lega karena Bi Iyem tak menghidangkan menu cukup simpel dan mudah untuk dihangatkan. Dirinya cukup memasukkan ayam ke dalam microwave, dan menganti beberapa sayur lalap yang sudah layu. Meskipun Arka tak terlalu picky dalam memilih makanan, tapi lelaki itu akan sangat kesal jika makanan yang tersaji untuk dirinya tidak fresh, apalagi sudah layu. Intan tau persis hal itu karena selama pernikahan Arka akan melewati makanan yang masuk dalam kategori tersebut. Selepas Intan mengeluarkan ayam lengkuas, Arka datang sambil memainkan ponselnya. Lelaki itu tanpa berkata-kata langsung duduk di atas kursi menunggu sang istri selesai dengan pekerjaannya. "Suapin ya, Sayang," ucap Arka sambil memegangi tangan Intan yang akan duduk berhadapan dengannya. Ucapan Arka berarti Intan harus duduk disampingnya guna menyuapkan makanan ke mulut Arka, lagi-lagi Arka bersikap manja selayaknya anak kecil. Namun karena tak ingin membuat Arka kecewa, Intan menuruti permintaan suaminya itu. Ia duduk di samping kursi Arka, lalu mengambil nasi untuk ia makan bersama sang suami. "Kamu bisa gak main HP-nya nanti dulu? Kita lagi makan, Sayang," tegur Intan saat matanya masih mendapati tangan sang suami senantiasa memainkan ponselnya. Bukan apa-apa sebenarnya, tapi akan lebih baik jika mereka menikmati makan malam bersama tanpa gangguan. Lagian Arka sudah berada di rumah, tak seharusnya ia terus berkutat dengan pekerjaan kantornya. Arka tersenyum, sebelum akhirnya meletakkan ponsel yang semula ia mainkan, beralih mencubit kedua pipi Intan yang menggembung kesal. "Gemes banget istriku ini ...!" gemas Arka sambil menciumi seluruh area wajah Intan. Intan ingin berteriak, tapi ingat jika ada Bi Iyem yang sedang beristirahat. Ingin menepis tangan Arka pun tak bisa, sebab tangannya telah rata dengan sambil bawang. Mau tak mau Intan harus menahan kebas di pipinya selama lima menit, Arka baru melepas cubitannya setelah puas melumuri seluruh wajah Intan dengan kecupan dari bibirnya. "Kamu tuh kalo lagi makan jangan kebanyakan bercanda, aku capek pengen cepet-cepet tidur," kata Intan sambil mengambil suapan untuk Arka. Memang benar Intan lelah, ia harus melayani Arka sepanjang sore tadi, di lanjut dengan menyiapkan makan malam untuk mereka berdua. Ya walaupun hanya sekedar memanaskan makanan dari Bi Iyem, tapi Intan lebih banyak bergerak dengan pinggang pegal-pegal. Kalopun ia bisa melewatkan makan malam, Intan akan melakukannya. Akan tetapi, lagi-lagi ia adalah seorang istri yang harus menyiapkan segala kebutuhan suaminya. Arka tentu tidak bisa tidur dengan perut kosong, lelaki itu harus memenuhi asupan makan malamnya. Dengan kata lain, Intan harus menemani suaminya lagi dan lagi. Ditambah Arka ingin disuapi, catatan lelaki itu hanya mau disuapi mengunakan tangan, katanya lebih berasa jika Intan menyuapi tanpa perantara sendok. Arka sangat manja memang, lebih tepatnya mereka punya porsi manja masing-masing yang akan muncul secara bergantian. "Maaf ya udah bikin kamu capek, Sayang. Makasih juga udah mau ngerawat bayi gede ini." Arka mengecup tangan Intan, tersenyum tulus meskipun tetap berusaha mengunyah makanan yang sudah berada di dalam mulutnya. Intan tersenyum, Arka memang selalu bisa menjadi penyembuh untuk dirinya. Lelakinya memang penuh keromantisan yang tiada tara, sungguh ia sangat beruntung memiliki Arka. "Aku juga minta maaf udah judesin kamu, makasih juga udah mau berusaha sampai sekarang sama aku," balas Intan tak kalah lembutnya. Mereka tertawa bersama, tampaknya memang tak ada kata lelah jika kita menghabiskan masa bersama orang yang tepat. Tak akan ada perselisihan jika keduanya mau saling jujur dan memberikan apresiasi. "Abis ini kita nonton film ya? Kata kamu udah lama kita ga nonton bareng," ucap Arka masih terus mengunyah. Intan pikir Arka lupa terhadap permintaannya tempo hari sebelum mereka berangkat ke Bali, ya meskipun hal sepele, ia hanya ingin menonton film bersama. Suaminya tak bisa mengabulkan permintaan itu kemarin-kemarin, tampaknya pekerjaan di kantor memang sedang membeludak. "Kamu kalo masih sibuk sama kerjaan mending gak usah, masih ada besok-besok kok," jawab Intan tak enak sendiri. "Udah gak ada kerjaan, Sayang. Aku kan tadi udah bilang, kerjaan ku udah beres semua, makanya bisa pulang cepet." "Yakin?" "Yakin, Sayangku." Intan mengangguk, tangannya masih sibuk mengais nasi dan mengambil daging ayam untuk ia suapkan ke arah Arka. Mereka makan malam dengan piring yang sama, hanya saja tangan Intan yang banyak bekerja. "Emang kamu mau nonton film apa si, Sayang?" Kembali Arka bertanya kepada Intan, rasanya bibirnya akan terus berceloteh jika di samping sang istri. "Teluh Darah, itu serial, Sayang. Sepuluh episode, udah tamat kemarin," jawab Intan. "Horor?" "Iya horor, kayak main dukun gitu." "Ohh gitu ... Nonton dimana?" "Disney .... " "Kamu masih ada paketnya kan? Kalo udah abis beli lagi aja sekarang, kalo kemaleman nanti." "Masih ada kok, orang aku beli paket yang satu bulan." "Okey ... Kamu jangan takut ya! Awas!" Intan memutar kedua bola matanya, Arka berlaga seolah ia satu-satunya yang berani di antara mereka. Padahal lelaki ini juga yang harus Intan temani untuk ke kamar mandi seminggu setelah menonton film Pengabdi Setan kemarin. Setengah jam berlalu, makan mereka telah tandas. Intan segera membasuh tangannya dan membereskan meja makan. Dibantu oleh Arka yang mulai mencuci piring bekas mereka. "Sayang!" panggil Arka. "Apa?" "Kita nonton di kamar kan?" "Emang kamu mau di ruang tv nontonnya?" "Enggak!" "Dih, kenapa panik sendiri?" Arka hanya tertawa malu, luntur sudah pencitraannya yang berlagak sok berani di depan sang istri. Yah mau bagaimana pun Arka tetap saja lebih takut ketimbang Intan, nyali istrinya memang telah banyak mendapat acungan jempol. Arka selesai dengan cucian piring, sedangkan Intan juga telah membereskan meja makan. Mereka akhirnya beriringan berjalan masuk ke dalam kamar. "Nih aku udah nyalain tv-nya, kamu sambungin gih!" Ayu mengangguk, mengotak-atik remote tv guna mencari saluran yang ia inginkan setelah Arka menyalakan televisi yang berada di kamar mereka. Arka terlebih dahulu mengambil tempat, sedangkan Intan masih berdiri di samping ranjang. "Nah ketemu!" Intan girang setelah menemukan serial yang ia mau, langkah ia bawa untuk mematikan saklar lampu dan menghidupkan lampu tidur di kamar mereka. "Sini!" seru Arka merentangkan tangan menyambut tubuh Intan untuk ia peluk. Intan bergegas naik ke atas ranjang, bergelung di dalam selimut menyusul Arka yang sudah siap sejak tadi. Momen ini memang menjadi favorit bagi Intan, menghabiskan waktu yang ia punya bersama orang terkasih. "Kamu jangan tidur duluan ya!" ×××
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD