bc

Blood Sweat and Tears

book_age18+
294
FOLLOW
1K
READ
dark
others
tragedy
no-couple
serious
mystery
scary
crime
like
intro-logo
Blurb

BTL baru saja mengeluarkan album mereka . Sebelumnya, mereka telah meluncurkan lagu andalan dari album terbarunya. Ketujuh member bekerja keras untuk kesuksesan album ini, bukan hanya para member tapi juga para staf. Harapan mereka adalah lagu ini bisa diterima penggemar juga salah satu jalan agar mereka semakin dikenal oleh masyarakat.

Heosok berjalan masuk setelah ia turun ke lantai bawah, kemudian ikut duduk bersama yang lain. "Aku menemukan ini di depan pintu latihan," ucapnya sambil mengayunkan sebuah Disk.

Semua menatap penasaran, sampai sebuah pertanyaan terlontar dari Taetae si pemilik senyum kotak. "Apa itu Hyeong?" (*Hyeong=kakak laki-laki/ abang)

"Kau bodoh itu disk!" maki Yunki keras diakibatkan rasa laparnya yang sedikit membuncah.

"Aish, maksudku isinya hyeong."

"Kita lihat saja," kata Jimmy sambil mengambil laptop di lemari yang berada di sudut ruang latihan. Tak lama kemudian kembali duduk di antara yang lain. Ia mengambil kaset yang ada di tangan Heosok, dan menyalakan. Layar menyala, ada sebuah file video ia segera membuka file itu.

"Bukankah itu Jeon-gu?" tanya Seojin bingung.

Mereka melihat Jeon-gu yang terduduk dan mata member paling muda itu ditutupi oleh kain hitam.

"Apa-apaan ini apa dia mempermainkan kita?" tanya Namjun curiga, maklum Jeon-gu memang termasuk anak yang usil.

"Aku rasa ini serius.” Jimmy berpendapat.

Yunki tak terlalu menanggapi karena memang biasanya memang si bontot itu selalu menjahili mereka. "Ah, sudahlah si kelinci berotot itu hanya menjahili kita."

Dreet dreet dreet

Ponsel Taetae bergetar tanda panggilan masuk dari Jeon-gu. Ia segera mengangkat panggilan itu, "Hei, apa yang kau lakukan?"

"Hyeeoong?!" Suara dari ponsel, Jeon-gu menmanggil tapi lebih terdengar seperti teriakan.

Taetae mengerutkan keningnya ia bingung, dan memutuskan menekan tombol loud speaker agar semua bisa mendengarkannya. Membuat tanpa sadar tubuh mereka mendekat dan saling memperhatikan.

"Jangan main-main?!" bentak Namjun.

"Tolong aku!" teriak Jeon-gu panik.

chap-preview
Free preview
1. flashdisk
BTL baru saja mengeluarkan album mereka bertajuk Flying. Mereka bekerja keras untuk kesuksesan album ini, bukan hanya para member tapi juga para staf. Harapan mereka adalah lagu ini bisa diterima penggemar juga salah satu jalan untuk semakin di terima oleh masyarakat. Maka semua tak dilakukan dengan sungguh-sungguh, latihan keras dilalui setiap harinya. Lebih dari setengah hari dihabiskan untuk berlatih, banyak hambatan yang mereka lewati demi kesuksesan album baru mereka. Dan bukan hanya itu, tentu memikirkan konsep bukan hal yang mudah. Sangat beruntung mereka memiliki leader yang mumpuni. Merancang konsep yang apik dengan misteri di baliknya yang membuat para penggemar selalu mencari misteri di balik album mereka. Jelas semua tak mudah waktu dan tenaga yang tak sedikit. Harapan mereka selalu sama, semua hal yang mereka lakukan untuk musik mereka bisa diterima oleh masyarakat. Musik berdentum sejak pagi tadi disalah satu studio latihan, lantai yang terus bergetar akibat hentakan kaki sesiapa yang ada di dalam sana. Siapa lagi, kalau bukan ke tujuh member BTL tengah berlatih keras. Kekompakan bukan datang begitu saja, mereka melalui hari yang sulit dari latihan rutin dan keras selama beberapa tahun kebelakang. Setelah waktu latihan selesai ketiga member kini masih berada di dalam studio latihan. Seojin sang tertua, Jimmy salah satu yang termuda tapi bukan yang paling muda ia memiliki senyum dan tatapan polos yang menenangkan dan Yunki si pemilik senyum manis , si pria albino yang blak-blakan tapi, penuh kasih sayang. Ketiganya duduk merasakan lelah tampak dari peluh di pakaian mereka yang basah. "Apa kita akan melakukan penampilan singkat pada acara jumpa fans depan?" tanya Jimmy. Yunki menggeleng. "Lakukan seperti biasa saja." "Bagaimana kalau kita siapkan games? Sesuatu yang bisa sangat menyenangkan. Akan asik sekali jika kita lakukan bersama penggemar." Seojin berikan saran yang dijawab anggukan oleh Jimmy dan Yunki. "Tapi, jangan terlalu melelahkan," protes Yunki bahkan sebelum ia mengetahui rencana apa yang akan mereka lakukan. Jimmy dan Seojin terkekeh seraya menggelengkan kepala. "Kita bahkan belum memikirkan rencana apa yang akan kita lakukan," ujar Seojin. Disela obrolan Namjun dan Tae kembali setelah membasuh wajah. Kini mereka merasa dan terlihat segar, dibandingkan ketiga orang yang masih enggan beranjak dari studio itu. "Aku lapar," keluhnya sambil mengelus perut bulatnya kemudian merebahkan tubuh di lantai di samping Jimmy. "Aish, aku rasa aku akan menghabiskan dua porsi nasi goreng setelah ini. Ayo kita segera kembali ke dorm dan makan nasi goreng kimchi," timpal si pucat. Namjun memperhatikan member yang berkumpul dan terlihat sangat kelelahan. Tentu saja ada rasa iba melihat yang lain kelelahan setiap harinya. "Bagaimana jika kita makan di luar setelah latihan? Aku akan mentraktir kalian." "Yeaah!!" Tentu ajakan itu mendapat jawaban setuju nan meriah menggema di ruangan dari member lain. "Aku menyukainya," lanjut Jimmy sambil tersenyum manis. Saat yang lain masih dengan kesenangan setelah ajakan Namjun. Saat itu Heosok berjalan masuk. Ia baru saja kembali dari lantai bawah setelah bertemu dengan sang kakak yang mampir. Pria itu kemudian ikut duduk bersama yang lain. Ia duduk seraya memerhartikan sebuah flashdisk di tangannya. "Aku menemukan ini di depan pintu latihan," ucapnya sambil mengayunkan flashdisk itu. Semua menatap penasaran, sampai sebuah pertanyaan terlontar dari Tae si pemilik senyum kotak. "Apa?" "Kau bodoh? itu flashdisk!" maki Yunki kesal juga dengan pertanyaan Tae. Apalagi saat ini ia merasakan lapar. "Aish, maksudku isinya." Tae protes karena Yunki yang marah padanya. "Kita lihat saja," sahut Jimmy sambil mengambil laptop di lemari yang berada di sudut ruang latihan. Tak lama kemudian kembali duduk di antara yang lain. Ia menyalakan laptop, mengambil kaset yang ada di tangan Heosok, segera memasang flashdisk tersebut, lalu membuka file, ada satu file video yang segera ia buka, video terbuka. "Bukankah itu Jeon-gu?" tanya Seojin bingung. Mereka melihat si bungsu dalam grup yang tengah terduduk dengan mata yang ditutupi oleh kain hitam. "Apa-apaan ini apa dia mempermainkan kita?" tanya Namjun curiga, ya maklum karena anak yang satu itu memang termasuk sangat usil. "Aku rasa ini serius," ucap Jimmy masih sambil menatap layar laptop. Yunki tak terlalu menanggapi, tak mau tertipu karena memang biasanya memang si bontot itu selalu menjahili mereka. "Ah, sudahlah si kelinci berotot itu hanya menjahili kita." Dreet dreet dreet Ponsel Tae bergetar sebuah panggilan masuk. Ia menatap layar tertera nama Jeon-gu di sama. Dengan segera ia mengangkat panggilan itu, "Hei, apa yang kau lakukan? Di mana kau? Jangan mengerjai kami." "Hyeeoong!" teriak Jeon-gu dari balik telepon. Tae mengerutkan keningnya ia bingung, lalu memutuskan menekan tombol loud speaker agar semua bisa mendengarkan. Yang lain tanpa sadar saling mendekat dan memperhatikan. "Jangan main-main kau ada di mana?" tanya Namjoon. "Tolong aku!" teriak Jeon-gu terdengar jika ia ketakutan dan panik. "Aish, cepat kembali aku ingin makan nasi goreng?!" protes si pria pucat, ia masih tak percaya dengan apa yang dengar. Masih berpikir jika Jeon-gu menulisnya. Terdengar suara si bungsu bergetar. "Hyeong?! Aku tidak main-main," "Aku akan matikan ponselnya. Segera kembali! aku akan menghukum mu jika dalam setengah jam tidak kembali ke ruang latihan! Lekas aku akan mulai menghitung." Namjun berkata tegas ia juga berpikir jika Jeon-gu mengerjainya. "Hyeong tolong aku! Aku sungguh-sungguh!" Namjun segera mematikan panggilan di ponsel Tae. Ia melirik pada Yunki dan Heosok mereka lalu terkekeh geli. Menertawakan Jeon-gu yang terlalu serius mengerjai mereka. Ketiganya berpikir jika kali ini mereka lolos dikerjai oleh Jeon-gu. Namun, Tae, Jimmy dan Seojin berbeda mereka saling bertatap dan berpikir jika ini tak main-main. "Aku rasa ini serius," Jimmy menatap yang lain dengan tatapan cemas, ia menatap bergantian ke seluruh member. "Aih, apa kau mau termakan permainannya?" tanya Heosok yang berpikir sama, jika Jeon-gu hanya bermain-main. "Dia hanya menjahili kita dan akan segera kembali untuk nasi goreng," timpal Yunki ia melirik ke arah Heosok yang mengangguk setuju dengan ucapannya. Namjun terdiam ia memikirkan sesuatu, ia coba kembali mengingat suara Jeon-gu yang ia dengar tadi. Mencoba berpikir, ya mungkin ini tak main-main, tapi bisa juga ini kejahilan Jeon-gu mengingat ia sering mengerjai para member yang lebih tua. Sungguh ini buat ia ragu. "Apa kalian yakin ini hanya main-main?" tanya Namjun kali ini ia serius. Semua saling bertatapan, pertanyaan dari leader membuat keyakinan mereka bercabang. "Apa ini serius?" tanya Seojin menekankan. "Mari kita cari tahu semua menyebar, kita cari Jeon-gu. Jangan beritahu siapapun sampai semua jelas," perintah Namjun. *** (hyeong: adalah sebutan Abang/ kakak laki-laki yang diucapkan adik laki-laki/yang lebih muda. kepada laki-laki yang lebih tua/kakak laki-laki.)

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Devil Billionaire

read
94.8K
bc

Marriage Aggreement

read
81.0K
bc

Scandal Para Ipar

read
694.1K
bc

Di Balik Topeng Pria Miskin

read
860.8K
bc

Menantu Dewa Naga

read
177.1K
bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
624.8K
bc

TERPERANGKAP DENDAM MASA LALU

read
5.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook