bc

Rahasia Mereka

book_age18+
518
FOLLOW
8.7K
READ
family
HE
badgirl
drama
sweet
bxg
wild
like
intro-logo
Blurb

Ketika Mereka menyimpan cerita di belakangku.

Ketika kalian menyimpan rahasia yang menyakitiku maka jangan salahkan takdir jika aku membuat kalian menderita hingga kalian akan lebih memilih mati saja.

chap-preview
Free preview
pesan sayang di ponsel suami
Suara alunan musik terdengar lembut mengiringi setiap langkah dari seorang wanita cantik, sepasang sepatu dengan hak runcing setinggi dua belas sentimeter membingkai telapak kaki putih dan mulus, kedua kaki jenjang yang terlihat bergantian keluar dari belahan gaun panjang yang ia kenakan. Langkah kaki lurus seiring lenggokan penuh pesona seolah menghipnotis setiap mata yang melihatnya, sedikit senyuman nyaris tak terlihat di bibir tipis berwarna merah muda kecoklatan, sorot matanya tajam tertuju ke arah depan meninggalkan lirikan yang terlihat penuh dengan keangkuhan saat satu tangannya bertolak di pinggang ramping seiring dengan putaran tubuhnya membuat setiap mata yang memandang dapat melihat punggung mulus yang terbuka dalam potongan rendah gaun yang ia kenakan. Wanita itu kembali berjalan dengan begitu anggun menyusuri lantai catwalk, merasa puas karena pagelaran busana malam ini berjalan dengan baik seperti biasanya, ia kembali berdiri bertolak pinggang di sisi catwalk dengan begitu anggun saat sang perancang busana ternama yang sedang ia peragakan karyanya datang ke depan para penonton diiringi tepuk tangan yang begitu meriah. Sedari tadi kilatan lampu kamera terasa menyilaukan mata sama seperti pesona kecantikan sang diva, seorang model catwalk, foto model, bintang iklan dan pemain film yang tengah berjaya Janniswa Narantika. Kehidupan terasa begitu sempurna, cantik, berbakat, memiliki banyak penggemar, segudang pekerjaan juga segudang uang membuat dunia seolah berada di genggaman Sang diva, perempuan yang lebih akrab dipanggil Niswa. Wanita cantik itu begitu bahagia karena segala impiannya telah menjadi nyata, semua cita-cita untuk menjadi seorang selebriti dan mengasah segala bakatnya telah tercapai meskipun hal itu membuat dirinya seolah tidak bisa memiliki waktu untuk dirinya sendiri. Akan tetapi Niswa tahu, konsekuensi untuk menjadi seorang selebriti adalah kehilangan waktu untuk dirinya sendiri, karena saat ia menjadi seorang selebriti maka Janniswa Narantika adalah milik penggemarnya bukan milik dirinya sendiri. Riuh suara tepuk tangan masih terdengar, bahkan samar-samar juga terdengar suara penggemar memanggil namanya, Niswa tersenyum manis begitu bahagia mengetahui dirinya begitu didamba. Masih dengan gaya anggunnya, kedua tangan berada di pinggang ramping berlenggak-lenggok di depan kamera, gaun yang dia kenakan memang terbuka di bagian punggungnya membuat punggung itu dapat dengan mudah terbelai angin dan membuat kulitnya terasa dingin tapi rasa dingin itu tiba-tiba berubah menjadi hangat saat sebuah pelukan ia terima dari belakang. Dan seketika kecupan hangat yang mendarat di bahu mulusnya membawanya kembali pada sebuah kenyataan jika kini semua itu telah berakhir, masa puncak kejayaan sang diva telah berlalu. "Kamu nggak perlu ngaca terus, cermin itu juga udah ribuan kali kan bilang sama kamu kalau kamu adalah perempuan tercantik di dunia ini," kata seorang laki-laki tampan yang sekarang sedang memeluk Sang diva yang selalu bersinar di hatinya. "Cermin cermin di dinding siapakah perempuan paling cantik di dunia ini?" Tanya Niswa sambil mengetuk cermin yang ada di hadapannya dengan ujung jari lentiknya, "mana? dia diem aja nggak bilang apa-apa." "Masa sih? Kayaknya baterainya habis nih!" Jawab sang laki-laki Sambil tertawa kecil, "Ya udah kalau gitu Mas aja yang jawab, perempuan tercantik di dunia ini adalah Janniswa Narantika, Istri dari Ibram Bhadrika laki-laki paling beruntung di dunia karena bisa memiliki kamu." Niswa tersenyum manis mendengar apa yang suaminya katakan, lalu mendaratlah sebuah kecupan hangat di bibir tipis wanita itu. "Gombal deh ah!" Kata Niswa sambil memutar tubuhnya hingga kini sepasang suami istri itu saling berhadapan, Ibram masih tetap melingkarkan tangannya dan dengan lembut mengelus punggung terbuka sang istri. Wanita cantik itu mengenakan sebuah dress yang cukup seksi malam ini, dress motif bunga-bunga tanpa lengan dengan potongan rendah di depan dan belakang, memang selalu bisa memanjakan mata Sang suami dan berusaha membahagiakan laki-laki yang begitu dicintainya itu. Tentu saja Niswa sangat mencintainya, tidak mungkin wanita itu mau meninggalkan karirnya yang tengah berada di puncak kejayaan jika Niswa tidak begitu mencintai sang pangeran pujaan hati. Iya, Niswa meninggalkan segala jubah selebritasnya saat Ibram mempersuntingnya enam tahun yang lalu, lalu wanita itu mendedikasikan seluruh kehidupannya untuk mengurus rumah tangga, mengurus sang suami dan seorang pangeran tampan yang ia lahirkan satu tahun kemudian. "Apa yang masuk ucapkan itu gombal Mas pasti paling jadi manusia yang paling lelah sedunia," jawab Ibram dengan lembut Niswa langsung mengalungkan kedua tangannya di leher sang suami wanita cantik itu menautkan kedua alis tebalnya seolah sedang mencari sebuah jawaban yang tidak ia dapatkan setelah beberapa saat. "Kenapa begitu?" Tanya Niswa tidak tahu mengapa sang suami berkata demikian. "Karena ngegombal itu capek, Sayang, dan kalau semua pujian yang Mas ucapin buat kamu itu gombal maka Mas bakalan capek seumur hidup karena seumur hidup mas-mas akan selalu memuji kamu," jawab Ibram membuat sebuah senyum manis tercetak jelas di wajah Niswa, wanita itu bahagia karena memang sang suami selalu bersikap manis sepanjang usia pernikahan mereka. bahkan jauh sebelum dirinya menjadi istri Ibram, Niswa memang mengenal Ibram sebagai seorang laki-laki yang manis tapi hanya bersikap manis padanya, wanita yang dia cinta. "Udah ah, aku takut diabetes karena kamu terlalu manis! Makan yuk aku udah masak makanan kesukaan kamu," kata Niswa sambil menempelkan ujung hidung mancungnya pada ujung hidung sang suami lalu sedikit menggelengkan kepalanya dengan gemas. "Hem ... Mau banget tapi mas mau mandi dulu ya," ucap Ibram laki-laki itu memang baru pulang dari kantornya, Niswa menganggukkan kepala lalu langsung melepaskan pelukannya membiarkan sang suami memasuki kamar mandi yang ada di sudut kamar mereka itu. Sebagai seorang selebriti terkenal dulu memang Niswa sudah memiliki segalanya, harta bukanlah sesuatu yang menyilaukan baginya bukan pula menjadi hal yang membuat Niswa menerima lamaran Ibram yang dulu sudah memiliki jabatan yang cukup bagus di salah satu BUMN, sebagai seorang laki-laki yang bekerja mengenakan seragam berwarna coklat tentu saja hingga sekarang Ibram sudah memiliki posisi yang jauh lebih baik mungkin itu yang dikatakan menikah adalah pembuka jalan rezeki. "Bunda kenapa lama banget sih aku udah laper tahu!" Rengek seorang bocah berusia lima tahun yang menjadi penyempurna kehidupan dan kebahagiaan Niswa. "Duh kasihan banget anak bunda lapar ya," kata Niswa dengan kedua tangan yang ia rentangkan, bocah kecil yang baru memasuki kamarnya itu langsung berlari dan memeluk sang ibu. "Iya aku mau makan pakai ayam goreng buatan Bunda, kan ayam goreng buatan Bunda paling enak sedunia," jawab bocah itu membuat Niswa tersenyum lebar lalu dengan gemas mengacak rambut lurusnya yang terasa lembut dan menguarkan aroma segar. "Oke kalau gitu ayo kita tunggu ayah di ruang makan, Ayah lagi mandi sebentar," jawab Niswa membuat sang putra melonjak gembira, bocah itu lalu menarik tangan sang Ibu mengajaknya untuk segera ke ruang makan. "Tunggu dulu sebentar, Sayang," pinta Niswa kepada Sang putra saat wanita itu mendengar dentingan ponsel yang tergeletak di atas meja yang ada di kamar itu. Niswa berjalan mendekati meja dan mengambil ponsel sang suami yang tadi menerima sebuah pesan, Niswa takut yang diterima sang suami adalah sebuah pesan penting. Selama ini Niswa dan suami tidak pernah saling mengunci telepon dengan alasan menjaga privasi, bagi mereka sepasang suami istri adalah satu raga yang tidak perlu ada privasi satu sama lain. Wanita cantik berambut panjang itu mengerutkan keningnya saat membaca sebuah pesan yang baru masuk ke ponsel sang suami melalui sebuah aplikasi berwarna hijau, sebuah pesan dari sebuah nomor yang tidak tersimpan. [Oke, sampai ketemu besok sayang] Sebuah pesan yang terasa begitu mesra, perasaan Niswa seketika terasa kacau membaca pesan itu tapi rasa percaya kepada sang suami yang begitu besar membuatnya tidak dikuasai emosi begitu saja. "Mungkin salah kirim." Batin Niswa, kakinya begitu tidak mungkin jika sang suami memiliki hubungan dengan wanita lain hingga harus menerima pesan dengan panggilan sayang seperti itu. "Bunda ayo cepetan, ayo ... aku udah laper banget!" Rengek bocah kecil itu sambil terus menarik tangan sang Ibu mengajaknya keluar. "Iya sayang iya, tunggu bentar. Ibu taruh hp Ayah dulu." Niswa langsung meletakkan ponsel sang suami di atas meja. Wanita itu berencana akan menanyakan tentang pesan yang baru saja masuk ke ponsel sang suami nanti saat mereka sedang menikmati makan malam, Sekarang ponsel yang semula berada di tangan siswa kembali tergeletak di atas meja sementara wanita cantik itu mengajak sang putra. Tidak berapa lama kemudian Ibram keluar dari kamar mandi dengan tubuh segarnya yang hanya dililit sebuah handuk, mengapa perasaannya begitu ingin mengecek ponselnya. Kedua alis tebal laki-laki itu juga nyaris menyatu saat membuka ponsel yang tergeletak di atas meja, kedua mata beriris kecoklatan itu terbelalak sempurna saat melihat sebuah pesan yang sudah terbuka. "Niswa udah baca ini?"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
12.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.0K
bc

My Secret Little Wife

read
94.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook