1. Teman Papa

1752 Words
Suasana malam di ibukota tetap ramai, julukan kota yang tidak pernah tidur itu memang sangat cocok untuknya. Seorang gadis berjalan mengendap-endap, masuk ke rumah ibu mertua kakaknya. Dia berharap tidak akan bertemu dengan ibunya. Sudah hampir lewat tengah malam, seharusnya dia sudah pulang sejak tadi. Namun karena urusan mendesak dia baru tiba di rumah sekarang. Reyna tidak tahu jika dua orang pria menatap ke arahnya sejak tadi. Dia terus melangkah sampai akhirnya kepala gadis itu menoleh, dan mendapati papanya bersama seorang pria yang tidak dia kenal duduk di sofa dan menatap penuh selidik ke arahnya. Reyna terkejut. "Eh!" "Kau tidak menemani kakak iparmu?" Zein bertanya. "Aku … aku sudah menemaninya, lalu aku pergi karena urusan mendesak," ujar Reyna. "Urusan apa?" "Eee … urusan … kuliah," jawab gadis itu. "Jangan coba-coba membohongi Papa, Reyna. Bukankah kau masih cuti?" Reyna menekuk wajah. "Ayolah, Papa, jangan mengintrogasi ku seperti itu," bujuknya dengan bibir manyun, merayu agar papa tak tambah memarahinya. "Kembali ke kamarmu," suruh Zein pada putrinya yang sedikit lebih susah diatur dibandingkan putranya. "Siap, Boss!" Reyna memberikan hormat pada papa sebelum berlari kecil menuju kamar. Dia menghela napas lega sebab hanya papanya yang bertanya. Zein menghela napas dan kembali fokus pada layar laptop Fan. Namun ternyata program di laptop itu belum berjalan sebab sejak tadi Fan menonton drama seorang ayah dan putrinya. "Kenapa kau tidak melanjutkan tugasmu." Bukannya menjawab, Fan malah bertanya tentang gadis cantik yang baru saja dilihatnya. "Oh, aku, apa yang tadi itu putrimu?" "Jangan coba-coba mengganggunya atau kau akan menerima akibatnya," ancam Zein sebelum Fan sempat mengutarakan isi hatinya. Fan segera mengalihkan tatapan dan fokus kembali pada laptop. Meski dia telah jatuh cinta pada pandangan pertama. Namun Fan tidak bisa melewati Zein dengan mudah. Savean Alterio, pria 27 tahun yang memiliki rahang kokoh dengan pipi cukup tirus. Rambut yang selalu dibiarkan dalam kondisi berantakan membuat pria itu tampak seperti berandalan daripada seorang hacker. Namun itulah yang menarik darinya. Meski terkesan tidak rapi, tetapi penampilan Savean a.k.a Fan tetap saja keren. Di dunia peretasan, pria itu dikenal dengan inisial Fan, tetapi di dunia nyata dia memperkenalkan diri dengan nama aslinya, Savean. Keseharian Fan adalah bekerja untuk membantu orang-orang yang membutuhkan jasa hacker-nya. Saat ini pun Fan sedang bekerja membantu Zein meretas CCTV Apartemen Gongsan untuk menumpas kasus penembakan kakak ipar Reyna. Fan mendapat pesan dari salah satu anggota grupnya yang meneruskan pesan seorang gadis berinisial RA. Dia tidak bisa melihat pesan itu karena telah memblokir kontak gadis tersebut. Hal itu disebabkan RA tidak mau membayar jasa hacker-nya dan malah melakukan spam. Beruntung Fan berbaik hati sebab tidak memblokir langsung kartu kontak gadis itu dengan kemampuan meretasnya. Fan mengklik tombol terakhir yang membuat layar laptopnya menampilkan rekaman dari kamera pengintai yang dia cari. Pria itu meraih ponsel ketika Zein sudah mendapatkan rekaman yang diinginkannya. Kini Fan bisa membalas chat dengan leluasa sebab telah menyelesaikan tugas. |Admin grup ini sangat pelit!| Sudut bibir Fan tertarik, perutnya tergelitik membaca pesan itu. Dia membuka blokir kontak RA, lalu membalas pesannya. |Aku tidak pelit, kau harus menghargai kemampuanku.| Send. |Aku akan menghargai kemampuanmu, dan kau harus berjanji akan menyelesaikan masalahku.| |Lima puluh juta, setuju?| Send. Di dalam kamarnya, kedua mata Reyna terbelalak sebab membaca pesan dari admin grup itu. "Lima puluh juta? Dia benar-benar seorang hacker? Atau seorang pemeras!" umpatnya. Dua hari yang lalu Reyna mencari informasi tentang peretas yang bisa membantunya mengubah data diri pada seleksi online penerimaan beasiswa di Universitas Burnei. Reyna melakukan kesalahan sebab tidak menggunakan data asli orang tuanya, semua itu karena Reyna tidak ingin kedua orang tuanya tau kalau dia hendak mengambil beasiswa di ibukota. Azalia, ibunya pun sudah menyuruh agar gadis itu tetap berkuliah di kota tempat tinggal dan tinggal bersama mereka. Namun bukan Reyna jika tidak berani mencoba hal baru. Gadis itu mengambil cuti selama dua minggu di kampus lamanya untuk diam-diam mendaftar beasiswa di kampus ibukota. Reyna berpikir, jika dia tidak boleh pindah berkuliah di ibukota dengan jalur reguler, mungkin jika mendapat beasiswa kedua orangtuanya akan sukarela mengizinkan. Satu hal yang membuat Reyna bersikeras ingin pindah ke ibukota adalah sebab Ryan, seorang jurnalis yang saat ini bekerja di ibukota setelah lulus lebih dulu dari Reyna. Dia adalah pria yang membuat Reyna jatuh cinta pada pandangan pertama. Tentu sulit bagi Reyna untuk melupakannya, meski sebenarnya dia tau bahwa Ryan menyukai gadis lain. |Kau seorang hacker atau hanya penipu yang memeras uang mahasiswa!| |Kau meragukan kemampuanku?| Send. |Tentu saja. Bahkan aku tidak percaya lagi padamu!| Gantian Reyna yang memblokir kontak admin grup itu. |Hei, aku bukan seorang penipu, percaya lah padaku| Balasan pesan Fan tidak terkirim. Dia menyadari bahwa gadis berinisial RA itu telah memblokir kontaknya. Fan membulatkan kedua mata dan mulut, lalu menggelengkan kepala. Sebenarnya bisa saja Fan melacak keberadaan ponsel gadis berinisial RA itu. Namun Fan tidak melakukannya sebab dia tidak mengenal dan tidak memiliki banyak urusan dengannya, lagi pun Fan tidak tahu seperti apa gadis itu. Saat ini Fan lebih tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang putri Mr. Alessandro yang belum dia ketahui namanya. Bayangan wajah gadis yang tadi Fan lihat terus terngiang di dalam benak. *** Mandiri, jago bela diri, tak mudah dikibuli, dia lah Reyna Alessandro, putri kedua Mr. Alessandro, seorang gadis berusia dua puluh dua tahun yang sedang mencari beasiswa di ibukota. Style hijab masa kini melekat di tubuhnya. Wajah putih, hidung mancung, bibir seksi, alis tebal dengan sorot mata teduh, sedikit kesempurnaan itu ada padanya. Setelah kasus penembakan kakak iparnya ditutup, juga setelah menghabiskan liburan keluarga, akhirnya Reyna kembali fokus pada urusan kuliah. Hari ini dia berjalan seorang diri, menyusuri koridor kampus yang sepi. Bukan, dia datang ke kampus bukan untuk berkuliah, Reyna bahkan belum diterima di kampus itu. Dia hanya baru mengikuti seleksi ujian tulis online, dan sialnya dia sebab menggunakan data diri kakak iparnya sebagai wali. Setelah gagal meminta bantuan pada seorang hacker, akhirnya Reyna terpaksa untuk masuk ke komputer server dan mengubah sendiri data diri miliknya. Dalam ujian itu sudah diperingatkan bahwa kesalahan penginputan data akan menyebabkan kerugian pada calon pendaftar, bahkan bisa membuat calon pendaftar ditolak sebab ketidaksesuaian data diri pada nomor induk mahasiswa nasional. Kampus melarang keras mahasiswa yang berkuliah tanpa berkas resmi orang tua sebab hal itu menyebabkan kerugian baik dari segi material juga kuota mahasiswa yang diterima. Banyak mahasiswa yang putus di tengah jalan dan tidak melunasi biaya perkuliahan sebab tidak ada dukungan dari orang tua. Tanpa gadis itu sadari, sejak tadi seorang pria melangkah mengendap-endap di belakangnya, membuntuti ke mana pun Reyna pergi. Dia adalah Fan, seorang pria yang belum Reyna kenal, tetapi mereka sudah pernah bertemu malam itu. Malam di mana Fan membantu papanya Reyna menghack sistem CCTV Apartemen Gongsan, juga malam di mana gadis berinisial RA memblokir kontak admin grup hacker yang hendak melakukan pemerasan terhadapnya. Fan menyipitkan kedua mata, menyadari Reyna yang menoleh ke kanan dan kiri, tampak sedang memperhatikan sekitar. Kemudian Fan melihat gadis itu masuk ke sebuah ruangan lalu menutup kembali pintunya. Fan ikut memantau sekitar, memastikan bahwa tidak ada orang lain yang melihat mereka. Detik berikutnya pria itu menyusul Reyna masuk ke ruang pengawas. "Hah!" Reyna terkejut dengan kehadiran Fan. "Siapa kau dan apa yang kau lakukan di sini?" Fan memiringkan kepala setelah menutup pintu ruangan itu. "Bukankah seharusnya aku yang bertanya padamu." Reyna tertangkap basah. "Aku …." Dia ingat pria itu adalah orang yang ada bersamanya papanya beberapa malam yang lalu. Namun Reyna belum tau siapa pria itu dan apa yang dilakukan oleh mereka malam itu. "Apa kau bekerja di kampus ini?" tanya Reyna, dia mencoba untuk tetap tenang. Fan berjalan santai ke arahnya lantas menaikkan kedua bahu. "Tidak. Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya setelah melihat ke arah komputer server yang barusan digunakan Reyna. Kedua mata Reyna terpejam dan berputar. "Kenapa kau bertanya seolah kau yang memiliki kewenangan di ruangan ini," protesnya dingin. "Aku hanya bertanya, sejak tadi kau terlihat mengendap-endap seperti pencuri." "Aku tidak mencuri. Lebih baik kau diam," ucap Reyna yang saat ini sudah kembali menggunakan komputer server, mencari file data yang tersimpan. Fan memperhatikan apa yang dilakukan Reyna. Dengan cepat dia mengerti apa yang diinginkan gadis itu. Fan menawarkan bantuan dengan senyum penuh kemenangan. "Kau butuh bantuan ku?" "Tidak," jawab Reyna tanpa menyempatkan diri untuk menoleh, kedua matanya hanya terfokus pada komputer. Fan mengagumi kemandirian gadis itu, tetapi raut wajah Fan jelas menampakkan kalau dia juga sedang mencibir kecerobohan Reyna. Pria itu mendongak lantas menoleh ke kanan dan kiri, mencari CCTV di ruangan itu. "Kau yakin? Apa kau juga yakin bisa terbebas dari CCTV itu." Kegiatan Reyna tertunda seketika. Bodohnya, dia lupa jika ruangan ini dilengkapi dengan CCTV, Reyna bahkan tidak memakai penutup wajah dan membiarkan wajahnya terekam CCTV dengan sangat jelas. Gadis itu menoleh, melihat ibu jari Fan yang menunjuk CCTV di atas sana. Pria itu menaikkan salah satu alis, menunggu gadis di depannya berubah pikiran hingga pada akhirnya menerima tawaran bantuan darinya. Jika malam itu Fan menawarkan harga lebih dulu, kali ini Fan menawarkan bantuan lebih dulu. Ini pertama kalinya dia lakukan pada putri Mr. Alessandro. Reyna mengerutkan kening. "Lalu bagaimana denganmu? Kau juga ada di sini bersamaku, apa kau yakin tidak akan disalahkan meski tak melakukan apa-apa?" "Maka dari itu aku menawarkan bantuan padamu," ulang Fan sambil melipat kedua tangannya di depan perut. Reyna menghela napas singkat lalu menegakkan tubuh, satu tangannya bertopang di meja, sedang tubuhnya agak miring dan menghadap ke arah Fan. "Memangnya apa yang bisa kau lakukan?" tanya Reyna meremehkan. Dia tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa. "Kenapa kau tidak bertanya pada papamu?" Reyna kembali memutar bola matanya. "Kenapa kau tidak pergi saja. Aku tidak butuh bantuan mu," kata Reyna. Dia tidak ingin Fan membawa-bawa papanya dalam urusan ini, sebab Reyna pun merahasiakan semuanya dari papa dan mama. "Baiklah aku tidak akan menyuruhmu bertanya pada papamu, tapi yang pasti aku berjanji akan membantu masalahmu," kata Fan. Reyna sedikit termakan oleh tawaran pria itu. "Kau serius?" "Hm, seserius kau … " Fan menggantung ucapannya dengan jari telunjuk mengarah ke Reyna. " … menikah denganku," sambungnya, kali ini dengan ibu jari yang mengarah pada wajahnya sendiri. Kedua mata Reyna terbelalak lebar. "Apa kau tidak waras!" "Siapa di dalam?" Reyna dan Fan terkejut saat menoleh ke arah pintu yang hendak dibuka. Mulut keduanya membulat tak terkondisikan. Menyadari jika keberadaan mereka akan ketahuan oleh pihak kampus, Fan segera menarik lengan baju Reyna untuk bersembunyi di dalam toilet yang kebetulan berada di dalam ruangan itu. ___________ Novel ini adalah sekuel kedua dari Azalia Istri Seorang Mafia, dan spin off dari novel Cinta Satu Atap, latar waktu dan tempat kejadian sama seperti cerita sebelumnya. Bedanya, cerita ini hanya akan fokus pada kehidupan Reyna.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD