Aroma pagi nan segar di depan markas, terasa begitu berbeda baginya. Pintu markas juga masih tertutup dengan suasana sepi, tanpa seorang pun lalu lalang. Melihat langkah bungkuk Pak Tri, Rain mempercepat langkah kakinya yang terlihat kaku, diterpa rasa dingin yang mengoyak kulit. Ceklek! suara kunci terbuka, terdengar seketika. “ Tumben berangkat pagi? “ meski berkata demikian, wajah Pak Tri tak terlihat terkejut melihat kedatangan Rain. “ Tugas kemarin masih belum selesai, makanya saya buru-buru berangkat. “ jawabnya singkat, sembari buru-buru masuk. Pikiran untuk mengamankan laci meja sudah memenuhi kepalanya yang pening akibat kurang tidur. Lagipula, berada di dalam tentunya lebih hangat ketimbang berkeliaran diluar. “ Huft!! “ Rain menghela nafas sembari duduk. Lima belas menit

