01 perkenalan
secara tidak sengaja usiaku sudah delapan belas tahun tapi inilah pertama kali aku tau arti hidup dan pertama kalinya aku tau apa itu cinta, memulai kisah cinta, dan mengerti tentang arti cinta sejati. Aku "Karina Dewi Lestari" dan ini kisah ku
. . .
"kriiiiiiiiiiiiiing" suara jam weker membangunkan ku dari tidur lelap ku, pertanda sang surya telah menyingsing, aku bangun dengan penuh semangat, hari ini adalah hari yg aku tunggu sejak lama karena hari ini adalah ulang tahunku yg ke-18
namaku Riri, lengkapnya Karina Dewi Lestari, sejak kecil orangtuaku memanggilku Riri, aku anak tunggal, keluargaku adalah keluarga sederhana namun berkecukupan di desa kecil nan asri bernama desa "Pandan Wangi" . Keluargaku terdiri dari aku, ayah, bunda, dan nenek
ayahku bernama Permadi seorang saudagar buah usianya 46 tahun, usia yg terpaut tiga tahun dari bunda yg berumur 43 tahun, bunda bernama Marlina seorang ibu rumah tangga biasa yg sehari-hari disibukkan mengurus keperluan keluarga, dan nenek adalah ibu kandung ayah namanya Winarsih usia nenek 69 tahun tapi nenek selalu menganggap dirinya muda dan selalu penuh semangat
keluarga kami memang sederhana, tapi keluarga kami penuh dengan kebahagiaan karena kami saling menyayangi, semua keluarga menyayangiku terutama nenek yg selalu memperlakukan aku seperti anak kecil, selalu memanjakan dan memenuhi semua keinginanku, bahkan semua hal yg tidak aku dapat dari bunda maka aku akan memintanya pada nenek dan nenek akan memberikannya
ayah adalah sosok yg sederhana, bersahaja, tegas, penyayang tinggi badan ayah 170 cm, tubuhnya atletis, mungkin karena sebelum ayah jadi saudagar dulu ayah adalah buruh angkut buah yang tiap hari kerjanya naik turunin buah ke truk, jadi nggak heran tubuh ayah bagus, dengan wajah ayah yang juga tampan cocok bersanding dengan bunda yg juga cantik, mungkin itu yg membuat wajahku lumayan bukan lumayan sih tapi tergolong cantik, ayah juga cerdas dan prilakunya sopan, selain itu yg membuat ayah terlihat sempurna, meskipun ayah bukan orang kaya tapi ayah adalah seorang pekerja keras yang selalu berusaha memenuhi kebutuhan keluarganya, hal itu yg paling membuatku kagum dan itu juga yg membuatku tidak tertarik untuk memiliki seorang pacar sampai hari ini, beberapakali ada laki-laki yg mencoba mendekatiku mulai dari teman sekolah waktu SMA, teman kampus, sampai anak tetangga rumah, tapi aku selalu menolaknya dengan halus dengan alasan ingin fokus belajar, padahal alasan sebenarnya adalah karena aku belum menemukan sosok pria yg tepat, untuk dibandingkan atau mungkin mendekati sosok ayah yg begitu sempurna di mataku
bunda adalah wanita yg sangat cantik sejak ,bunda kecil kedua orang tua bunda sudah meninggal dalam sebuah kecelakaan karena bertetangga dan ada hubungan kerabat bunda tinggal dan dirawat oleh nenek dan almarhum kakek Susanto (suami nenek Winarsih), jadi ayah dan bunda itu besar bersama seperti saudara, ketika sama-sama sudah dewasa cinta tumbuh diantara mereka, akhirnya ayah dan bunda menikah dan lahirlah aku
sedang nenek ku, beliau adalah wanita yg sangat hebat, lembut, sabar dan penyayang nenek lah yg membesarkan bunda dan ayah dengan penuh kasih sayang, hal yg membuat bunda lebih menganggap nenek sebagai ibunya dari pada mertuanya
. . .
"Riri, cepat turun sayang, sarapan, nanti kesiangan ke kampus!!!" Suara bunda memanggil dari bawah
"iya bunda ini lagi siapin buku" teriakku sambil setengah berlari menuju ke lantai bawah, seperti kubilang keluarga kami sederhana tapi berkecukupan rumah kami berlantai dua model minimalis dengan empat kamar tidur, lengkap dengan ruang tamu, ruang makan, ruang keluarga, dapur, kamar mandi, dan garasi kecil yang memang hanya berisi dua buah motor, milik ayah dan motor matic ku yg dibelikan ayah sejak SMA yg selalu menjadi teman setiaku kemanapun aku pergi, halaman yg cukup luas dikelilingi pagar minimalis, tampak sederhana namun tetap enak dipandang
"masak apa hari ini bunda?" tanyaku sambil menarik sebuah kursi saat tiba diruang makan
"ayam goreng kesukaan nenek, dan sayur bayam kesukaan kamu" jawab nenek yg sudah terlebih dahulu di meja makan dengan senyum jahil setengah mengejek
"ih nenek Riri juga suka ayam goreng" jawab ku sambil menampilkan wajah imut dan manja khas anak kecil
bunda yg berdiri menyiapkan makanan di atas meja makan hanya tertawa kecil melihat candaan kami
"Ayah mana bunda?" tanyaku saat sudah mulai membalik piring dan mengambil beberapa sendok nasi
"tadi berangkat pagi-pagi katanya mau cari durian, ada pesanan" jawab bunda
"owwwwh, tapi ayah sudah sarapan kan bun?"
"sudah tadi pakai nasi sama telor ceplok"
kami pun lanjut sarapan, ketika aku selesai aku minta izin untuk berangkat ke kampus sambil bersalaman lalu mencium tangan bunda dan nenek, saat bersalaman dengan bunda, bunda menahan tanganku dan bilang
"Riri sekarang sudah besar, kalau ada cowok yg mau deketin Riri dan Riri suka, boleh ajak ke rumah dan kenalin sama keluarga"
"issssh, apaan sih bunda" jawabku dengan nada kaget dan pipi bersemu merah
"ia bener kata bunda mu, nenek juga mau dikenalin" nenek membenarkan ucapan bunda
"Issssh, Riri masih kecil kan nek, bunda!!!" jawabku dengan malu-malu
"iya sayang bunda kan cuma bilang kalau ada, kalau gak ada ya enggak" jawab bunda seraya tersenyum
"udah bun Riri berangkat ya nanti telat, hari ini Riri ada kelas pagi" tutup ku sambil melepas tangan bunda
"ya udah gih berangkat, hati-hati ya sayang jangan ngebut bawa motornya"
"iya bunda, assalamu'alaikum" jawabku ku sambil mengambil helem dan berjalan keluar"
"wa'alaikumsalam" ku dengar samar-samar suara bunda dan nenek menjawab salam ku
aku berangkat ke kampus mengendarai motor matic kesayanganku, aku masih teringat kata-kata bunda dan nenek pas selesai sarapan tadi
"udah besar?" tanyaku dalam hati sambil tertawa geli, aku masih belum terfikir untuk dekat dengan seseorang apa lagi pacaran
"ada-ada aja" gumam ku sendiri sambil menggelengkan kepalaku, lima belas menit aku mengendarai motorku dengan terpaan angin pagi yg bercampur dengan udara hangat yg terpapar oleh sinar matahari pagi, hal yg hampir tiap hari aku nikmati, tampa terasa aku sudah memasuki halaman kampus, aku segera melirik kanan kiri mencari tempat kosong di parkiran untuk memarkir motorku
setelah mematikan motor, aku melepas helem dan mencabut kunci dari motorku dan memasukkan kedalam tas, aku turun dari motorku dan berjalan kearah kampus
baru beberapa langkah berjalan
"Riri" terdengar sebuah suara yg familiar memanggil namaku
aku menoleh ke arah suara itu dan . . .
Bersambung . . .
sekian dulu ya ceritanya, ditunggu update selanjutnya, semoga para pembaca sekalian terhibur, sampai jumpa di episode 2