Salah Pintu Kamar

1026 Words
Victor tidak bergerak, membiarkan Ayara pergi ke lantai dansa sementara ia sendiri masih ingin menikmati semilir angin. Victor menatap lurus ke depan, bayangan istrinya saat ini mulai hilang dari pandangan. Berganti dengan wajah perempuan yang baru saja ia kenal barusan. Victor segera menggelengkan kepala, ia tidak pernah memikirkan perempuan lain selain istrinya selama ini, kendati istrinya sudah meninggal sekalipun. Apalagi memikirkan seorang perempuan yang bekerja sebagai wanita penghibur, sungguh tak ada di dalam kamus Victor sebelumnya. Maka untuk menuntaskan rasa lelah, Victor memilih untuk kembali ke kamar yang sudah ia sewa di atas kapal pesiar itu. Sementara itu, Ayara sendiri saat ini sudah berada di lantai dansa bersama dengan tuan Andrew. Ia benar-benar berdansa dengan indah. Memukau mata siapa saja yang memandangnya. Para pria yang ada di dalam sana melihat aksinya bersama tuan Andrew yang begitu romantis. "Lihatlah, Ayara, kau sungguh memukau siapapun. Semua orang menatap kita dengan pandangan terpesona. Ini karena kau, Ayara. Kau sungguh luar biasa, siapa pun memujimu, menatapmu dengan penuh kekaguman," bisik tuan Andrew pas di telinga Ayara yang kini hanya menanggapinya dengan tersenyum kecil. Walau sudah asyik berdansa, sebenarnya Ayara sedang memikirkan satu orang. Satu wajah yang baru saja ia kenal barusan, lelaki bernama Victor, lelaki yang sedang berduka karena kehilangan istrinya dan sedang mengulang setiap tahun untuk menabur bunga di atas permukaan laut dari atas kapal pesiar itu. "Aku selalu melihatmu merenung dari tadi Ayara? Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya tuan Andrew penuh selidik "Tidak ada, Tuan. Apa Tuan memiliki seorang kenalan atau rekan bisnis bernama Victor Giovanni Grazallendra?" tanya Ayara tiba-tiba. Hal itu membuat tuan Andrew menghentikan kegiatan dansa mereka, ia lalu menatap Ayara dengan lekat. "Di mana kau mengenalnya? Tentu saja aku mengenal tuan Victor. Dia sangat terkenal. Ayahnya adalah seorang putra tunggal dari perusahaan besar, ia juga pria yang telah ditinggal mati oleh istrinya." "Berarti kau mengenalnya dengan baik, Tuan Andrew?" tanya Ayara membuat lelaki itu langsung mengangguk. Tentu saja ia mengenal Victor. Semua orang mengenal lelaki tampan dengan perawakan atletis itu sebagai orang penting dan terkenal di negerinya itu. Hampir semua orang tahu siapa Voctor. Namun nampaknya hanya Ayara yang tidak tahu itu. Padahal, Ayara mengenal banyak sekali pejabat dan orang-orang terkenal, anehnya ia sama sekali tidak tahu tentang Victor. "Aku tidak mengenalnya," kata Ayara. "Itu karena dia sangat setia dengan istrinya dulu. Dia tidak pernah seperti aku atau pria-pria lain yang pernah tidur denganmu, Ayara." Mendengar itu hati Ayara jadi tergelitik. sebegitu setianya seorang Victor itu, sampai ia jadi tidak mengenal sama sekali. Ia buta mengenai Victor. Memang selama ini tidak ada pelanggannya yang bernama Victor Giovanni Grazallendra. Tentu saja Ayara merasa dan memikirkan betapa beruntungnya perempuan yang telah dinikahi oleh Victor, lelaki setia yang tidak pernah melirik perempuan lain apalagi seorang wanita penghibur seperti dirinya. Memikirkan itu jiwa petualang Ayara jadi tergelak. Tapi ia seperti tak punya kuasa untuk menggoda seorang victor. Seperti tak ingin merendahkan harga dirinya di depan Victor walaupun ia tahu bahwa ia sudah tidak memiliki harga diri lagi, tapi lelaki yang baru dikenalnya itu, entah mengapa membuat Ayara ingin dipandang sebagai seorang perempuan baik. "Kau bertemu dengannya di mana, Ayara?" tanya tuan Andrew dengan tampang yang tertarik. "Aku baru saja bertemu dengannya tadi di ..." "Ah iya, aku baru ingat hari ini tepat empat tahun kematian istrinya. Dia memang akan kembali setahun sekali untuk menabur bunga dari atas kapal pesiar ini dengan kelopak bunga mawar." Tuan Andrew memotong kalimat yang belum Ayara selesaikan. Ayara mengangguk, sesuai sekali dengan apa yang disaksikan oleh mata kepalanya sendiri tadi. Tanpa Ayara sadari, Victor rupanya pergi ke lantai dansa. Setelah ia kembali ke kamarnya, ia tidak bisa berhenti memikirkan Ayara sedikitpun. Maka ia memberanikan diri untuk melangkah ke lantai dansa dan melihat Ayara sedang berada di pelukan tuan Andrew. Entah mengapa, melihat Ayara yang sedang berdansa begitu mesra dan romantis bersama tuan Andrew, hatinya jadi bergemuruh sendiri, seolah tidak terima Ayara disentuh oleh lelaki lain. Maka akhirnya, ia memilih kembali lagi ke kamar dan tidak ingin lagi bertemu dengan Ayara walaupun sebenarnya ia penasaran dengan perempuan itu. Juga walaupun sebenarnya, ada banyak sekali hal yang ingin ia bicarakan dengan Ayara. Ia merasa tertarik dengan Ayara, tapi sekali lagi, Victor ingin meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia tidak akan pernah bermain dengan wanita penghibur. Apalagi sampai jatuh hati, sungguh tidak akan pernah. Namun, sepertinya Victor salah, sebab saat malam telah larut dengan dirinya yang belum tertidur, pintu kamarnya tiba-tiba diketuk. Saat ia membuka mata, ia melihat Ayara berdiri sempoyongan di depan pintunya. Nampaknya Ayara sedang mabuk hingga melangkah ke kamar yang salah. Kamar Victor Giovanni Grazallendra. Perempuan itu masuk begitu saja, ia masih berusaha menjaga agar tubuhnya stabil. Ayara nampak berjalan terhuyung-huyung bahkan tubuhnya beberapa kali akan membentur benda di depannya. Victor menutup pintu kamar itu. Ia segera mendekati Ayara yang nampaknya masih belum sadar bahwa ia sudah masuk ke kamar yang salah. "Tuan Andrew?" Ayara memanggil tamunya sembari memegang kepalanya yang pening. "Nona Ayara." Suara Victor membuat Ayara yang sedang berkunang-kunang itu lantas menoleh dengan susah payah. Ia mulai mendapatkan penglihatan sempurnanya kala melihat dengan betul bahwa wajah di depannya sekarang bukanlah tuan Andrew. "Kenapa kau ada di kamar ini?" Ayara bertanya dengan bingung, masih dengan memegang kepalanya yang pusing bukan main. "Kau yang sudah mengetuk pintu kamarku, Nona Ayara." Victor tertawa kecil. Ayara lantas segera menoleh ke sekeliling. Pandangannya mengitari seluruh ruangan. Ia menggeleng kesal, memang benar ia lah yang salah masuk. "Maaf Tuan, ternyata memang aku yang sudah salah masuk. Baiklah, aku akan keluar. Maafkan aku." Ayara mencoba mencari keseimbangan tubuhnya. Sempoyongan ia berjalan ke sana kemari. Tiba saatnya ia berada di depan Victor dalam radius jarak sangat dekat karena Victor berdiri tepat di belakang pintu. "Aku akan keluar, Tuan. Menyingkirlah." Tak ada kata keluar dari bibir Victor. Ia hanya masih terus memandangi Ayara. Ayara mendongak, matanya yang memerah membuat Victor tersenyum singkat. Victor tiba-tiba memegang dagu lancip perempuan cantik itu. Keduanya berpandangan cukup lama, suasana dingin juga debur ombak membuat sensasi menggelitik bagi mereka yang bertemu kembali dalam situasi tak terduga seperti ini. "Sekali kau menjejakkan kaki di kamarku, sulit bagimu untuk keluar, Nona Ayara." Dan Ayara membuka matanya sempurna setelah mendengar kata penuh intimidasi dari lelaki penabur bunga berkabung itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD