Siang itu, cahaya matahari memantulkan kilau keemasan di halaman dalam keraton. Para prajurit masih sibuk bekerja, memindahkan gentong-gentong bahan makanan dan memperkuat bangunan yang akan dijadikan lumbung cadangan. Namun perhatian Sekar tidak tertuju pada hiruk pikuk itu. Matanya hanya tertuju pada satu sosok. Dari kejauhan, Sekar melihat Mahesa keluar dari bangunan lumbung bersama ayahandanya. Wajah Mahesa tampak penuh hormat dan tegang, namun ada sedikit rona berbeda—seolah sesuatu yang besar baru saja terjadi. Raja Pramudawardana tampak berbicara dengan nada kebapakan, sesuatu yang hanya muncul ketika ia berbicara pada orang yang benar-benar ia percaya. Sekar berhenti di pelataran. Dadanya terasa hangat. Ada sesuatu yang mengalir lembut di dalam dirinya. Ayah… berbicara denga

