PAB9

2201 Words
Beberapa menit kemudian, setelah Kaysha naik ke atas lantai dua masuk ke dalam kamarnya. Kini sang pelaku datang ke apartemen Woo saat mendengarkan laporan dari Peter kalau Kaysha sudah sampai ke apartemen Woo. Beruntung saat Jamie datang ke sana. Woo tidak ada di rumah. Pria itu baru pergi keluar. Niat awal Jamie berkunjung ke rumah Woo untuk bertemu dengan Kaysa untuk berbicara dan meminta maaf atas apa yang sudah ia lakukan pada Kaysha, sekaligus mengembalikan ponsel dan juga dompetnya yang tetinggalan. Namun, Jamie mengurungkan niatnya untuk berbicara pada Kaysha saat ia naik ke lantai atas dan masuk ke dalam kamar Kaysha yang tidak di kunci itu. Ternyata, wanita itu sudah tertidur pulas mengenakan piyama berwarna hitam. Jamie hanya bisa memandangi wajah cantik yang nampak lelah. ‘Maafkan aku ya Kay. Aku salah melakukan hal seperti tadi pagi. Jujur aku menyesal,’ batin Jamie seraya mendaratkan kecupan lembut mendarat di kening Kaysha. Jamie menghembuskan napas sejenak, tangan kekarnya membelai rambut panjang Kaysha. ‘Andai bisa di ulang kembali. Aku tidak ingin melakukan hal memalukan seperti tadi, merendahkan harga diri seorang wanita baik yang amat aku cintai ini,’ batin Jamie. Ia melirik sekilas ke arah pintu di mana di depan sana nampak asisten pribadi Kaysha yang menunggunya. Dia adalah Pak Choi yang memberikan izin masuk ke dalam apartemen Woo termasuk masuk ke dalam kamar Kaysha. “Good Night, Kay. Mimpi indah ya,” lirih Jamie seraya bangun dari duduknya dan berlalu pergi meninggalkan kamar Kaysha. “Terima kasih sudah memberikan aku izin. Aku titip ponsel dan juga dompet Kaysha,” ucap Jamie belalu pergi dari apartemen Woo. Pagi harinya Kaysha sudah berkemas. Hari ini, hari terakhir Kaysha di Seatlle. Ia menuruni anak tangga bersamaan menarik kopernya. “Pagi nona…” “Pagi Pak Choi.” Pria berumur empat puluh lima tahun itu lekas mengambil alih koper yang di pegang Kaysha dan membawanya ke bawah. “Woo sudah berangkat?” “Sudah nona, tadi malam beliau sudah pergi dan tidak sempat bilang pada nona.” Kaysha menghembuskan napas pelan, karena semalam sebelum Kaysha tidur. Woo mengirim pesan padanya kalau ia akan pulang mala mini juga ke New York. “Apa sudah pesan tiket?” “Tuan Woo tidak mengizinkannya. Beliau minta nona memakai private jat yang sudah di beli khusus untuk anda,” jawab Pak Choi di mana wanita cantik itu nampak menghela napas. “Baiklah. Sebelum kita berangkat kita mampir dulu ke kantor Tuan Jamie ada sesuatu yang saya lewatkan.” Pak Choi mengangguk. Ia pun lekas mengeluarkan paper bag kecil berwarna hitam dan memberikan pada Kaysha. “Ini apa?” “Saya lupa menyampaikan amanat dari Tuan Jamie. Semalam beliau datang ke apartemen dan menitipkan ini untuk nona.” Kaysha mengambil paper bag tersebut dan melihat isi di dalam bag tersebut sebuah dompet dan juga ponsel miliknya. "Terima kasih banyak Pak Choi. Ayo kita lekas berangkat.” Ya, sebaiknya begitu. Lekas berangkat mengingat ini masih pukul enam pagi di mana pria itu sudah di pastikan belum sampai ke kantornya. Tujuan Kaysha apa lagi kalau mengembalikan dompet yang tertinggal di mantel milik Jamie sekaligus mengembalikan mantel pria tersebut setelah Kaysha cuci dengan bersih. Hanya sepuluh menit waktu yang di tempuh Kaysha ke kantor milik pria tersebut. Ia pun segera naik ke atas di mana belum ada karyawan sama sekali yang datang dan meletakan mantel dan juga dompet di atas meja kerja Jamie setelah Kaysha berhasil membuka password ruangan Jamie di mana Kaysha tidak menyangka kalau password ruangan pria berengsek itu adalah tanggal lahirnya. Flashback Off. Penthouse Woo, Los Angeles. Sudah hari ketiga, Kaysha berada di Los Angeles bersama dengan kedua sahabat lainnya di mana kedua sahabatnya tersebut masih belum menemukan titik terang dengan proyek yang sedang di garap. Namun kedatangan Kaysha ke Los Angeles yang seharusnya membantunya. Namun sejak tiga hari ini, wanita itu nampak malas dan banyak melamun mengasihkan diri dengan kedua sahabatnya. Kedatangan Kaysha sama sekali tidak membantu kedua sahabatnya tersebut untuk menyelesaiakan proyek mereka yang tengah ada masalah. Kaysha duduk di samping jendela kaca besar di dalam ruangan keluarga di penthouse milik Woo. Netranya masih betah menatap gedung gedung yang menjulang tinggi di depan matanya. “Ya Tuhan, sepagi ini kenapa itu orang ngelamun terus sih. Lama-lama kesambet tuh anak,” decak Jc sahabat dekat Kasyha yang nampak kesal melihat sahabatnya yang membisu dan duduk menyendiri. “Apa dia nggak cerita padamu?” Pria tampan di sampingnya itu pun menggeleng pelan. Wanita yang ia cintai itu sama sekali tidak bercerita akan kenapa. Jc mendengus kesal. “Apa dia gagal move on lagi?” Lagi lagi pria tampan bernama Yhang Sheng kun menggeleng kepala lagi. Jujur ia tidak tau dengan diamnya Kaysha. Wanita itu tidak bercerita padanya akan masalah apa yang sedang di hadapinya. “Dia nggak cerita sama kamu?” sambung Jc, masih gemas karena jawaban pria berwarga China itu menggeleng kepala terus dan tidak tau dengan apa yang sahabatnya itu sedang pikirkan. “Aneh…” Jc membuang napas kasar. Netranya kembali pandangi Kaysha yang lesu dan tidak semangat, Ia baru pertama kali ini melihat sahabatnya itu seperti ini padahal saat putus dengan Jay pun Kaysha tak bersikap dingin seperti sekarang ini. “Kalau aku tau juga. Pasti aku sudah buat dia senyum seperti biasanya kali. Tapi sekarang entah lah, di tanya pun hanya diam,” jawab Yhang bangun dari duduknya dan menghampiri dapur yang tak jauh dari ruangan tersebut. Pria tampan tersebut mengambil beberapa buat tomat segar yang baru saja ia beli dari supermarket. Ia pun membuat jus tomat untuknya dan juga tema-temannya dengan anak matanya sesekali pandangi ke depan di mana Kaysha berada. “Pak Choi, kenapa dengan nonamu? Kok dia aneh sih?” tanya Jc kini mengalihkan pertanyaan pada asisten pribadi Kaysha yang pastinya pria itu ada apa dengan sahabatnya itu. “Saya juga tidak tau nona. Kenapa Nona Kaysha seperti itu,” jawab Pak Choi memang tidak mengetahui diam nonanya itu kenapa. Mendengar suara cempreng temannya Kaysha memalingkan wajahnya menatap ketiga orang di samping sana. “Kalian lagi ngomongin aku?” “Ya. Kamu kesambet setan mana? Sampai nggak ngomong sama kita-kita?” ujar Jc. “Kesambet?” Kaysha segera bangkit dari persinggahannya dan berjalan menuju sofa di mana mereka sering berkumpul bersama. “Ya. Kamu kesambet setan mana? Kenapa balik-balik dari Seatlle kamu melamun terus hmm?” “Setan?” Jc mendengus kesal. Pak Choi yang mendengarkan perdebatan kedua sahabat pun ikut terkekeh. Apa lagi Yhang di depan sana pun sama ikut tertawa. Kaysha duduk di sofa panjang menatap Jc yang masih penasaran dengannya. “Aku tidak kesambet Jc. Aku baik-baik saja,” jawab Kaysha pada akhirnya kembali menyembunyikan apa yang sedang ia pikirkan. Yhang menghampiri wanita tersebut dengan dua gelas jus tomat untuk Kaysha. Ia pun duduk di samping Kaysha setelah memberikan segelas jus tomat. “Ceritalah padaku, sebenarnya kamu ada apa hmm? Kamu nggak seperti biasanya. Apa kamu ada masalah selama ada di Seatlle?” tanya Yhang pada Kaysha. “Tidak ada.” Kaysha mendekat, memeluk Yhang seperti biasanya setelah ia menyesap setengah jus tomat yang Yhang berikan untuknya Di sandarkan kepalanya di bidang dadda pria yang nampak cantik dengan tanda hitam kecil di bawah hidung dan juga di atas bibirnya. Ketahuilah pria berwajah lebih glowing darinya itu tempat paling ternyatam Kaysha bercerita dan juga diajak bicara, meksi Kaysha tau kalau Yhang sedari dulu menyimpan rasa sayang pada dirinya.  “Lalu kenapa hmm?” Kaysha menengadahkan wajahnya ke atas tersenyum lebar pada pria cantik tersebut. “Aku nggak ada masalah di sana Yhang.” “Lalu kenapa kamu tiga hari ini diam. Katanya mau bantuin kita, tapi bukannya bantuin malah susah diajak bicara. Apa loe lagi patah hati?” “Patah hati sama siapa? Pacar juga kagak punya. Tolong jarang mengarang cerita yang nggak jelas,” timpal Kaysha terdengar kesal karena sahabatnya itu selalu meledeknya. “Ya sudah sini aku bantuin sinih. Sebenarnya masalah kalian ada di mana?” Kaysha lekas melepaskan pelukannya dan duduk di atas lantai beralas karpet untuk membantu mencari masalah yang sedang mereka hadapi tersebut. Wanita yang sama-sama dari Indonesia dan juga bersahabat lama pun tersenyum lebar pada Kaysha dan menujukan masalah yang terjadi pada proyek yang sedang ia garap. Di samping sana, Yhang pandangi Kaysha. Ia melihat kalau Kaysha tengah menyembunyikan masalahnya. Namun, ia tau kalau masalah yang tengah di sembunyikan saat ini sudah di pastikan berkaitan dengan hati. Kalau masalah pekerjaan, ia tau kalau Kaysha pasti akan langsung mengajaknya shering mengenai masalah pekerjaan yang sedang di hadapi. Tapi ini? Tidak terasa, sedari tadi pagi duduk dengan memandangi layar laptop membuat Kaysha jenuh. Ia jenuh melihat angka-angka yang begitu acak-acakan yang membuat kedua netranya rasanya penat. Pantas saja Woo mengatakan kalau pergerakan kedua sahabatnya itu lambat dan nggak ada hasil, karena saking banyaknya data yang falid dan tidak masuk akal setelah ia menyelusuri. “Aman…” lirih Jc pada Kaysha di belakangnya. Kedua wanita itu menyelinap keluar dari Penthouse Woo, setelah menjelang tengah malam dan semua orang sudah beristirahat tidur. “Kamu parkirin di mana?” Kaysha berjalan lumayan cukup jauh setelah mereka berhasil keluar dari penthousenya. “Aku parkir di blok tetangga, mana mungkin di blok kita. Meski ya cukup jauh yang terpenting aman,” jawab Jc dengan cengiran. Kaysha mendengus dan kini di netranya mendapati mobil spot kesayangnya berwarna hitam pekat sudah menantinya. Kedua wanita itu tak henti mengulum senyum bahagia dan masuk ke dalam mobil kesayangannya masing-masing. Malam ini keduanya akan melepaskan penat dengan cara mengikuti balapan liar. Kedua wanita yang sama gilanya akan hobby nya itu langsung tancap gas meninggalkan parkiran tersebut dengan keduanya saling melenggang bebas di jalan raya menuju sebuah area balap liar di mana tempat mereka dulu sering nongkrong. Tentunya Los Angeles ini tempat mereka selalu menuntuskan penatnya. “Hai… what’up girls,” seru seseorang pria yang tak asing menyambut kedatangannya kedua wanita tersebut setelah memarkirkan mobil sportnya dan berjalan ke markas mereka. Kaysha dan Jc pun menyapa dan saling berpelukan pada pria tersebut. Dia Raymond Kim ketua yang di segani di area tersebut. “Kami sehat-sehat saja. Tapi kenapa bapak kelihatanya sudah tua,” ledek Kaysha sembari tertawa. “Hahahaha… masa sih?” jawabnya dengan tawa pula. “Nggak bercanda,” jawab Kaysha duduk di single sofa yang terdapat di sana sembari mengambil sekaleng beer yang diberikan oleh Raymond. “Kamu sudah lama ada di sini?” “Hmmm… sudah tiga hari ini. Aku jenuh ada lawan nggak buatku?” tanya Kaysha netranya menyisir deretan mobil mewah yang siap menujukan kebolehannya. “Ada. Aku sudah siapin tuh,” jawab Raymond seraya menujukan lawannya. “Aku dulu Kays. Kau belakangan,” sela Jc. “Silahkan nyonya,” balas Kaysha seraya mengulurkan tangannya agar wanita itu lebih dulu. Jc pun kembali turun ke bawah mengikuti anak buah Raymond untuk balapan liar dengan lawan yang sudah di tentukan oleh Raymond. Kaysha dan Ray pun hanya melihat aksi Jc dengan mobil kesayangannya itu. Sesekali Kaysha mengobrol masalah mobil mereka sembari melihat aksi Jc di mana wanita itu memenangkan pertandingan liar. “Apa ada lagi lawan yang sepadan denganku?” *** Pagi hari ini Yhang dengan kebiasanya sudah nampak sibuk berada di dapur menyiapkan sarapan pagi yang di bantu oleh seorang pembantu. Pria yang gemar memasak itu dengan kebiasanya selalu menyiapkan sarapan untuk penghuni di penthousenya ini. Pria berwajah cantik dan glowing itu sebenarnya sama dengan Woo. Dia seorang bos dan kedua wanita manja itu adalah bawahnya. Namun pria kelahiran Wuhan itu hoby memasak dan berlama-lama di dapur. Ia tak pernah malu memasak untuk rekan-rekannya, malah ia sangat senang bila masakananya di santap oleh teman-teman dekatnya. “Pagi Yhang…” sapa Kaysha berjalan mendekat. Ahh—Kaysha selalu iri dengan wajah cantik Yhang yang mengalahkan kecantikannya. Pria yang kerap di panggil berbie itu selalu melukis senyuman cantik membuat banyak orang. “Pagi… duduklah aku sudah menyiapkan sarapan pagi untuk kalian,” jawab Yhang. “Astaga, bisa-bisa aku diabetes kalau kelamaan dengan itu orang.” “Emangnya kenapa?” “Lihatlah kebiasaan bos kita satu itu yang sudah longgar bibirnya. Senyum melulu,” gerutu Jc heran pada pria satu itu. Yhang meletakan makanan yang ia buat di atas meja. “Sarapan itu ya lekas di makan bukan di pelototin seperti itu,” ucap Yhang pada kedua wanita yang kini menatap hidangan di atas meja makannya. “Ini nggak salah?” tanya Jc. “Memangnya ada yang salah?” balas Yhang nampak kesal. “Banyak amat sarapan yang kamu buat memangnya ada acara apaan sih?” “Orangnya juga banyak, kamu bagaimana sih. Emangnya Pak Choi sama si Kay juga nggak akan ikut sarapan bersama dengan kita?” Kaysha melahap sandwich buatan Yhang yang luar biasa enak. Ia pun menggenggam tangan Yhang yang sepagi ini sudah bersitegang dengan Jc. “Terima kasih banyak sarapan paginya. Ini sangat lezat. Masakanmu tidak ada dua nya,” decak Kaysha kagum dengan masakan pria cantik itu. Yhang tersenyum tampan menatap Kaysha. Wanita itu memang selalu membuat moodnya baik, tidak dengan wanita satunya. “Dihabiskan.” Kaysha mengangguk. “Apa hari ini kamu akan pergi ke kantor?” “Hmm… aku mau ke lapangan dulu sama Jc dan juga Pak Choi setelah itu kita ke kantor. Kita harus bagi tugas agar semuanya kembali terkendali.” Yhang mengangguk setuju. Kali ini mereka harus berbagi tugas agar semua kelar ketika Woo datang kemari untuk memeriksanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD