“Istirahatlah pasti kamu lelah,” ujar Yhang setelah meminta para asisten rumah tangganya mengambilkan belanjaan yang sudah ia beli dan tak lupas meminta mengupaskan dan membersihkan beberapa daging dan juga sayuran yang hendak akan ia masak untuk makan malam nanti.
Kaysha langsung merebahkan tubuhnya di sofa Panjang sementara pria itu seperti tidak ada lelahnya setelah berbelanja begitu banyaknya langsung masuk ke dalam untuk makan malam.
“Apa kamu tidak cape Yhang? Kamu juga harus istirahat dulu atau kalau tidak kamu panggil chef ternama saja untuk membuatkan makan malam yang lezat!”
“Aku tidak lelah, aku sedang tidak malas kenapa aku harus memanggil chef ternama? Apa masakanku kurang enak?” seru Yhang sekilas menatap ke depan.
“Bukan begitu. Maksudku pastinya kamu lelah dan bisakan untuk malam ini kamu tidak masak dulu karena pastinya kamu pun lelah karena sedari pagi pun berada di kantor?”
Kaysha merasa malu dengan sikap pria di depannya yang sedang menyiapkan makan malam untuknya dan juga untuk teman-temannya yang lainya.
Ia pun lekas bangun dari rebahanya untuk ikut membantu Yhang menyiapkan makan malam untuk semuanya.
“Jujur saja deh sebenarnya kamu belanja banyak terus kini masak banyak, memangnya akan ada siapa yang datang?”
“Woo…” jawab Yhang dengan senyuman tampannya.
Wajah Kaysha berbinar. “Benarkah Woo akan pulang?”
Yhang mengangguk. “Kamu senang kalau dia akan kembali ke sini?”
“Tentunya aku senang. Jadi aku tidak repot-repot harus pergi ke Seatlle menyusul Woo untuk meminta maaf karena kini orangnya pun akan kembali ke rumahnya sendiri,” jawab Kaysha dengan cengiran.
“Dasar kamu,” jawab Yhang seraya mengusap atas rambut Yhang.
“Lalu kapan dia akan sampai rumah?”
“Dia bilang sih pukul delapan kurang dia akan sampai?”
“Jadi kita punya waktu satu jam setengah untuk menyiapkan makan malam?”
Yhang mengangguk kembali sembari pria itu langsung mulai memasak.
***
Ting Tong!
Kaysha mendelik, ketika netranya saling bertemu dengan netra coklat milik Yhang saat mendengarkan suara bel berbunyi.
“Apa itu Woo datang?”
Yhang mengkendikan bahu nya tidak tau siapa yang datang karena ini masih pukul tujuh lebih.
“Coba saja kamu buka, mungkin saja Woo datang…”
Kaysha mengangguk, ia pun lekas mencuci tangan dan lekas menghampiri pintu utama. Baru saja sampai depan, sosok yang sedari tadi di tunggu-tunggu pun muncul dengan ekspresi senang saat bertemu dengan adiknya yang berlari ke arahnya dan langsung memeluknya.
“Malam sayang,” sapa Woo sembari membawa tubuh kecil wanita manja itu ke dalam gendongan. Kaysha mengalungkan lenganya pada leher Woo.
“Malam juga Ka…”
Woo mengecup pipi Kaysha. “Tumben sih seperti anak kecil ginih pake minta di gendong ginih dan meluknya erat banget?”
“Jadi nggak boleh?”
“Manja benget nggak kaya bisanya. Ada apa denganmu hmm?” tanya Woo sembari berjalan masuk ke dalam dan duduk di sofa Panjang.
Tubuh kecil itu kini duduk di atas pangkuan Woo seperti seorang adik yang merindukan kaka nya, padahal mereka bukan sedarah.
“Tidak ada.”
Kaysha bangun dari duduknya di atas pangkuan Woo.
“Mau kemana di sini saja.”
“Aku mau bantu Yhang menyelesaikan makan malam.”
Woo pandangi sahabatnya yang berada di depan sana, pria itu mengerlingkan sebelah matanya dengan senyuman ciri khasnya.
Woo yang mengerti maksud dari sahabtanya itu pun dengan senangnya ia kembali memeluk Kaysha di mana ia masih mendudukan adiknya dan memeluknya erat.
“Aku masih rindu, De.”
“Nanti aku peluk lagi, kasihan Yhang.”
Woo mengangguk ia pun mengizinkan adiknya untuk membantu sahabatnya itu.
Jc yang baru keluar dari kamar pun langsung menghampiri Woo dan memeluk pria tersebut.
“Aku akan ambilkan kamu minum. Apa mau aku buatkan coffe?”
“Tidak usah, water saja Jc. Sejak tadi aku ngopi terus di pesawat.”
“Oke aku akan mengambilkannya,” jawab Jc berlalu pergi.
Woo bangun dari duduknya untuk melepaskan mantel besarnya dan menyampirkan di sofa.
“Ini Woo waternya.”
Jc memberikan sebotol air mineral yang ia letakan di atas meja sofa bersama dengan gela berkakti tinggi.
”Terima kasih.”
“Sama-sama. Kamu datang ke sini sendiri? Lalu kemana Pak Song?” tanya Jc karena sama sekali ia tidak melihat pria tua yang selalu setia mengukuti kemana Woo pergi.
“Dia masih di parkiran membawa barang-barangku!”
Yhang meletakan beberapa makanan yang sudah selesai ia masak.
“Kamu datang ke sini sendiri Woo?”
Kini Yhang yang mulai bertanya pada sahabatnya. Belum juga Woo menjawab, sosok pria tampan pun masuk ke dalam dengan membawa kopernya.
Dipandanginya seseorang yang ia rindukan selama ini ada di depan matanya. Wanitanya itu sedang sibuk menyiapkan makan malam sehingga ia tak melihat kedatangannya.
“Selamat malam semuanya…”
“Sama dia noh.” Woo menunjukan dagunya pada pria yang kini berdiri tidak jauh adrinya. Seseorang di depan sana nampak terkejut akan suara yang familiar.
"Ketika pandangannya di angkat ke atas, bersamaan kedua mata mereka bertemu. Kedua mata Kaysha mendelik membenarkan kalau pria berengsek itu datang kemari.
Kaysha menatap tajam ke arah Woo dengan tatapan penuh intimidasi.
Woo langsung menghembuskan napas berat, karena baru saja adiknya itu manja-manja padanya dengan hati adiknya itu yang riang gembiara menyambut kedatangannya. Saat ini, wajahnya seram kembali.
“Baru juga baikan,” batin Woo pasrah.
“Ohh ya kenalin, ini sahabat aku. Jamie Grey,” ucap Woo mengenalkan Jamie pada semua orang yang ada di dalam penthousenya ini.
Jamie pun mengenalkan diri dengan sesekali menatap wajah Kaysha yang nampak kesal dengan kedatangannya.
Jamie tak memusingkan akan wanitanya itu tak melihat apa lagi menatapnya. Yang terpenting saat ini ia sudah bertemu dengan Kaysha.
Jc maju selangkah, ia mengulurkan tangannya untuk berkenalan secara langsung dengan sosok pembisnis sukses billionaire terkenal se-Amerika tersebut.
“Perkenalkan saya Jc, senang bisa bertemu dan berkenalan dengan pengusaha sukses seperti anda Tuan Jamie Grey,” ucap Jc dengan formal.
Jamie tersenyum lebar, menerima jabatan tangan tersebut meski sesekali anak matanya melirik ke samping di mana wanita itu benar-benar terlihat tidak sudak ia datang ke sini.
“Jamie. Senang berkenalan dengan anda, Nona Jc.”
‘Kenapa juga sih pria messum itu datang ke sini? Mengganggu moodku saja. Kenapa juga Woo memberitahukan kalau aku ada di sini. Ck! Dasar ingkar janji!’ decak Kaysha dalam hati kesal.
“Silahkan duduk Tuan Grey. Saya akan membuatkan minuman untuk anda. Apa anda mau kopi or tea?”
“Hmm… air mineral saja Nona Jc terima kasih,” ucap Jamie seraya duduk di single sofa di mana ia bisa pandangi wanitanya yang kini jutek padanya.
Jamie tak lepas menatap Kaysha di depan sana yang tengah memasak.
Kaysha yang merasa sedari di perhatikan pun kini menaikan pandangannya. Netranya langsung bertemu dengan manik mata abu-abu keemas an tersebut dan mengerlingkan sebelah matanya padanya.
Kaysha tersentak, namun ia memutar bola matanya jengah bersamaan bibirnya yang mengerucut panjang ke depan.
Jamie terkekeh melihat ekspresi Kaysha.
“Astaga kamu itu sangat menggemaskan sekali si Kay. Kamu membuatku hidupku up and down seperti ini ketika kamu pergi meninggalkan aku. Aku bersumpah tidak akan membiarkanmu pergi lagi dari hidupku,” batin Jamie.
***
Jamie menatap geram, saat melihat pria yang sahabatnya Woo itu mendekati Kaysha ketika wanita itu masih berada di dapur.
Tangannya terkepal erat, saat melihat pria itu dengan berani-beraninya merangkul pinggang Kaysha di hadapannya. Kedua orang di depan sana itu terlihat seperti sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta.
Pria berwarga China itu nampak asik sekali menggoda wanitanya dengan candaan receh namun membuat wanitanya itu tertawa.
Woo bangun dari duduknya dan berpindah ke samping Jamie. Ia tau sahabatnya itu menatap tidak suka karena terlihat begitu jelas akan rahang kokok Jamie yang terlihat mengeras dan tangannya terkepal kencang melihat pemandangan di depannya itu.
“Dia Yhang Sheng Kun, sahabat aku dari China. Pria itu sudah lebih dulu mencintai adikku.
" Jadi wajahmu jangan nampak garang begitu. Kaysha juga tau kok kalau pria cantic itu cinta padanya.
"Entahlah apa kini mereka sudah jadian atau belum, tapi di lihatnya seperti itu sih sepertinya keduanya ada something,” canda Woo.
“Sial! Ngapain juga Woo ngompor-ngomporin segala?” batin Jamie.
“Ayo kita makan malam bersama. Sudah matang semua,” ajak Yhang pada semua yang duduk di ruangan tersebut.
Woo bangun dari duduknya. “Ayo Jamie, kita makan malam bersama. Kamu harus mencoba masakan yang Yhang Yang couple masak. Pasti lezat.”
Jamie ikut bangun dari duduknya.
“Biasanya kalau kita berkumpul seperti ini, mereka berdua lah yang sering masak untuk kita. Apa lagi keduanya sama-sama hoby masak. Cocok bukan?” ujar Woo dengan kekehana.
Woo pandangi ekspresi wajah Jamie yang melotot padanya. Pria itu tau kalau ia tengah membuat pria itu cemburu.
“Terima kasih banyak Tuang Yhang untuk makan malamnya.”
“Sama-sama Tuan Grey, silahkan,” jawab Yhang diiringi senyuman.
Jamie duduk di sebelah kanan Woo, diikuti Jc yang duduk di sebelah Jamie. Tadinya Jamie ingin sekali wanitanya itu duduk di sampingnya.
Namun melihat wanitanya itu yang nampak tidak suka dengan kedatanganya itu pun sudah di pastikan Kaysha tidak mau duduk saling bersampingan.
Dan pada akhirnya Kaysha pun duduk berhadapan dengan Woo dan bersampingan dengan Yhang.
“Mau kemana Pak Song?”
Pak Song berbalik badan.
“Sa—”
“Duduklah. Kita makan bersama di meja yang sama. Kai, aku tidak mau yah kalian para asissten makan terpisah dengan kita.
"Aku mau kalian semua makan di meja yang sama dengan kita-kita semua. Kalian semua keluargaku. Aku tidak membanding-bandingkan kalian entah pegawai ku atau pegawainya Yhang.
"Kalian harus makan di meja yang sama dengan kita! Tamuku tidak akan pernah keberatan makan bersama dengan kalian!” seru Woo menekan para asisten.
“Terima kasih banyak atas makan malam ini Tuan Woo. Tapi maaf, saya tidak bisa ikut makan bersama dengan anda karena saya sudah makan sebelum turun dari pesawat.”
“Baiklah kalau begitu, ya sudah Pak Song istirahat saja kalau begitu. Anda tidak bohong kan pada saya?” tanya Woo, menatap dengan tatapan menyelidik.
“Bila anda tidak percaya, anda boleh tanyakan pada Pak Peter beliau melihat saya makan.”
Woo pun mengangguk dan tidak mempermasalahkan.
“Maaf yang Tuan Grey, Dia memang selalu seperti itu. Kami sudah terbiasa makan bersama dengan semua para asisten pribadi kami yang sudah seperti keluarga. Anda harap maklumi kebiasaan sahabat anda,” ujar Yhang.
“Saya tidak keberatan sama sekali,” balas Jamie.
Ia sudah tau dengan kebaisaan sahabatnya tersebut, meski Woo anak tunggal pewaris keluarga Kin.
Namun pria bertubuh kekar pengusaha suskes tersohor di negaranya itu sejak kecil sudah terbiasa makan bersama para pembantunya, pengawal dan suga para asisten pribadinya.
Ayahnya selalu sibuk dengan pekerjaan dan tidak pernah sekalipun mempertahatikan Woo.
Jadi sahabat dekat Woo yang sudah mengetahui kebaisaan dia pun sudah tidak asing lagi.
Pada akhirnya mereka makan bersama dengan obrolan hangat. Di sini malah justru Jc yang banyak bicara bersama dengan Jamie sekalipun anak mata Jamie sesekali melirik ke arah wanita yang diam di depan sana.
Diamnya Kaysha yang sesekali menatap dirinya. Woo tau kalau adiknya itu marah padanya. Woo tau kalau dia sudah melanggar janjinya dan malah membawa sahabatnya datang ke sini.
Lirikan mata Jamie yang melirik ke arah Kaysha pun tertangkap oleh mata coklat Yhang yang duduk di samping Kaysha yang berubah diam.
Wanita yang tadinya bersemangat dan girang karena kedatangan Woo kini nampak diam dan hanya memandang Woo dengan tatapan kesal.
‘Sebentar lagi pastinya akan ada perang dunia kedua,’ gumam Yhang dalam hati.
Yhang melirik ke samping pada Kaysha nampak malas makan yang sudah ia buat dengan lezat itu. Namun keanehan Yhang pada Kaysha malah kini akan datangnya Jamie, wanita yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri itu berubah diam.
Tidak mungkin Kaysha tidak mengenal Jamie Grey, di mana Kaysha lah yang mengurus kerjasama besar tersebut dan kedua orang itu adalah patner kerja.
Yhang tersenyum di dalam hatinya saat sepintas ia mendapatkan ide akan kegusaran antara kedua tersebut.
“Kamu kenapa sayang,” tanya Yhang.
Di raihnya tangan kiri Yhang dan mengenggamnya dengan wajah Yhang tersenyum lebar pada Kaysha.
Kaysha mengeryit bingung dengan wajah bodohnya Yhang yang menatapnya seperti itu.
“Tidak apa. Memangnya kenapa?” tanya Kaysha balik di sampingnya.
Yhang mengusap punggung tangan Kaysha, anak matanya melirik ke samping kanan sana di mana seseorang di sebarang sana nampak tak suka melihat dirinya menggenggam tangan Kaysha.
“Mau aku ambilkan lagi sayurnya?”
Kaysha mengangguk pelan.
“Sedikit saja.”
“Oke.”
Yhang mengisi air di gelas Kaysha yang tinggal sedikit.
“Terima kasih. Kamu mau aku ambilkan wine?” tanya Kaysha pada Yhang.
“Tidak usah. Aku akan mengambilnya sendiri.”
Yhang bangun dari duduknya dan menatap Woo.
“Ohh ya Woo apa kamu mau sekalian aku ambilkan wine?” ujar Yhang sembari menatap Jamie di sampingnya yang nampak tak suka padanya.
“Boleh. Apa kamu punya white wine?”
“Ada. Biar aku ambilkan. Tunggu sebentar ya sayang. Aku pun akan mengambilkan orange jus untukmu,” ucap Yhang dengan tatapan penuh cinta pada Kaysha.
Kaysha menatap Yhang, dengan tatapan aneh sekaligus bingung dengan pria cantic itu.
‘Astaga kenapa pria cantic itu kini menampakan wajahnya semanis gula biang sih. Apa jangan-jangan Yhang tau kalau aku dan pria berengsek itu—’
Kaysha menjeda dan kembali netranya menatap Yhang berada di dapur dengan mengerlingkan sebelah matanya.
Yhang menungkan white wine ke gelas masing-masing. Semua Yhang tuangkan keculi tidak untuk Kaysha. Yhang sudah menggantinya dengan oranges jus.
Jamie di depan pun pandangi pria asal China itu yang tidak memberikan Kaysha wine namun memberikan segelas oranges jus.
‘Sebenarnya ada apa dengan Yhang? Kenapa Yhang lebih banyak menatapku? Wajah cantiknya itu selalu tersenyum manis. Namun aku tidak bisa membedakan arti dari senyuman Yhang,’ batin Kaysha.
“Apa Nona Kaysha tidak menyukai wine?” tanya Jamie.
Kaysha mengalihkan pandangannya ke arah Jamie yang bertanya kepadanya.
“Saya tidak suka!” jawab Kaysha cepat, sembari mengusap perutnya yang mulai terasa sakit sedari tadi ia tahan.
Namun rasa sakitnya ini rasanya berbeda.
‘Apa ini akibat tadi aku minum white wine di rumah Raymond? Ahh sial sakit,’ batin Kaysha.
Digenggamnya erat tangan Kaysha, dengan tatapan penuh cinta. Yhang menangkap wanita itu tengah merasakan sakit perut dan sudah di pastikan Kaysha pasti sudah meminum wine.
“Kamu baik-baik saja kan sayang?” tanya Yhang.
Jc tersenyum lebar dan menuduga kalau kini Kaysha sepertinya sudah mau menerima cintanya Yhang.
“Apa kalian sudah resmi nih ceritanya? Sedari tadi mesra banget,” ujar Jc pada sahabatnya dengan pria cantik itu.
Jc tidak meledek Jamie yang duduk di sampingnya mengetatkan rahangnya keras karena cemburu melihat kemesaraan yang di tunjukan pria bernama Yhang Sheng Kun tersebut.
Yhang menjawab pertanyaan Jc dengan senyuman.
“Apa kamu sebenarnya ada hubungan dengan Jamie Grey, Kay?” bisik Yhang di telinga Kaysha.
“Hmmm…” jawab Kaysha dengan keduanya saling bersitatap.