PAB13

2668 Words
“Astaga. Aku tidak percaya kalau kamu mencemaskan bila mobil sportmu itu di ketahui oleh Woo, ketimbang nyawamu Kay?” Raymond geleng-geleng kepala. “Bukannya kita tadi sedang membincarakan Woo, kenapa kamu jadi ke si mafia itu?” “Aku masih kepikiran saja kalau kini kamu sedang di cari oleh seseorang yang berbahaya. "Tapi orangnya sendiri yang aku pikirkan dan aku takutkan terjadi apa-apa malah sibuk memikirkan mobil kesayanganmu itu,” seru Raymond. “Apa kamu tak percaya padaku? Kalau aku bisa jaga diri dari kejaran mafia itu?” Raymond menggeleng tidak percaya, dulu saja wanita itu hendak beberapa kali celaka oleh ulah mafia itu sekalipun Kaysha mahir bela diri. “Aku yakin mafia itu mencariku bukan untuk membunuhku atau apa Ray.” “Sok yakin banget lo nggak akan di bunuh sama itu mafia. Ya kalau kamu nggak di bunuh sama itu mafia mungkin kamu akan di jadikan pemuas nafsu saja.” Kaysha mendelik. Ia terdiam dan tidak kembali menjawab perkataan Raymond. “Kalau masalah mobil, sudahlah kamu jangan cemaskan mobilmu itu karena di sini aman.” Kaysha mengangguk percaya pada sahabatnya itu. “Kalau masalah Woo, yang aku tau.” Raymond memandangi Kaysha di mana wanita itu kini menatap dirinya dan menunggu ia melanjutkan bicaranya itu. “Dia sangat takut kehilanganmu Kay. Dia takut kehilanganmu lagi untuk kedua kalinya di mana yang pertama Woo sangat menyesal hendak membunuhmu akan peristiwa saat masa lalunya denganmu. "Yang keduanya, saat dia sendiri menyaksikan kecelakaan maut saat kamu balap liar. Di mana mobil sport keluaran terbaru yang ia hadiahkan untukmu malah hendak merenggut nyawamu lagi.” “Woo melarangmu untuk tidak balapan liar lagi karena sekarang ini, kamu bukan teman dia lagi melanikan Woo sudah menganggapmu orang yang paling berarti di hidupnya, lebih dari seorang saudara.” Kaysha diam, menyimak. “Kamu tidak tau bagaimana pria itu kembali menangis untuk ketiga kalinya harus menyaksikan orang yang paling berarti kembali terbaring lemah tidak berdaya dan kembali terpasang dengan jarum infus, alat-alat medis dan juga obat-obatan lagi? “Dia seperti orang stress, padahal kamu bukan siapa-siapa pria itu. Hanya pernah menjadi orang yang dia benci hingga sekarang menjadi orang yang paling pria itu sayangi. "Kamu tidak pernah tau bagaimana pria itu seperti kehilangan arah hidupnya lagi dengan setiap harinya hanya duduk dan menunggu kamu kembali terbangun dari siuman.” “Aku orang yang menyaksikan bagaimana pria itu hancur. Dia bercerita padaku kalau dia menyesal telah membelikan super car hadiah ulang tahunmu itu bila mobil yang kamu impikan itu akan mengantarkan kamu kembali menuju kematian?” Kaysha menundukan pandangannya ia tidak tau kalau Woo sampai seperti itu. Yang ia tau kalau pria itu egois dan melakukan dirinya seenaknya saja. “Dia mengatakan kalau kamu itu sama dengan dirinya. Di mana dia pun sama-sama kecewa pada ayahnya, seperti kamu yang kecewa pada ayahmu,” sambung Raymond. Kaysha harus tau dengan kecemasaan pria itu menjaga Kaysha seperti apa. “Dua bulan lamanya kamu tidak sadarkan diri apa kamu tau kalau Woo tak sedikit pun beranjak dari kamar rawat inapmu? Pria itu menangis setiap menit dan jam nya bila mengingat dirimu. "Untuk makan dan mandi saja pun pria itu harus di paksa oleh Yhang dan juga Pak Song hingga kewalahan menangani Woo.” Dadda Kaysha berdesir dengan rasa bersalahnya pada Woo. Ia tidak tau saat dulu dirinya mengalami kecelakaan. Ia tidak tau bahwa ada orang yang selama ini sangat mempedulikannya hingga menangisinya di setiap-tiapnya. “Itu sudah cukup lama Ray! Dan kecelakan itu bukan karena mobil sport itu hadiah dari Woo, tapi karena sabotase,” jawab Kaysha dengan nada tinggi pada sahabatnya. Kecelakaan yang sudah cukup lama itu seharusnya sudah tidak di bahas lagi. “Ya aku tau. Tapi kamu juga harus tau kenapa pria itu begitu ketat menjagamu seperti tahanan. Perlu kamu tau lagi Kays. "Woo kini pobia dan ketakutan hanya melihat mobil sport dengan bentuk yang sama,” sambung Raymond seolah menekan dan menyadarkan Kaysha agar wanita itu sadar bagaimana sayangnya Woo pada Kaysha. “Apa? Woo trauma hanya melihat mobil sport yang sama?” batin Kaysha menyesal. “Kamu mau kemana?” “Balik!” jawab Kaysha cepat. “Tumben balik? Kenapa kamu nggak sembahyang dulu saat mendengar suara panggilan adzan di ponselmu? Kenapa cepat-cepat balik?” Raymond pandangi Kaysha yang nampak cemberut dan bad mood saat mendengar semua mengenal Woo. Wanita yang hoby dengan balapan liar, suka berantem namun saat mendengarkan panggilan adzan biasanya dia langsung ikut untuk beribadah di tempatnya. “Aku sudah meminum bir, dan kau pun sudah meminum wine. Aku harus bersih terlebih dulu sebelum aku menghadap sang pencipta,” ujarnya. “Ohhh begitu…” Kaysha mendengus, netranya mendelik tajam pada Raymond. “Ya sudah kalau begitu aku akan mengantarkanmu ke tempat parkiran biasa. Di sini nggak ada taxi dan tidak mungkin juga kamu jalan kaki sampai ke parkiran yang jauh itu. Aku tidak tega!” Pada akhirnya Kaysha pulang dari rumah Raymond dengan di antar oleh Raymond dengan mobil klasiknya. Sepanjang perjalan menuju kota. Kaysha diam dan netranya pandangi ke luar jendela kaca menatap pohon-pohon besar yang menjulang tinggi dengan daun yang rindang. “Kenapa aku melihatmu seperti banyak beban Kay?” Raymond melirik ke samping di mana Kaysha masih betap menatap ke luar jendela. “Kamu jauh berbeda saat kamu sendiri dan juga kamu dengan Jay membuatmu semakin ceria. Tapi kini—” “Kamu semakin menutup diri dan aku jujur kehilangan senyum cantikmu.” Ini bukan rayuan gombal Raymond pada Kaysha, memang ini kenyataan dengan ia bertemu dengan Kaysha, namun wanita itu seperti bukan wanita yang sudah lama ia kenal. Tidak ada lagi senyuman yang melengkung di wajah cantic wanita itu. “Jangan lebay ah. Aku hanya kecapean saja.” “Tapi aku nggak lihat kamu sekali dua kali seperti ini loh Kay. Tapi lebih tepatnya lagi setelah kamu berpisah dengan Jay Liem kamu jadi seperti ini?” “Jangan bawa-bawa mantan. Aku bukan beda karena berpisah dengan Jay. Tidak! Aku hanya ingin ngadem dan ingin pulang ke rumahku setelah pekerjaan ini selesai. "Aku rindu dengan keluargaku, sudah lama bukan aku tidak dekat dengan keluargaku?” “Pergilah dan temui keluargamu. Kamu berhak bahagia. Apa kamu tidak ada niat buat balik dengan Jay Liem? Secara kalian sudah bertunangan?” *** Penthouse Woo, Los Angeles. “Kenapa berdiri seperti manekin?”  “Aku menunggumu!” Kaysha masuk ke dalam dan berjalan menuju ruangan keluarga. Yhang di belakang pun mengekor. “Untuk apa menungguku di depan pintu nggak ada kerjaan,” sambung Kaysha seraya menghempaskna tubuhnya ke single sofa. “Aku mau minta tolong padamu.” “Minta tolong apa?” “Apa kamu lelah?” Kaysha menggeleng. “Baiklah kalau begitu tolong antar aku ke supermarket aku mau belanja kebutuhan dapur yang sudah habis,” pinta Yhang dengan senyuman ciri khasnya. “Ya aku anter kamu. Tapi aku ganti baju dulu?” Yhang mengangguk dan membiarkan wanita itu untuk berganti pakian. Sembari menunggu Kaysha, Yhang bertukar pesan dengan seseorang. Tak lama Kaysha keluar dari kamar, ia menghampiri Yhang yang masih setia duduk di sofa. “Let’s go…” Yhang menaikan pandangannya lalu tersenyum. Pria itu pun berdiri, di raihnya tangan Kaysha untuk di genggam erat berjalan bersama dengan bergandeng tangan menuju parkiran di mana di samping mobil classic milik Yhang sudah berdiri asissten pribadi Yhang, bernama Kai. Kaysha tak henti membalas senyuman tampan Yhang. Ahh sepertinya ia sudah sama seperti Yhang yang murah senyum itu dan entah apa saat keduanya sudah sampai di pusat perbelanjaan. Yhang tak melepaskan genggamanya untuk masuk ke dalam di mana Pak Kai mengekor di belakang mereka dengan mendorong troli. “Kenapa nggak lepasin tangannya, kaya abg lagi kasmaran saja nggak mau lepas,” lirih Kaysha pada Yhang. “Biarin. Apa itu kode kalau kamu menerimaku?” Kaysha mencebikkan bibirnya. “Kamu masih nggak mau menerimaku?” Yhang menarik tangan Kaysha hingga tubuh kecil itu menabrak dinding dadda kekar Yhang. “Apaan sih.” Kaysha mendorong tubuh Yhang dan menjauh. “Bukannya sudah di bahas yah kalau kita lebih cocok berteman saja?” Yhang menghembuskan napas sejenak, netranya mengalihkan pada pandangan mata Kaysha. Ia mengambil beberapa sayuran dengan tangan kananya sementara tangan kiri Yhang tidak melepaskan genggaman Kaysha. “Apa aku tidak termasuk kriteriamu?” “Tidak!” Kaysha melepaskan genggaman tangannya meski Yhang menolak. “Aku mau beli pembalut, sebaiknya kamu belanja apa yang mau kamu beli. Nanti aku menyusulmu,” sambung Kaysha pergi dari hadapan Yhang. Kaysha pergi ke belakang, isi kepalanya kini memikirkan Yhang di mana pria tampan itu begitu perhatian padanya, hingga menjaga kesehatanya dengan menyiapkan makanan yang bergizi dan enak. Meski kadang ia heran dengan satu bosnya itu yang tidak seperti orang lain. Yhang seolah seperti pria pada umumnya sekalipun jabatan dan kekuasanya sama dengan Woo. Tapi urusan dapur hingga membeli kebutuhan dapur. Pria itu tidak pernah malu berbelanja, masak, menyiapkan sarapan bak seperti pelayan pribadi dengan hidangan masakan yang dibuat pria itu begitu lezat. “Apa kamu nggak malu berbelanja seperti ini seperti kamu nggak punya pembantu saja.” “Hai bukannya sudah pernah aku jelaskan? Kenapa masih tanya?” “Heran saja padamu! Woo saja paling anti dengan hal seperti ini bahkan sepertinya Woo tidak pernah berbelanja isi kulkasnya sendiri. Tapi kamu?” “Jangan sama kan aku dengan pria lain yang high class.” “Bukannya kamu pun high class karena kamu memiliki semua yang sama dengan Woo? Kamu bahkan selalu jadi investor untuk membangun perusahan Woo di negara lain? Kenapa kamu mau melakukan hal seperti ini?” “Apa kamu malu jadi temanku?” tanya Yhang. “Tidak, hanya aneh saja.” Yhang memasukan beberapa sayuran ke dalam keranjang. “Apa kamu tidak lelah sepulang kerja kamu harus memasak untuk kami? Padahal di rumah ada pembantu?” “Untuk apa malu?” Pak Kai, hanya tersenyum lebar mendengarkan perbedatan kedua orang di depannya itu. Sudah cukup lama ia mengikuti tuan nya itu yang memang memiliki kebiasaan yang jauh berbeda dari pria lain. Kebanyakan pria lain sibuk di club malam dan menghabiskan malamnya dengan para wanita. Tapi Yhang tidak tertarik sama sekali dengan hal yang seperti itu, dan tidak di sini dan tidak di rumahnya bila pria itu pulang ke Wuhan, karena memasak dan menyiapkan makanan untuk keluarganya pun sudah menjadi kebaisaan pria cantik tersebut. *** “Kenapa diam begitu hmm? Apa kamu masih marah sama aku?” tanya Yhang yang sedari tadi melihat ke samping tempat duduknya di mana Kay berada diam seribu Bahasa dan menatap keluar jendela. Apa perdebatan tadi membuat wanita itu marah? Lalu kenapa urusanya wanita itu menjadi marah kalau dia menyiapkan makanan untuknya? Kan sama sekali tidak ada yang nyuruh dan juga semua itu keinginanya di mana hanya hal itu yang membuat hatinya senang dengan menyalurkan hubinya. Kenapa wanita itu yang nampak nggak suka? “Tidak!” Yhang menarik lengannya dan membawa Kaysha ke dalam pelukannya. “Ceritalah padaku kenapa kamu banyak diam dan sering melamun seperti ini hmm?” Kaysha menatap manik mata coklat Yhang dan mulai menceritakan pada Yhang. Yhang menghembuskan napas, ia mengusap air mata yang berjatuhan di pipi Kaysha saat wanita itu menceritakan apa yang sedang ia pikirkan. Tidak jauh Kaysha masih memikirkan perkataanya dan kekesalanya tentunya pada Woo. Namun ternyata Raymond sudah menceritakan semunya dan apa yang di katakana Raymond pada Kaysha pun memang benar apa adanya. “Apa kamu mau mendengar saranku?” Kaysha mengangguk. “Tolong dengar baik-baik ya Nona Kaysha Feehilly putrinya bapak Dony Micheal. Woo sangat sekali takut kehilangan kamu karena kamu orang yang sangat berarti di mata Woo. "Aku tau kamu pastinya kamu risih karena diikuti seperti ini, kamu terkekang dan tidak bebas dan tidak bisa kembali menikmati hoby gilamu. Tapi ketahuilah, dia melakukan semua itu karena amat sayangnya. “Apa lagi saat dulu dia pernah mendengarkan kalau kamu pernah di culik oleh seorang mafia. "Jadi saat kamu kembali Woo meminta banyak orang kepercayaanya untuk menjaga kamu dan melindungi kamu,” ungkap Yhang pada Kaysha. “Woo mengetahuinya?’ Yhang mengangguk pelan. Apa yang tidak di ketahui oleh pria bermata sipit itu. “Semua yang terjadi padamu ketika berlibur di Italia. Woo tau semua. Apa yang tidak pria itu tau mengenai dirimu kecuali pria itu tidak tau apa penyebab kamu memutuskan pertunanganmu dengan Jay. Dia tidak tau!” “Sampai seperti itu, amat berarti sekalikah diriku ini?” tanya Kaysha pada Yhang. Sekali lagi Yhang mengangguk. “Dulu dia pernah bercerita padaku, kalau kamu itu adalah hidupnya. Kamu orang yang sudah merubah seseorang seperti Woo menjadi pria yang lebih baik seperti sekarang ini. “Woo pernah mengatakan lagi, kalau dulu di tidak pernah mendapatkan kasih saying dari kedua orang tuanya. "Tapi kamu orang baru yang ia benci karena terlalu kuat dan tegar, mampu memberikan kasih sayang yang sederhana yang tidak pernah ia dapatkan dari ibunya apa lagi ayahnya. Kamu tau kan cerita Woo kenapa pria itu seperti itu?” Kaysha mengangguk ia tau. Ibunya pergi meninggalkan Woo di saat pria itu berumur lima tahun karena tidak kuat dengan sikap ayahnya yang sering berselingkuh dengan wanita lain hingga membawa wanita itu masuk ke dalam istananya. “Dia sangat menyangimu. Lebih tepatnya di takut kehilanganmu. Sudah cukup dengan kejadian kecelakaan itu yang sudah membuat pria itu seperti orang gila.” “Jadi Raymond benar?” “Apa itu terdengar berdusta?” balas Yhang. “Meski ya caranya Woo itu terlalu berlebihan. Tapi nanti aku coba berbicara padanya.” Kaysha mengangguk pelan. “Yhang…” “Hmmm…” “Apa aku orang yang sangat egois pada dia?” “Ya! Kamu egois menilai Woo seperti itu, padahal pria itu setiap harinya mencemaskan keadaanmu.” Kaysha mencebikkan bibirnya menatap Yhang. “Aku akan meminta maaf padanya Yhang, aku salah selama ini ternyata." Yhang mengangguk setuju karena itulah hal yang ia inginkan. Ia pun mencubut hidung mancung Kaysha. “Lalu kenapa kamu nggak cerita kalau Woo punya pobia karena trauma?” tanya Kaysha belum puas. “Dia melarangku untuk memberitahumu! Dan tidak perlu mencemakan dirinya.” Kaysha mendengus lirih. “Lalu kenapa kamu begitu perhatian padaku dan Jc? Padahal aku tidak membalas cintamu yang tulus itu padaku?” Yhang tertawa pelan mendengarkan ucapan Yhang. “Kamu sampai nggak malu sudah cape memasak lalu menyiapkan semuanya untuk aku. Kamu bos di sini kenapa jadi seperti pembantu.” “Aku senang ada di dekatmu. Walapun ya aku tau kamu menyayangiku hanya sebagai seorang kaka. Itu sudah cukup untukku Kay, karena cinta tidak harus memiliki bukan? Yang penting bagiku kamu bahagia.” “Sebenarnya masalah siap menyiapkan. Bukannya dulu aku hanya menyiapkan untukmu namun sahabatmu selalu mengeluh karena banyak pria yang memperhatikan dirimu sedangkan dia tidak? "Jadi dari pada nantinya tidak baik dengan persahabatan kalian berdua jadi aku menyiapkan semuanya termasuk pada asisten aku. Biar adil dan sebenarnya aku hanya menyiapkan untukmu saja dan yang lainya di bantu sama pembantu juga.” “Terima kasih banyak kamu selama ini sudah memperhatikan aku.” “Sama-sama.” “Yhang…” “Hmmm… masih ada lagi toh hal yang ingin kamu tanyakan padaku?” Kaysha mengangguk pasti dan itu pun masih banyak. “Apa kamu tidak marah kalau aku dan Jc suka panggil kamu berbie?” “Sebenarnya aku risih sih di panggil seperti itu, tapi saat aku bercermin pun dan menatap wajahku yang begitu cantic melebihi wanita. "Wanita abg di luaran sana padahal umurku sudah tiga puluh tahun. Tapi awas saja kalau si Kai pun ikut-ikutan memanggil aku berbie. Aku pecat loh!” “Maaf tuan saya tidak mungkin berani memanggil anda dengan nama panggilan itu!” Kai menahan tawa, entah ibunya Yhang itu nyidam apa saat hamil Yhang dulu hingga wajahnya glowing tanpa skin care. “Ohh ya. Tadi siang kamu kemana kenapa tidak ada di kantor?” selidik Chang. “Ngadem di pantai. Kenapa? Apa orang suruhan kamu tidak bisa mencari keberadaan aku?” Yhang cengengesan karena Kaysha sudah mengetahui hal itu rupanya. “Aku hanya takut saja kamu sakit hati saat pagi buta itu aku membentakmu. Aku khawatir dan meminta orang untuk mengawasimu.” Kaysah tersenyum lebar netranya masih menatap Yhang. “Sebenarnya akan ada siapa yang datang? Kenapa kamu belanja sebanyak itu?” “Hmmm?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD