“Key… buruan napa. Lama banget sih,” keluh Jc seraya kedua netranya melihat keseliling ruangan untuk mengawasi.
Sementara di samping sana Kaysha tengah mencari dua buah kunci yang ia simpan di sesuatu tempat dan ternyata dua benda tersebut tidak ada.
“Ssstt berisik, nanti si Yhang bangun.”
Kaysha menyorot lampu di ponselnya dan berpindah tempat untuk mencari dua benda kecil tersebut. Kedua wanita itu berada di dapur dengan ruangan yang gelap gulita.
Jc melirik ke samping kanan nya dan menemukan Kaysha nampak terlihat kebingungan.
“Cari apaan?”
“Kunci…”
Jc berbalik badan, netranya menatap Kaysha yang terfokus mencari ke sudut dapur.
“Lah kamu simpen di mana?”
“Ya di sini, kemaren terakhir kali.”
“Lupa kali,” timpal Jc.
“Aku nggak lupa kok dan aku masih ingat di mana terakhir kali aku menaruhnya di sini. Tapi nggak ada.”
Jc menghembuskan napas kesal. “Kamu nggak mindahin kuncinya ke tempat lain kan Jc?”
“Mindahin gimana? Tau juga enggak kamu nyimpen di mana. Aku kan kemaren titip kunci mobilku di kamu!” seru Jc.
Kaysha berpindah ke tempat lain dan mencari ke samping di mana Jc berada.
“Lagian kenapa juga kamu simpen tuh kunci di dapur. Sudah tau kalau si barbie itu betah lama-lama di dapur,” gerutu Jc kesal.
Ia sudah tidak sabar ingin lekas pergi dan sesalnya Jc . Ia menitipkan kunci mobilnya pada Kaysha.
Cetrek!
“Hmmm?” lirih keduanya, di mana lampu menyala menerani sesisi ruangan tersebut.
Keduanya membalikan badan. Lebih tepatnya lagi mereka sama-sama berbalik ke belakang tepat di arah stop kontrak tersebut.
Kaysha dan Jc tersentak kaget saat siapa yang berdiri di depannya itu dengan wajah yang tidak bersahabat.
“Berbie… Ehh Yhang,” lirih Jc.
“Yhang…” ucap Kaysha tersenyum yang di paksakan ketika dirinya terciduk oleh pria cantik tersebut.
Yhang mengangkat tangan kanan nya dan menujukan dua buah kunci pada kedua wanita yang nampak kaget ketika aksi dua wanita yang sering keluar malam itu terciduk.
“Apa kalian mencari ini?”
Wajah tampan Yhang yang biasanya mengulum senyum lebar, namun kali ini?
Yhang sama sekali tidak menujukan dan malah mamasng ekspresi marah mereka.
“Jadi seperti ini kelalakuan kalian beberapa hari ini hmm?”
“Hmm…” jawab keduanya dengan deheman. Mereka bingung harus mengatakan apa pada Yhang.
“Kalian sering menyelinap diam-diam di malam hari hmm? Apa penyakit liar kalian kembali kambuh?” cecar Yhang terdengar kesal.
Raut wajahnya nampak berbeda membuat Kaysha pun tau kapan ia harus diam karena ia bersalah.
“Jangan galak-galak napa Yhang. Kita kan cuman melepas penat,” gerutu Jc.
“Lepas penat hmm? Dengan balapan liar lagi?”
“Sebaiknya kamu diam Jc, kita salah,” bisik Kaysha pada Jc.
Kaysha menghela sejenak. “Maafin kita Yhang. Maaf kalau cara kita melepas penat salah dengan balapan liar.
"Tapi kita nggak balapan kok, cuman bawa itu mobil doang dan kumpul-kumpul bareng, serius,” ucap Kaysha berbohong pada Yhang.
“Benarkah kalian bawa itu mobil cuman kumpul-kumpul doang tidak balapan?” cecar Yhang tidak percaya.
Kaysha mengangguk, ia pun menyikut tangan Jc untuk ikut mengangguk.
“I-iyah Yhang kita nggak balapan cuman lihatin orang saja yang lagi balapan liar,” sambung Jc secara meyakinkan pria di depan sana.
“Aku tidak tau ucapan kalian itu benar atau tidak. Tapi asal kalian ingat ya, kalau sampai Woo tau kalian berdua balapan liar lagi.
"Bukan hanya kalian berdua yang kena marah pria itu. Tapi aku juga kena marah! Woo menitipkan kalian berdua padaku jangan sampai kalian balapan liar lagi! Tapi ini?”
Yhang mendengus kesal pada kedua wanita di depannya itu.
“Ya asal kamu jangan bilang sama Woo kan beres. Kita semua aman Yhang, repot amat,” balas Jc enteng.
Tapi tidak seenteng ucapannya. Wanita itu tidak tau bagaimana Woo menjaga salah satu wanita darinya. Woo tidak peduli apa yang terjadi pada Jc, tapi Kaysha?
“Enteng banget lo ngomong,” sulut Yhang.
“Tanpa gue nggak kasih tau sama Woo sekalipun. Sudah aku pastikan pria itu akan lebih dulu tau dengan kegiatan kalian selama ini berada di sini. Apa kalian tidak sadar diri hmm? Dengan Woo memasang banyak cctv di mana-mana?”
Yhang menjenda sejenak, “Tanpa tidak diberitahukan pun, dia sudah di pastikan tau dengan apa yang kita lakukan.
"Masalah dengan proyek kita kemarin yang kacau pun dan mandeg dengan banyak masalah apa kalian kira Woo nggak tau?”
Jc dan Kaysha diam, mereka tidak berpikir sampai ke sana.
“Dia tidak berkomentar sja kita sudah bersyukur,” sambung Yhang.
Di sini maksud cctv yang Yhang maksud adalah orang suruhan Woo yang ada di mana-mana mengikuti mereka, terutama Kaysha.
Yhang tau sekali bagaimana pria itu menjaga Kaysha dengan teman satunya itu yang susah di atur.
Woo menyewa orang untuk mengawasi dan melindungi Kaysha dari jauh.
“Maaf Yhang. Kita salah.”
“Kau tidak usah meminta maaf padaku, karena sama sekali kalian tidak salah padaku. Di sini aku hanya ingin mengingatkan kalian lagi. Di mana Woo tidak akan pernah diam mengawasi kalian berdua,” ujar Yhang.
Kaysha mendekat pada Yhang. “Baiklah, apa bisakah kamu kembalikan kedua kunci mobil kami? Aku akan mengembalikan mobil itu pada temanku,” pinta Kaysha.
Yhang memberikan dua buah kunci tersebut ke telapak tangan Kaysha.
“Kembalilah ke kamar kalian masing-masing dan istirahat.”
Kaysha mengangguk, ia pun berlalu pergi meninggalkan area dapur dan kembali masuk ke dalam kamar mereka masing-masing.
Ia sudah tidak ingin berdebat lagi dengan Yhang dan semakin menambah pria itu emosi nantinya yang berujung nantinya akan saling tidak tegur sapa.
Kaysha mengerti dengan apa yang Yhang sampaikan padanya, karena masalah dirinya dan juga Woo yang tidak menyukai dirinya mengendari mobil sport lagi.
Ting!
Jc Message,
‘Bagaimana ini?’
‘Apa kita tidak akan balap lagi? Mereka sudah menunggu kita di sana?’
Kaysha menghembuskan napas sembari menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Netranya terfokus pada ponsel di mana Jc mengirimkan pesan padanya.
Jc di sebelah pun menunggu jawaban dari Kaysha yang memegang dua kunci mobil termasuk kunci miliknya.
‘Sebaiknya untuk sementara waktu kita jangan dulu pergi keluar untuk pergi ke beskem Ray. Situasinya sedang tidak baik. Aku juga takutnya Yhang kena omel Woo, kasihan. Kamu sendiri juga tau bukan bagaiman Woo bila sudah marah?’—isi pesan Kaysha.
Jc mendengus lirih dan jengah. Hidupnya tidak bias bebas dan tidak bias seenaknya melakukan hal yang ingin ia lakukan dan semua itu karena sahabatnya yang selalu di awasi terus menerus oleh Woo.
Ting!
Kays, Message.
‘Aku tidak akan balapan liar lagi untuk sementara waktu. Aku besok akan meminta Pak Choi untuk mengeluarkan mobilku dari tempat parkiran biasa. Aku tidak mau mobilku di bakar lagi oleh Woo.’
Jc menautkan kedua alisnya, ia paham dengan apa yang di khawatirkan oleh Kaysha bila Woo mendapati Kaysha kembali memiliki mobil sport lagi.
‘Baiklah kalau begitu. Kamu akan menitipkan mobilmu di mana?’—isi pesan Jc pada Kaysha.
Kaysha is typing…
‘Ray,’ balas Kaysha singkat.
***
Keesokan harinya dengan kebiasaan setiap paginya. Yhang sudah menyiapkan sarapan pagi untuk mereka. Meski semalam mereka bersitegang karena masalah kedua wanita itu hendak balap liar.
Namun, tetap Yhang menyiapkan sarapan pagi untuk mereka.
Sarapan pagi yang begitu sepi tanpa obrolan seperti biasa membuat Yhang merasa bersalah memarahi mereka berdua. Namun, bila kedua wanita itu tidak diingatkan. Ia pun akan ikut bersalah di sini.
“Apa kamu marah padaku?”
“Hmm?”
“Kenapa kamu diam saja?”
Kaysha tersenyum lebar, ketika keduanya berjalan menuju pintu keluar di mana keduanya selesai bersarapan dengan Jc yang sudah berlalu pergi meninggalkan keduanya lebih dulu.
“Aku sama sekali tidak marah padamu Yhang. Justru aku amat berterima kasih kamu sudah mengingatkanku!”
“Ya sudah kalau kamu tidak marah padaku, hati-hati di jalan. Nanti kita sambung lagi. Hari ini aku ada janji temu dan membereskan orang-orang tersebut.”
Kaysha mengangguk, ia pun melambaikan tangannya menatap punggung tegap itu masuk ke dalam mobil dengan senyuman ciri khasnya.
Setelah mobil Yhang pergi meninggalkan parkiran Yhang pun langsung masuk ke dalam mobilnya dan pergi ke kanto KWS milik Yhang dan juga Woo dengan mengemudi mobilnya sendiri.
Ia pergi ke kantor tanpa di temani Pak Choi dan assisten sekaligus orang kepercayaanya itu tengah mengantarkan mobil sportnya ke rumah Raymond.
Bila Kaysha di sana tengah memikirkan nasib mobilnya bila di ketahui oleh Woo, namun jauh berbeda dengan Woo yang kini berada di Seatlle dengan perusahan kecilnya itu.
Woo nampak malas melihat sahabatnya yang selalu tidak bersemangat karena ulah adiknya. Pria pembisnis yang nampak lebih seram dari biasanya pun sudah di pastikan karena adanya masalah dengan adiknya tersebut.
Meski penasaran dan ia tidak bisa mengorek lebih dalam lagi akan apa yang di lakukan dengan kedua orang tersebut, karena baik Kaysha dan juga Jamie tidak menceritakan masalahnya padanya.
“Ada apa kamu datang ke sini?”
“Apa tidak boleh?”
Jamie mendengus lirih, netranya pandangi sahabatnya yang datang ke kantornya.
“Aku sibuk!” jawab Jamie seraya bangun dari duduknya.
“Apa kau akan seperti ini terus?”
“Maksudmu?”
“Wajahmu yang memperlihatkan wajah permusuhan? Tidak enak di pandang?”
Jamie menghembuskan napas sejenak. “Itu bukan urusanmu!”
“Hai…” teriak Woo ketika dirinya pun kini diabaikan oleh sahabatnya.
“Aku datang ke sini untuk mengajakmu liburan.”
“Aku sama sekali tidak tertarik! Aku sibuk Woo sorry!”
Jamie kembali berjalan menuju arah pintu keluar, di mana sahabatnya tengah bertamu.
“Baiklah kalau kau tidak tertarik dengan ajakan aku untuk belibur. Kau akan menyesal kalau tidak ikut denganku.
"Aku tunggu pukul lima sore di bandara. Aku sudah menyiapkan private jatku!” teriak Woo untuk menghentikan langkah sahabatnya.
“Terserah!” jawab Jamie singkat dan menarik handle pintu ruangannya.
“Baiklah. Kesempatanmu untuk bertemu dengan Kaysha pun juga sampai di sini saja. Terserah lo juga. Lo mau gila-gila deh tuh mikirn bocah tengil seperti adik gue!” decak Woo mendekat dan berada di depan pintu.
“Gue nggak peduli lagi,” sambung Woo keluar dari ruangan Jamie.
Kedatangnya ke sini justru dia akan memberitahukan keberadaan Kaysha di mana agar mood pria itu menjadi baik lagi.
Jamie tersenyum lebar mendengarkan perkataan Woo, ternyata sahabatnya itu akan membawanya untuk bertemu dengan Kaysha.
Siang harinya Kaysha pergi ke rumah Raymond di mana Pak Choi sudah lebih dulu mengantarkan mobil sportnya ke rumah sahabatnya itu.
Sembari berbicara pada Raymon menitipkan mobilnya dalam jangka waktu yang lama. Tidak enak kalau hanya mengatakan lewat panggilan telephone dan di sini lah saat ini Kaysha berada. Di rumah yang selalu membuat Kaysha betah.
“Apa tidak apa-apa aku menitipkan mobilku di rumahmu?”
“Tidak apa. Emangnya kenapa?”
“Ya takutnya kamu keberatan karena pastinya aku menitipkan mobilku lama.”
“Tidak apa santai saja.”
Kaysha tersenyum kecil dan bersyukur sahabatnya mau membantunya. Ia tidak mungkin menitipkan mobilnya lagi di tempat yang biasa Jc simpan, mengingat sahabatnya itu sepertinya kesal dengannya.
Ini mobil sport kedua yang Kaysha punya dan ia beli di Los Angeles ini itu pun harus dengan nama orang lain bukan Namanya sendiri di mana untuk menghindari Woo.
“Kamu masih lama di sini Kay?”
“Sepertinya beberapa hari lagi kenapa?” tanya Kaysha seraya menerima sekaleng beer yang diberikan oleh Ray untuknya.
“Tidak hanya bertanya saja. Masalah mobil jangan khawatir aku akan menjaga mobilmu dan di sini pastinya akan aman dari Woo.”
Kaysha melirik ke samping, di mana pria itu sudah tau bagaimana sifat Woo.
“Terima kasih dan maaf aku sudah merepotkanmu.”
“Sama sekali tidak di repotkan.”
Kaysha mengalihkan netranya untuk pandangi ke depan sana, di mana hamparan laut biru yang begitu indah dan juga angin yang menerpa wajahnya hingga sesekali ia harus menyelipkan anak rambutnya belakang telinga yang menghalangi wajahnya.
“Kay. Apa kamu masih ingat dengan Torricelli?” tanya Raymond seraya menyesap wine yang ia bawa untuknya sendiri karena Kaysha tidak meminum wine sejak dulu.
“Torricellie, si Mafia Italia itu?”
Ray menganggu pelan. Sejujurnya ia bingung harus menyampaikan pada Kaysha seperti apa karena selama ini anak buah Torricellie selalu mendatanginya hingga mengganggu dirinya hanya untuk menanyakan keberadan Kaysha. Ia takut Torricellie akan menculik Kaysha seperti waktu itu.
“Memangnya ada apa dengan Torricellie?”
“Dia mencarimu.”
Kaysha menghembuskan napas pelan.”Si tikus got itu selama ini mencari keberadaanmu,” sambung Raymond.
Kaysha diam tak menjawab apa yang di lontarkan padanya. Ia mencoba mengingat-ingat dengan mafia yang sering Kaysha juluki dengan mafia tikus got tersebut.
“Sebenarnya sudah lama ini aku mendengar dari anak buahku, kalau Mafia Italia itu sedang mencarimu hingga mereka menemukan tempat ini dan menanyakanmu meski sedikit membuat kegaduhan. Apa kamu masih ada masalah dengan Mafia Italia itu?” sambung Raymond.
Raymon mengalihkan pandanganya pada wanita yang berdiri menyandar di pagar kayu di teras rumahnya. Di mana kedua nya menikmati deburan ombak dan angin laut yang menerjang kembali rambut Panjang Kaysha.
Terlihat dengan jelas wanita itu kini banyak diam sekali pun wanita itu balap liar pun. Kaysha seolah irit bicara dan kebanyakan melamun itu yang Raymond tangkap.
Wanita cantik itu hanya menjawab dengan apa yang harus ia jawab. Padahal dulu saat Kaysha Bersama dengan Jay, wanita itu selalu ceria dan mengulum senyuman cantik pada semua orang.
Lalu saat ini sebenarnya ada apa dengan Kaysha?
‘Jujur Kays, aku merindukan kamu yang dulu dari pada kamu yang sekarang banyak diam,’ batin Raymond.
“Aku sudah tidak ada urusan lagi dengannya Ray. Aku sudah tidak ada lagi masalah dengan mafia italia itu. Entah kenapa dia mencariku lagi?” lirih Kaysha santai, padahal dia sedang di cari oleh mafia berbahaya tersebut.
Kaysha pun sebenarnya tidak mengingat tentang Torricellie semenjak ia kecelakan waktu itu.
‘Kalau bisa aku katakana. Aku pun takut bila mengingat kejadian penculikan oleh musuh mafia tersebut. Aku sudah tidak mau terlibat lagi,’ batin Kaysha.
“Bila tidak ada urusan lagi tidak mungkin dia mencarimu Kay. Mafia itu sampai mengarahkan anak buahnya untuk mencari keberadaanmu sampai ke ujung dunia.
"Kalau tidak ada sangkut pautan tidak mungkin selama ini mafia itu mencarimu?” gerutu Raymond.