5 - ANDRE

1591 Words
Tiga hari sudah berlalu, tetapi bayangan tentang Sara dan pacar barunya masih belum juga mampu disisihkan Jason. Semakin keras usahanya mengusir foto tersebut dari pikirannya, semakin kuat senyum Sara dan kata-kata yang dituliskannya mengikat Jason dalam ketidakberdayaan.  Di saat yang bersamaan, dia harus bersikap profesional dengan menyiapkan bahan yang harus disampaikannya saat meeting dengan Andre kemarin. Bukan sesuatu yang mudah mengingat pikiran Jason terus mengembara ke Sara. Perlu tiga cangkir kopi sebelum otaknya mampu diajak bekerja.  Meeting kemarin berjalan lancar hingga selama beberapa jam, dia hanya berkonsentrasi pada materi yang harus disampaikannya. Jason pun menutupi kegundahan hatinya dengan percaya diri, berharap Andre tidak akan mencium sedikit pun sesuatu yang tidak beres dengannya. Mengenal Andre hampir tujuh tahun membuat Jason yakin, satu kesalahan kecil darinya akan membuat Andre tahu bahwa ada yang disembunyikannya. Jika sedang sibuk dengan project baru, biasanya Jason jarang keluar untuk makan siang. Dia akan puas dengan delivery karena dia tidak ingin membawa pekerjaan pulang, yang berarti dia sering pulang larut untuk menyelesaikannya. Meskipun beberapa kali diingatkan oleh Sara maupun mamanya tentang kebiasaannya pulang telat jika sudah sibuk dengan pekerjaan, Jason tidak mengindahkannya.   Namun sejak semalam, perutnya seperti menuntutnya untuk ke Blue Ribbon dan memesan Blue Ribbon Specialty Rolls. Jason pun berusaha mengingat terakhir kalinya dia duduk dan benar-benar menikmati makan siangnya tanpa berada di kantor. Setelah tidak bisa mengingat, Jason memutuskan bahwa dia akan menuruti kemauan perutnya. Membayangkan salah satu specialty menus Blue Ribbon saja sudah membuatnya lapar. Maka begitu menyelesaikan satu pekerjaan dan waktu makan siang tiba, Jason tidak menunggu lama untuk  menuju restoran Jepang yang berada di lantai dua bangunan kantornya.  Saat masih berkantor di 151 West 42nd Street, dia membagi waktu makan siangnya antara kantor, Chirp, atau Central Park. Namun sejak pindah ke Brookfield Place, dia lebih sering menghabiskan istirahatnya di dalam Hudson Eats—sebuah food court yang ditujukan untuk orang-orang yang bekerja di daerah Financial District. Banyaknya pilihan membuat Jason enggan meninggalkan gedung, terlebih jika cuaca sedang tidak bersahabat. Setelah memesan dan duduk di kursi yang menghadap ke sungai Hudson, pandangan Jason terarah ke beberapa kapal kecil yang disandarkan di dermaga. Meski lama tinggal di New York, daerah Tribeca bukanlah salah satu tempat yang sering dikunjunginya. Namun sejak menempati kantor di sini, Jason justru tidak ingin berpindah ke tempat lain. Dia bahkan sempat berpikir untuk mencari tempat tinggal yang tidak jauh dari kantor, tetapi dia terlalu suka tinggal di Rego Park.  Jason kadang rindu dengan masakan ibunya. Meskipun telah lama tinggal di New York, mulutnya tetaplah dibesarkan dengan masakan Indonesia. Dia harus ke Philadelphia jika ingin makan makanan Indonesia yang cocok di lidahnya karena sebagian besar restoran Indonesia yang ada di New York sudah kehilangan cita rasa aslinya. Terlebih jika dia makan makanan yang tidak sehat dan hambar, maka rindu akan masakan ibunya semakin membuncah. Saat sedang menikmati miso soup yang dengan segera menghangatkan tubuhnya, seorang laki-laki  tiba-tiba duduk di hadapannya hingga membuat Jason terperanjat.  “Tell me what’s wrong.” Jason hanya mampu menaikkan alis sembari menatap pria di awal 50-an itu sebelum bertanya, “Kenapa kamu berpikir ada yang salah denganku?” Andre memang seperti sosok ayah baginya, terlebih setelah hubungan dengan ayahnya sendiri merenggang. Pria di depannya ini bukan hanya seorang mentor di tempat kerja, tetapi juga banyak memberi pelajaran kepada Jason tentang hidup tanpa terkesan menggurui. Jason harus mengoreksi ucapannya tentang hal yang akan membuatnya berat meninggalkan New York. Selain sahabat-sahabatnya, Jason pasti akan merasa kehilangan sosok Andre jika harus pergi dari salah satu kota tersibuk ini.  Hampir tidak ada yang disembunyikan Jason dari Andre—kecuali berakhirnya hubungannya dengan Sara—karena dia takut penilaian Andre tentang kemampuannya di kantor akan berubah.  Pun kehadiran pria itu secara tiba-tiba saat ini mengejutkan Jason karena jika Andre ingin menanyakan hal itu, setidaknya mereka pasti ada di luar lingkungan kantor. Berada di Blue Ribbon sama halnya kemungkinan teman-teman sekantor mereka ada di sini cukup besar.  “Jason, aku bukan baru kemarin mengenal kamu. It’s true that we have positions at work, but I notice that something is off with you. Kamu memang luar biasa di meeting kemarin, seperti biasanya. Namun aku tahu ada yang mengganjal. You radiated differently. Apakah ini berhubungan dengan Sara? Kalian bertengkar?” Menyingkirkan mangkuk yang isinya sudah tandas ke samping, pandangan Jason teralih ke sungai Hudson yang tampak menyedihkan karena musim dingin belum juga berakhir. Jika ada satua hal yang tidak disukai Jason dari New York adalah musim dingin. Dia ingat pertama kali merasakan musim dingin di sini, dan itu membuatnya tidak punya hubungan yang romantis dengan salju dan dingin.  Jika sebelumnya dia hanya menanti kapan musim dingin berakhir, sekarang dia berharap kapan bisa melupakan Sara. “We broke off.” “Again?” Jason tidak menyalahkan Andre yang tampak terkejut. Bukan semata karena putusnya hubungan mereka, tetapi Jason bisa menebak dari ekspresi Andre bahwa pria itu pasti heran dengan putus-sambung hubungannya dan Sara. “I think this time’s for good.” Andre hanya menyandarkan punggungnya sebelum mengambil satu roll dari piring Jason. “Is that why you’ve been looking like the world is about to experience an apocalypse?” Jason tahu bahwa Andre bisa sangat straightforward sekaligus berlebihan. Namun kalimat yang baru dia dengar cukup menggambarkan apa yang dia rasakan sejak putus dari Sara. Dia memang merasa seperti dunia akan kiamat. “Aku tidak menyangka kamu bisa melihat itu.” Andre tergelak. “Jason, aku ini bukan baru mengenal kamu. Meski kinerja kamu tidak terpengaruh, aku tetap bisa melihat ada yang salah. Aku sengaja tidak bertanya sampai meeting kita kemarin selesai supaya kamu bisa fokus ke sana. Karena sekarang meeting sudah selesai, aku bisa mencari tahu apa yang mengganggumu. I was very curious, but I made a guess that it had something to do with Sara.” Jason menelengkan kepala. “Dari mana kamu tahu ada di sini?” Kali ini, Andre hanya memberikan senyum kecil. “Aku tanya Scott.” Pria itu lantas mengembuskan napas panjang seolah dia baru saja melepaskan beban yang cukup berat. “Jadi bagaimana kabarmu yang sebenarnya saat ini?” “Excruciating,” jawab Jason setelah membasahi tenggorokannya dengan satu tegukan air putih. Andre mengeluarkan tawa kecil sebelum dia menyilangkan lengan di atas meja sementara Jason masih berusaha menyelesaikan makan siangnya. “I can give you some days off if you need it.” Jason menggeleng. “Aku tidak perlu mengambil cuti karena cuma akan membuatku semakin susah melupakan Sara. Bukan sekarang. But I will definitely let you know if I need one,” aku Jason. “To be honest, I don’t know what I want or need right now.” “Di mana dia sekarang?” Jason mengedikkan bahu seolah tidak tahu keberadaan Sara. “Somewhere in Europe, I think. I unfollowed her on ** when we broke off,” jawab Jason dengan nada seringan mungkin. Dia tidak ingin terlihat bahwa suasana hatinya beberapa hari terakhir disebabkan oleh unggahan perempuan itu di **. “Dan aku bisa tebak dia sudah punya pacar baru.” Jason mendengus pelan, tidak percaya bahwa Andre bisa dengan tepat menebak. “Kamu yakin bekerja di advertising agency adalah karir yang tepat? Karena kamu bisa jadi cenayang, Andre. A good one at that.” Andre kembali tertawa, kali ini sedikit lebih keras dibanding sebelumnya. “Jason, kamu lupa kalau aku punya pengalaman hidup lebih banyak dibanding kamu. I’ve lived longer than you and I’ve been dealing with people for years. Jadi ucapanku tadi tidak ada hubungannya dengan bakatku sebagai cenayang, tapi karena aku bisa membaca orang dengan cukup baik. Terlebih aku mengenal kamu, dan kamu sudah bilang Sara adalah penyebabnya. I only came to a conclusion based on the facts that you told me.” Jason merasa tidak salah menjadikan Andre sebagai panutan karena jika pria lain yang mendengar ceritanya tentang Sara, Jason yakin mereka akan mulai mengusulkan hal-hal lain yang justru akan membuatnya semakin teringat dengan Sara. “Aku merasa semua rencana masa depanku berantakan karena putusnya hubungan kami. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, Andre. My life revolved around Sara for five years. How am I supposed to just forget that and move on? My life was like … going back to zero.” “Take your time, Jason. Aku yakin, apa pun yang membuat hubungan kalian berakhir, semuanya akan masuk akal nanti. Kamu selalu bisa memulai semuanya dari awal. Aku percaya akan ada hal baik yang menanti kamu. Mungkin ini saatnya kamu mencoba hal-hal baru yang selama ini tidak bisa kamu lakukan.” Jason mengangguk meski dia sendiri tidak yakin apakah akan mampu sampai pada titik tersebut. Saat ini, yang diinginkannya adalah bisa menjalani hari demi hari tanpa harus merasakan cemburu berlebihan kepada perempuan yang sudah tidak lagi memiliki hubungan dengannya. Dia pun urung mengutarakan tentang keinginannya meninggalkan New York City. Dia merasa sedikit lebih baik setelah bicara dengan Andre sekalipun tidak banyak yang dia bagi. Namun pria yang telah bekerja di Rising selama lebih dari sepuluh tahun tersebut justru memberinya persepsi baru yang tidak dia dapatkan dari keempat sahabatnya. “Let’s hope all those good things will come before I turn fifty,” balas Jason ringan. “You’re a bright young man, Jason. I have no doubt that you will achieve great things in life. It’s just one of the bumps in the road.” Andre kemudian berkata, “Mau kembali ke kantor sekarang?” Jason mengangguk sembari tersenyum tipis. Dia merasa lebih baik dibandingkan ketika masuk ke Blue Ribbon.  “Thanks for the talk, Boss.” “Anytime.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD